Bos Dingin Si Gadis Cendol 2 : Pernikahan Tanpa Cinta
Buat pembaca yang mau tau kisah lengkapnya, lebih baik baca dulu Bos Dingin Si Gadis Cendol karena buku ini merupakan sesion ke dua, jadi biar gak bingung dengan alur cerita buku ini, terima kasih.
Di dalam perjalanan, kakek Arjuna menelepon orang-orang yang dianggapnya penting untuk langsung menuju Rumah Sakit milik Susilo yang juga merupakan rekan kerjanya. Pria tua penuh kehormatan dan Kharisma yang selalu saja mengikutinya terlihat begitu sumringah dengan senyum yang menyertai bibir keriput nya.
Laki-laki yang sudah memiliki rambut hampir seluruhnya berwarna putih itu, naik dengan mobil yang berbeda sementara cucunya sendiri menyetir mobil dan memaksa Syifa tetap bersamanya, diiringi Kenzi beserta pengacaranya.
Tiga mobil sedang melaju kencang menuju rumah sakit di mana Ridho dirawat, sementara di dalam rumah sakit itu sendiri Ibu Ayu terlihat begitu gelisah setelah mendengar perkataan ‘lamar’ dari laki-laki bernama Bima yang dikenalnya sebagai sahabat Arka — pria yang telah menolong putranya.
‘Ya Allah … sebenarnya kenapa nak Bima tiba-tiba saja mengatakan kalau dia yang bakal melamar Syifa? Apa pemuda itu sedang bercanda atau serius sih tadi?’ Pertanyaan demi pertanyaan tetap saja tidak menghilangkan rasa resah, gundah dan gelisah yang ada di dalam hati ibu Ayu.
“Jadi Syifa benar-benar belum mau menikah ya, Ibu Ayu?” Pak camat kembali menyadarkan wanita itu dari lamunannya yang sejak tadi merasa bingung untuk menjawab lamaran seorang pejabat di daerah tempat tinggalnya.
“Maaf ya Pak, sepertinya Syifa memang belum punya niat ke arah sana. Apalagi sekarang anak saya itu sudah bakal menyusun skripsi, jadi tak mungkin lah dia mau menikah secepat ini. Syifa juga masih memiliki cita-cita yang sangat mulia, dia ingin menyekolahkan adiknya sampai setinggi mungkin biar nanti Ridho bisa menjadi orang bertanggung jawab setelah sukses di masa depannya kelak.”
Ibu Ayu hanya mengarang apa saja yang ada di dalam pikirannya untuk menjawab sekaligus membatalkan dengan cara menolak lamaran dari sang pejabat. Mereka ternyata sengaja datang ke rumah sakit setelah mendapatkan berita dari Pak RT setempat, jika keluarga Syifa pasti sedang dilanda kesulitan memikirkan biaya rawat inap Muhammad Ridho. Entah bagaimana ceritanya tiba-tiba saja seorang dokter bernama Adrian yang ternyata anak seorang ibu pelanggan cendol dawet miliknya, datang ingin melamar putrinya.
“Kalau ibu Ayu menolak lamaran kami ini, lalu bagaimana cara keluarga Anda untuk membayar biaya perawatan di rumah sakit mahal seperti ini? Apalagi kalian pakai sok-sokan segala menggunakan kamar VIP yang harganya saya jamin tidak akan bisa kalian dapatkan walau satu tahun jualan cendol murahan seperti itu!”
Ibu Ayu memicingkan mata sesaat, selaras tangan mengurut dadanya yang tiba-tiba saja terasa sesak.
“Pa! Papa ini ngomong apa sih? Tolong dijaga ucapannya dong, Pa! Lagian kalau lamaran kita ditolak bukan berarti kita harus menghina ibu Ayu juga, mama nggak suka dengan cara Papa seperti ini!”
Mama Adrian menoleh sesaat pada wajah Ibu Ayu yang terlihat masam bercampur geram. Siapa orang yang tidak akan marah ketika dirinya dihina begitu dahsyat dan dicampuradukkan dengan pekerjaan sehari-hari yang mereka lakoni selama ini demi sesuap nasi.
“Maafkan suami saya, ibu Ayu. Suami saya pasti hanya belum bisa menerima karena nak Syifa menolak lamaran Adrian, Putra kami. Aku harap ibu Ayu bisa memaklumi dan tidak memusuhi saya ketika nanti mau mau beli es dawet lagi! Sekali lagi saya minta maaf ya Bu, karena udah mengganggu di rumah sakit ini, padahal saya benar-benar sangat berharap Syifa bisa menjadi menantu di rumah kami.”
