Bab 5. Cincin Pengikat

Follow ig@putritanjung2020 ~

“Sepertinya kamu lebih memilih kuciumi saja di depan pelayan toko ini, benarkan?” ucap Bima dengan cepat meraih tengkuk Syifa.

“Eeee, tunggu-tunggu! Mana bisa giru, enak saja mau nyosor bibir orang kayak bebek yang berlari! Kalau kamu mau nosor, noh ada tembok yang besar di sana, sosor sekalian sampai jontor dan monyong bibir mu itu! Aku lebih baik menerima cincin berlian yang mahal gini daripada nerima bibirmu yang bau gitu, nggak tau juga apa tadi pagi udah sikatan apa belum.”

Siapa juga yang mau diperlakukan seperti itu di tempat umum? Enak saja Bima ingin melakukan hal konyol menjijikkan di depan pelayan toko ini. Pikir Syifa dengan kesal.

Bima akhirnya bisa juga tersenyum lega. Kalau tadi dia tidak mengancam Syifa, entah dimana wajah tampan yang dimilikinya akan disembunyikan karena ditolak mentah-mentah oleh calon istrinya sendiri di depan seorang pelayan toko berlian. Sebenarnya jauh di dalam lubuk terdalam hati seorang Bima, pria itu sama sekali tidak ingin memberikan ancaman apa pun pada Gadis itu, tapi Syifa ternyata benar-benar punya hati sekeras baja dan rasanya Bima ingin sekali meremukkan hati itu hingga berubah jadi lembut, sehingga mau diperlakukan nya juga begitu lembut dan romantis.

Apa Bima bisa menjadi sosok yang romantis? Tentu saja dia bisa karena sekarang ternyata hatinya benar-benar berlabuh begitu indah tanpa disadari, bahkan dirinya jadi sering tersenyum sendiri mengingat kelucuan dan kepolosan yang menggemaskan dari seorang Syifa Salsabila.

“Kalau kamu menerimanya, maka sini kan jari mu itu! Atau biar ku potong saja jari manismu itu sekalian dan ku lingkarkan cincin ini ke sana setelah itu ku masukkan saku! Gampang bawanya juga kan kalau udah dipotong!”

Mulut Bima tak ada baiknya di pendengaran seorang Syifa dan itulah hal yang selalu membuatnya sebal. Dengan terpaksa gadis itu mengulurkan jari manis kanannya karena di jari kiri masih tersampir cincin kertas dolar. Namun ada hal yang membuat kedua matanya melotot karena tanpa permisi setelah cincin itu melingkar manis di jarinya, Bima malah mengecup jarinya di depan sang pelayan toko.

Cup!

“Aku akan pastikan hanya boleh satu orang saja yang memberimu cincin seumur hidup! Bima Saputra pemilik jari ini selamanya!” tegasnya seolah memberitahukan.

Syifa hanya memutar bola matanya malas mendengar kata yang diucapkan Bima begitu lebay nan posesif.

‘Astagfirullah … apa jangan-jangan Bima beneran jatuh cinta padaku? Tapi kayaknya gak mungkin deh, dia kan sangat menyebalkan pasti nanti dirinya merasa kegeeran karena aku mengira pria itu benar-benar udah jatuh cinta padaku. Palingan tuh orang sengaja pura-pura suka di depan pelayan itu, mana mungkin pria menyebalkan berhati dingin seperti beruang kutub itu bisa punya rasa cinta pada seorang wanita. Bulshit!’

Syifa berusaha menolak pemikiran selintas yang baru saja singgah di pikirannya. Dirinya tahu betul bagaimana sifat seorang Bima yang pernah membentak bahkan menghina nya. Jadi mana mungkin ada kata cinta begitu cepat menelusup ke dalam jiwa pria itu, sementara sifat aslinya saja tidak sesuai dengan kenyataan yang diucapkan.

‘Sabar Syifa, pengorbananmu akan melahirkan pahala Jariyah jika sampai Ibu Safitri sembuh dari sakitnya. Bukankah dosaku ini sudah terlalu banyak sesuai dengan umur yang sudah ku habiskan di dunia? Sekarang waktunya aku tebar pesona mencari pahala sebanyak-banyaknya dengan berusaha sekuat tenaga mengajak Ibu Safitri berbicara, hingga beban yang selama ini menumpuk dalam jiwa wanita itu bisa hilang perlahan-lahan.’

