Bab 15. Anakmu Ada Di Sini

“Ibu lagi mandangin bunga yang mana? Apa ada bunga yang ibu inginkan? Kalau ada, biar Bima mengambil dan memetiknya khusus untuk ibu tersayang!”

Sayangnya Bima tak mendapatkan jawaban sama sekali, melainkan hanya bisa mendengar deru nafas wanita yang telah melahirkannya dengan tatapan kosong, mengarah pada taman bunga yang ada di pekarangan rumahnya.

Bima merasa sangat sedih ternyata sang ibu kembali bungkam padahal mata kepalanya melihat sendiri saat Wanita itu bicara dengan calon istrinya. Mereka berdua malah terlihat seperti sepasang anak dan ibu saja hingga membuat ada rasa iri yang menelusup masuk ke dalam hatinya. Apa mungkin wanita yang telah melahirkan pria itu merasa takut akan kehadirannya dan mengira kalau dia adalah Sanusi?

“Bu, coba lihat anakmu ini … aku sangat merindukanmu! Apa Ibu nggak bisa merasakan kasih sayang anakmu sendiri? Aku sedih karena ibu selalu mengabaikanku dan aku sangat iri melihat orang lain mendapatkan pelukan hangat dari ibunya tapi aku sampai kapan baru bisa mendapatkannya darimu, Bu?”

Bima berucap lirih sembari membalikkan tubuh ibunya hingga sepasang anak dan ibu itu saling menatap. Pancaran bola mata dari seorang Safitri malah terlihat kosong, seolah orang yang bicara barusan hanyalah sekedar benda mati tanpa dihiraukan nya sama sekali.

Bima terkadang sudah merasa lelah untuk berharap agar perempuan yang sekarang berada di hadapannya sembuh, lalu bisa memeluk nya tapi apa yang dia dapatkan selama ini? Rutin membawa sang ibu tersayang kontrol pada psychiater dan juga mengkonsumsi begitu banyak obat tiap hari tetap saja tidak ada perubahan sama sekali.

“Apa ibu akan sembuh bila aku menikah dengan seorang gadis yang aku cintai? Dia adalah gadis yang waktu itu Bima ceritakan. Gadis Barbar yang pernah aku ceritakan saat teman temanku datang ke sini, Ibu masih ingat kan waktu malam aku bercerita tentang seorang gadis barbar yang pemberontak? Ibu juga masih ingat kan kalau namanya adalah Syifa Salsabila, sebentar lagi dia akan tinggal bersama kita dan aku akan berbagi kasih sayang dengannya dan juga dengan Ibu.”

Setelah berkata panjang lebar dengan tetap memindai wajah sayu di hadapannya, tiba-tiba saja Bima bisa melihat ada senyuman tipis yang terkembang dari bibir ibunya.

“Ibu tersenyum padaku?”

Pria itu memegang kedua pundak ibunya lalu menarik tubuh yang terlihat kurus tersebut masuk ke dalam dekapannya, merasakan kehangatan yang sudah sangat lama tidak pernah dilihatnya, senyuman itu seolah-olah menjadi imun booster untuk kehidupannya. Senyum yang sudah sangat lama sekali tidak pernah terlihat, bahkan Bima sudah lupa kapan terakhir melihat bibir ibunya tersenyum mengembang.

“Syifa … Syifa anak mama. Syifa anak bunda … bun*h serangga nya cepat! Bunuh kedua penghianat itu!”

Tatapan mata ibunya sekonyong-konyong langsung berubah penuh dendam dan ingin melampiaskannya tapi sayang ada sesuatu seolah-olah yang sedang menahan emosi sang ibu.

Kedua bola mata Bima sontak membeliak kaget ketika mendengar apa yang baru saja dirancaukan oleh ibunya. Apa sebenarnya yang sempat dikatakan sang ibu tersayangnya ini pada gadis barbar calon istrinya? Sepertinya Bima harus mengetahui secepatnya agar dia mengerti tentang keinginan wanita yang selama ini tak punya teman siapa-siapa kecuali pelayan yang itu pun terkadang disiksa oleh Safitri.

Pelayan yang merawat ibu Safitri seringkali bergonta-ganti karena merasa tidak betah akibat menahan rasa sakit atas amukan dan siksaan dari wanita yang depresi. Semua pelayan dianggap seolah-olah adalah pelakor yang merebut suaminya hingga seringkali disiksa dan diambil oleh Safitri. Itulah akhirnya kakek Arjuna tidak lagi menyediakan perawat untuk mengasuh putrinya tanda kurang melainkan membiarkan begitu saja wanita itu sesuka hati di dalam rumah dengan tetap dipantau oleh pelayan laki-laki yang memiliki ilmu bela diri agar tidak sampai disakiti oleh Safitri.