Istri pejabat itu tersenyum ringan menatap tulus setelah mengucapkan maaf berulang-ulang.
“Saya bisa memakluminya kok, Ibu Camat. Hanya saja saya nggak pernah menyangka, kalau pak camat yang selama ini begitu kami hormati, kok bisa-bisanya menghina saya seperti itu! Saya memang hanya seorang pedagang cendol di pinggir jalan, tapi kami nggak pernah meminta minta sama orang lain untuk makan. Jadi sebaiknya Ibu Camat segera pergi dan bawa anaknya jauh-jauh dari sini, jangan sampai nanti saya merasa sakit hati dan memanggil security!”
Ibu Ayu memang orang miskin tetapi dia akan terlihat kuat tanpa gentar apabila dihina orang. Tak ada manusia yang suka dihina apalagi disangkut pautkan dengan hal-hal yang berbau profesinya selama ini.
“Sekali lagi saya minta maaf ya, ibu Ayu. Tolong maafkan Papa saya karena dia hanya emosi sesaat saja. Sementara untuk Syifa sendiri nanti, jika Ibu mengizinkan maka saya akan mencoba untuk mengejarnya. Percayalah sama Adrian, Bu … saya tidak ada niat jelek terhadap Putri Ibu tetapi saya benar-benar sudah jatuh cinta sama Syifa sejak pertama kali bertemu dengannya di Warung Cendol Bunda Ayu.”
Ternyata dokter itu sudah terkesan begitu dalam terhadap Syifa Salsabila, tetapi sayangnya dia tidak berani mengungkapkan dan langsung main lamar saja, serta mengajak kedua orangtuanya untuk menemui Ibu Ayu.
“Ibu juga sudah memaafkan nya kok, nak dokter. Tapi kalau untuk merestui Syifa menikah dengan anda, sepertinya Ibu nggak bakal bisa. Apalagi melihat sifat papamu yang begitu sombong dan terlalu merendahkan keluarga kami. Jadi sebaiknya kita selesaikan hubungan ini di sini saja tanpa ada dendam ataupun saling bermusuhan, karena ibu sendiri pun akan tetap menerima nak Adrian jika memang bersilaturahmi ke rumah sekedar membeli cendol murahan kami.”
Dengan tegas Ibu Ayu langsung menolak keinginan dokter Adrian untuk mendekati putrinya, dia tidak ini kehidupan Syifa di masa depan nanti malah berujung mendapatkan penghinaan dari seorang pejabat yang terlalu sombong hanya karena kehidupannya sekarang.
Bapak Camat sendiri ternyata telah ke luar dari ruangan rawat Ridho setelah memberikan hinaan untuk ibu Syifa. Namun, sepertinya Adrian dan Mamanya masih berusaha untuk membujuk Ibu Ayu agar mau memberikan kesempatan di masa depan demi hubungan Adrian dan Syifa direstui.
“Apa Ibu Ayu tidak mau memberi kesempatan sekali lagi untuk anak saya? Urusan suami biar saya nanti yang bicara lagi sama dia, tapi Adrian benar-benar jatuh cinta sama Syifa,” ungkap mamanya Adrian dengan mata penuh harapan agar ibu Ayu mau mengabulkan permintaannya.
“Sekali lagi, saya betul-betul minta maaf sama Ibu dan juga nak Adrian. Jika memang Allah subhanahu wa ta'ala menjodohkan kalian nanti maka apa pun rintangannya … kalian akan tetap bisa menikah. Begitupun jika suatu saat nanti Allah tidak menyatukan kalian berdua, berarti takdir seperti itulah yang harus kalian jalani karena memang tidak akan pernah bisa dipaksakan sesuatu yang sudah menjadi garis takdir kehidupan manusia.”
Adrian terdiam mendengar kata-kata bijak begitu tulus dan penuh nasehat meluncur begitu saja dari wanita paruh baya penjual cendol yang sudah dihina Papanya.
“Kalau begitu kata ibu Ayu, maka saya pun tak bisa berbuat apa-apa. Terima kasih telah menyambut kehadiran saya, mama dan juga papa di sini. Maaf telah membuat Ibu Ayu dan putra Anda merasa tidak nyaman atas kedatangan kami.”
Sepasang anak dan ibu itu pun akhirnya saling berjabat tangan dengan ibu Ayu sebelum pergi meninggalkan ruang rawat inap Muhammad Ridho.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ
halo Kaka MIRACLE hadir ya
2022-12-17
1
eenok
betul itu... blm apa 2 aja bpkny dh ngrendhin KY gtu
2022-12-07
0
eenok
enk benr ngmng ny ngrendhn bgt si .SPT yg kaya situ donk apa pk camt
2022-12-07
0