Perempuan itu berusaha menyemangati dirinya sendiri membayangkan bagaimana indahnya jika sampai Ibu Safitri bisa sehat lagi seperti wanita normal lainnya. Syifa sudah membayangkan apa saja yang bakal dilakukannya setiap ada waktu untuk dihabiskan nya bersama wanita dengan penyakit yang tergolong sedikit istimewa.

“Ternyata kamu ini tidak hanya sekedar menyebalkan tetapi juga sangat lebay jadi lelaki!” ujar Syifa bernada ketus.

Namun di telinga Bima malah terdengar seperti seorang perempuan yang begitu manja, benar-benar sedang buta telinga dan matanya.

“Aku akan selalu tersenyum senang jika kamu mengatakan apapun juga tentang diriku! Aku juga bukan orang yang pemarah asalkan yang mengatai ku cukup dirimu seorang, wahai calon Bidadariku ….”

Syifa langsung tepuk jidat mendengar ucapan demi ucapan yang meluncur begitu saja seperti seorang pujangga yang berkata di depannya. Bahkan Pelayan toko tak mampu lagi menyimpan keterkejutannya hingga terkikik geli melihat tingkah seorang pria yang tadinya begitu dingin serta arogan, tiba-tiba saja berubah bagai seorang pria sastra yang Pujangga.

“Ya Tuhan … Mas ini romantis sekali sama calon bini! Aku mau juga satu punya calon kayak mas nya!” celetuk Pelayan toko itu dengan mata berbinar ikut senang.

Syifa tersenyum lebar dengan ide yang ada di kepalanya ingin sedikit jahil pada lelaki menyebalkan di sampingnya.

“Kalau Mbak senang … Gimana kalau Mbak aja yang nikah sama dia nih? Dia ini orangnya sangat kaya dan dia bernama Bi—”

Kalimat itu langsung terpotong karena ternyata Bima sangat kesal hingga menggendong paksa tubuh Syifa dengan mengangkatnya ke pundak kanan, setelah pembayaran selesai. Lelaki itu dengan samtai mengangkat tubuh mungil Syifa seperti karung beras yang tak berat sama sekali seolah-olah hanya berisikan kapas.

“Turunkan aku, Bimaa!!”

“Nggak akan. Kapan lagi aku bisa jadi tukang panggul!” jawab Bima tanpa merasa berdosa.

“Turunin aku nggak?” tanya Syifa yang malu luar biasa dilihat banyak orang yang ada di dalam toko.

“Nggak bakalan karena kamu kamu sudah bikin ak—”

Aww!

Untung tubuh gadis itu tidak jatuh. Beruntung malah kakinya yang menyentuh bumi karena tiba-tiba saja Bima melepaskan pegangan nya hingga Syifa akhirnya bisa bebas. Kalau sampai dirinya jatuh bukankah itu sangat memalukan?

Bima masih terlihat memegangi telinganya dengan jejak gigi yang terlihat begitu jelas di sana. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Syifa karena Gadis itu merasa kesal akibat tidak diturunkan dari pundak lelaki itu, Syifa pun terpaksa menggigit kupingnya.

“Hahaha, rasain gigitan maut ku! Siapa suruh menjadikanku seperti sekarung beras! Dasar pria menyebalkan!”

Bima menatap tajam tanpa bicara dengan sorotan mata menakutkan hingga membuat nyali gadis itu menjadi ciut seketika. Gadis itu juga melihat ada stempel dari giginya terlihat jelas hingga membuat yang empunya kuping berwarna merah.

“Ayo buruan masuk mobil sebelum aku habis kesabaran!” ancamnya.

Gadis itu dengan cepat masuk ke dalam mobil bagian belakang membuat Bima bertambah jengkel.

“Apa kamu kira aku ini sopir mu?! Pindah duduk ke depan atau kuhabisi dirimu sekarang juga di dalam mobil Bukankah sejak dari tadi kamu sengaja mencari perhatian dariku? Jadi biar kutunjukkan saja sekalian apa yang bisa kuperbuat padamu!” ancam Bima lagi dengan suara lantang.

Terpopuler

Comments

🍒⃞⃟🦅 R⃟tunggadevi㊍㊍👻ᴸᴷ

🍒⃞⃟🦅 R⃟tunggadevi㊍㊍👻ᴸᴷ

waahh ....gigit titik G seorang pria bisa berabe syifa.

2022-12-06

0

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

sabar sabar Bim sabar
ituh anak gadis orang jangan dirusak ntar penyakit ibumu gak jadi sembuh lho....

2022-12-03

0

Mariyani Sumbawa

Mariyani Sumbawa

babang bim serem ya klw dah geram🤣

2022-12-03

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 46 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!