Bab 10. Arka Galau

“Mas Arka, apa aku boleh tau kenapa kamu tiba-tiba saja ingin menjauhi Syifa?” Lula sebenarnya tidak mengerti tentang apa pun yang terjadi saat ini tapi dia hanya menebak saja karena sebelumnya mereka terlihat lumayan dekat.

Arka terlihat kelagapan untuk menjawab pertanyaan Lula karena dia mengira Syifa telah mengatakan sesuatu pada sahabat perempuannya itu sehingga Lula bertanya tentang hubungan mereka yang memang sengaja Arka sembunyikan. 

“Siapa yang bilang? Aku sama Syifa baik-baik aja kok cuman ini … aku ada buru-buru pekerjaan yang harus dilakukan," sanggahnya cepat. 

Di dalam hati Arka sebenarnya merutuki kebodohannya yang tiba-tiba saja merasa begitu gugup, padahal seharusnya dia dengan santai saja menjawab pertanyaan dari sahabatnya gadis tersebut. 

"Hahaha Mas Arka ini lucu banget mukanya. Padahal aku sama sekali nggak tahu loh kalau sekarang kalian itu renggang, aku tadi hanya asal menebak saja! Sepertinya ada yang nggak beres nih antara kalian berdua,” todong Lula langsung menatap tajam wajah laki-laki yang berusaha memandang pada arah lain, agar tidak diketahui perasaan sakit yang sedang melanda dirinya.

Arka terdiam sejenak memikirkan sesuatu, apa sebaiknya dia cerita saja terhadap Lula jika hatinya sedang galau membayangkan pernikahan Bima dan Syifa yang sebentar lagi akan berlangsung. Bahkan dia mendengarkan sendiri jika Ibu Ayu malah merestui pernikahan yang menurutnya sangat tidak masuk akal hanya demi menolong ibunya Bima yang selama ini memang sudah terkenal punya penyakit jiwa.

“Apa kamu terburu-buru ingin bertemu dengan Syifa?” Arka akhirnya menyelidiki apakah benar Lula punya kepentingan yang mendesak ingin bertemu dengan gadis incarannya itu. 

Ada keinginan di dalam hati Arka untuk mengenal lebih jauh sosok gadis bernama Syifa agar dirinya bisa mencari celah untuk kembali mendapatkan gadis itu. Buat Arka tidak ada salahnya memperjuangkan sesuatu yang diinginkan, hanya saja sisi hati terdalamnya masih saja merasa kesal kenapa harus selalu Bima yang menjadi nomor satu?

Dulu dirinya selalu terpaksa mengalah dan merasa kalah sebab Bima terus saja memiliki prestasi unggul di atasnya, baik di bidang olahraga maupun pendidikan, tapi Arka sangat yakin ketika mereka berbicara masalah soal asmara pria itu selalu dingin dan tak pernah mau ikut campur apalagi mereka sedang membicarakan tentang wanita. 

Lalu kenapa Bima begitu tiba-tiba saja terobsesi dengan gadis bernama Syifa? Apalagi perempuan itu sudah jelas-jelas sedang dikejarnya dan Bima pun mengetahui jika Arka sedang jatuh cinta pada gadis itu. 

‘Sahabat macam apa Bima itu yang hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa mengerti sedikitpun perasaan temannya? Apakah aku memang harus selalu mengalah padanya? Padahal dia tahu sendiri aku benar-benar sudah jatuh cinta pada Syifa.’

Sakit rasanya hati Arka mengingat tadi dirinya menelinga perbincangan antara kakek Arjuna dan juga Ibu Ayu yang langsung saja membahas tentang pernikahan mereka. Kenapa tidak ada orang yang mengerti rasa sakit di dalam hatinya sekarang? Apa salah dan dosanya selama ini sehingga harus selalu saja mengalah pada sosok sahabatnya yang baik hati itu tetapi juga telah membuat hatinya sekarang begitu terluka.

“Mas Arka, woiii! Malah melamun, tadi bertanya giliran orang mau ngejawab malah bengong? Lagi mikirin apa sih? Jangan-jangan Mas Arka lagi sibuk mikirin Syifa ya?” 

Lula dengan sengaja menggoda pria yang terlihat begitu gugup saat ketahuan sedang melamun.

“Siapa juga yang melamun, aku nih sekarang lagi mikir. Gimana kalau kamu mendengarkan sedikit cerita tentang Syifa dan Bima dariku, tapi kita bicara nggak di sini. Akan ku ajak kamu ke ruangan ku, bagaimana?” Wajah Arka mendadak serius padahal baru beberapa saat yang lalu Lula merasa begitu santai ketika bicara dengan pria yang berprofesi sebagai dokter itu. 