“Apa Ibu mau membunuh serangga dengan Syifa?”

Bima tidak tahu apakah pertanyaannya berguna atau tidak yang penting dirinya berusaha mengorek informasi dari wanita pertama yang sangat disayanginya.

Kedua bola matanya memindai dengan baik, berusaha menunggu bibir wanita yang telah melahirkan nya itu bergerak lalu mengucapkan sesuatu sehingga membuatnya bisa merasa lebih lega. Apa mungkin karena dirinya dan sang kakek tidak memiliki saudara perempuan hingga tanpa sadar kalau ternyata selama ini Safitri hanya butuh sosok yang bisa mendengarkan keluh kesahnya. Entah lah, Bima sendiri sudah sering berkonsultasi dengan dokter kejiwaan yang menangani ibunya tapi sampai bertahun-tahun lamanya sang Bunda yang awalnya hanya mengalami depresi biasa malah berubah seperti orang yang terganggu kejiwaannya.

“Syifa bukan penghianat, Syifa anak bunda yang akan membunuh pengkhianat itu! Sifa akan menghabisi orang-orang jahat disekitar mama jadi mama hanya akan menontonnya saja hahaha!”

Sepertinya Ibu Safitri hanya bisa mengingat nama Syifa tanpa mengetahui siapa perempuan itu sebenarnya. Sekarang Bima menyadari satu hal kalau gadis yang bernama Syifa yang bakal dijadikannya istri, ternyata bisa mempengaruhi alam bawah sadar ibunya.

Baru beberapa saat lalu keadaan Safitri sedikit Tenang Walau dia menyinggung tentang calon istrinya tapi entah kenapa apa saat ini kejiwaan ibu nya kembali kambuh dengan tertawa begitu keras ketika mengucapkan akan membunuh semua penghianat.

“Apa Ibu mau bertemu dengan Syifa?” tanya Bima dengan lembut sembari mengusap pipi tirus ibunya dengan senyum mengembang, pria itu mencoba mendekatkan diri lebih dalam lagi agar bisa mengerti apa yang sebenarnya diinginkan ibunya.

“Syifa hilang saat Bunda tidur hiks hiks. Syifa anak baik mau nikah sama laki-laki penghianat. Bunda mau bobo sama Syifa. Kamu ini siapa? Pergilah jauh-jauh dari sini sebelum kamu juga ikut menjadi pengkhianat seperti Sanusi. Sanusi itu sebentar lagi akan mati karena anakku Syifa bakal datang ke sini untuk memb*nuhnya hahaha.”

Miris dan sakit, itulah yang dirasakan Bima saat ini karena ibunya malah jauh lebih merasa dekat dengan sosok perempuan yang baru saja dikenalnya, Gadis itu pun datang ke rumah mereka atas paksaan dirinya sendiri. Namun, lihatlah apa yang terjadi sekarang, bahkan wanita yang sudah sangat lama jarang bicara itu pun, sekarang malah bisa mengeluarkan kata-kata.

Bima mengambil ponsel yang ada di dalam saku nya, lalu memperlihatkan layar monitor yang memaparkan wajah cantik Syifa. Hal itu dilakukan Bima untuk mencoba usahanya sendiri demi mengetahui apakah ibunya sanggup mengingat wajah gadis bernama Syifa, atau kah nama itu hanya ada dalam ingatan ibunya tanpa bisa mengingat lagi wajah calon istrinya.

Safitri terlihat begitu lama memandangi layar ponsel milik putranya tanpa berkedip, lalu dengan cepat merebut ponsel itu dan membawanya ke atas ranjang. Memeluk ponsel itu sembari berbaring . “Syifa … anak Bunda jangan pergi …! Bantu mama membunuh pengkhianat itu dia sudah membuat Bunda jadi seperti ini hik hiks.”

"Anakmu ada di sini, Bu ... aku tak akan pernah pergi meninggalkanmu!"

Terpopuler

Comments

𝕬𝑛n̰🅰_𝓲k͢ᴜ 𝑎k̶𝖚❤️💚

𝕬𝑛n̰🅰_𝓲k͢ᴜ 𝑎k̶𝖚❤️💚

kasihan bu safitri,semoga dengan kasih sayang syifa dapat membantu menyembuhkannya🤲🤲

2022-12-11

0

🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ

🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ

ditggu lanjutannya uni 👍👍👍🙏💪💪💪

2022-12-11

0

🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ

🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ

huaaaaaa 😭😭..mris bnget sbgai anak, dianggep msuh jg' cpt hlalin Bim biar ibumu cpt smbuh

2022-12-11

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 46 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!