Lula pura-pura berpikir dengan mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di bagian dagu, padahal sebenarnya hati gadis itu sedang tertawa melihat ada kegundahan yang sedang merayap dalam jiwa seorang Arka. Entah apa yang sedang dipikirkan pria itu padahal hidupnya sudah mapan wajah pun juga begitu tampan, tapi kenapa dia terlihat sedang tidak bahagia. Apakah jangan-jangan ini memang ada hubungannya dengan panggilan telepon dari Syifa beberapa saat yang lalu? Lula membatin.

“Aku mau aja, asalkan mas Arka harus janji kalau setelah kita bicara dan aku mendengarkan keluh kesahmu … atau mungkin itu curhatan mu, Mas Arka akan mengantarkan aku ke ruangan Ridho! Kalau Mas setuju, ayo tunjukkan di mana ruanganmu dan aku akan mendengarkan apapun cerita tentang Syifa dan Bima yang Mas Arka maksud.” 

Gadis itu beranjak turun dari brankar tempatnya tadi diperiksa, melangkah dengan kaki sedikit pincang dan mendekati pria yang terlihat sedang bersedih. 

“Maaf, Dok … ini obat yang tadi diresepkan dokter Cahyati. Apa masih ada yang dibutuhkan, dokter?” Perawat itu bertanya dengan sedikit mencuri pandang wajah perempuan yang sedang bersama Arka.

‘Siapa perempuan ini? Kenapa dokter Arka begitu perhatian padanya bahkan terlihat begitu akrab, padahal banyak perawat dan dokter perempuan di rumah sakit ini tapi malah tak ada satu pun yang menarik hatinya. Nasib … nasib, coba saja dokter Arka mau melirik ku sedikit saja, pasti aku akan mencurahkan segala yang ku punya untuknya,’ batin sang perawat tanpa sadar menatap lama wajah dokter Arka.

Lula menyadari jika perawat yang baru saja memberikan resep obat untuknya, masih berdiri di tempat yang sama dengan mata hanya menatap Intens wajah pria yang sedang bersamanya, dengan cepat memberikan isyarat mata pada Arka agar laki-laki itu menyadari apa yang sedang terjadi. 

“Kamu sudah menjalankan tugasmu barusan, jadi untuk apalagi berlama-lama berdiri di sini? Jangan-jangan ada yang ingin kamu tanyakan?” Kedua mata dokter Arka menatap tajam sang perawat yang  tanpa sadar melamun ketika  memperhatikan wajah tampan sang dokter rupawan.

‘Sial, bisa mati aku kalau sampai ketahuan juga ikut suka pada dokter Arka. Astagfirullah … ngapain sih aku sampai melamun segala sambil membayangkan sesuatu yang tidak mungkin. Bikin malu aja!’ rutuknya di dalam hati.

“Eh anu, maaf dokter … saya melamun. Permisi,” jawabnya dengan wajah merona malu karena tanpa sadar membayangkan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan. 

Setelah perawat perempuan itu tak lagi berada di ruang UGD dekat Luna diperiksa dan diobati. Gadis itu langsung tertawa terbahak dengan sengaja menggoda Arka. 

“Hahaha, mas Arka itu tipe manusia yang sangat langka loh! Masa ketika bicara denganku baik-baik saja tapi giliran sama perawat tadi berubah dingin mirip kulkas dua pintu, mana main usir aja lagi perawat nya, kasian tau padahal dia cantik, kayaknya dia suka padamu,” cerocos Lula.

“Ini kamu maunya kita tetap di sini atau ikut ke ruangan ku?” Arka mulai kesal memperlihatkan wajah ketus nya karena Lula dengan sengaja menggodanya. 

“Mas Arka belum menjawab pertanyaanku tadi, mau apa ndak nganterin aku ke ruangannya Ridho? Kalau Mas Arka nggak mau berarti dugaanku benar, Mas sedang menghindari Syifa kan?” todong Lula menatap penuh selidik.

“Aku nggak menghindar!” sanggahnya cepat.

“Yakin?” tanya Lula ragu.

“Kenapa kamu harus menanyakan itu sekarang, tahan dulu pertanyaanmu itu sebelum sampai ke ruangan ku!”

“Fix, keknya ada yang galau nih hahaha ….”

“Diamlah Lula, atau aku akan mengangkat tubuhmu seperti karung!”

Terpopuler

Comments

Mariyani Sumbawa

Mariyani Sumbawa

nah gima klw pak dok sama luka aj

2022-12-09

0

🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ

🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ

klo lula diangkat ky krung bras, skalian ke KUA ya bang biarin tmbh hlal

2022-12-07

0

🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ

🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ

🤣🤣🤣...muna tuh lula bang arka wkwkwk

2022-12-07

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 46 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!