Bab 13. Punya Rasa Yang Sama

Arka mendorong kursi roda yang ditempati Lula menuju ruang inap Ridho sesuai perjanjian mereka sebelumnya. Dengan hati yang sudah lumayan lega, pria itu meyakinkan diri bahwa dirinya sudah kuat untuk bertemu sepasang calon suami istri yang sebentar lagi akan menikah.

“Mas Arka udah siap kan untuk ketemu sama Syifa? Kamu pasti kuat, Mas dan ku harap Mas jangan pernah menyalahkan kawan ku, sebab ini semua bukan keinginan Syifa. Mas juga nggak bakalan dendam sama Syifa kan?” tanya Lula di sela perjalanan mereka di dalam lift. 

Gadis itu hanya ingin membuat Arka jauh lebih bersemangat dan memikirkan masa depan tanpa harus berlama-lama dalam kesedihan ditinggal orang yang dicinta. Arka memang lelaki rapuh saat hatinya disakiti walau pun Syifa tak pernah secara langsung menyakitinya sebab gadis itu bukan siapa-siapa baginya.

“Kamu ini sampai segitunya menanyaiku. Aku aja bingung mau menjawab yang mana dulu hehehe. Aku kuat kok, Lula. Kamu nggak usah khawatir, ya!” tuturnya ingin membuat gadis itu tenang.

Mana mungkin Arka bisa tenang jika berhadapan langsung gadis pujaan hatinya. ‘Apa mungkin aku harus menjadi seorang pendamba saja dan menunggunya sampai menjadi seorang janda? Apa aku sanggup melihat mereka berdua saling bergandengan tangan dan bermesraan? Oh Tuhan … apa yang harus ku lakukan? Apa aku harus pergi menjauh dari kehidupannya?’ 

Trenyuh hati Arka jika memikirkan nasib ujung perasaannya yang bakal berakhir dengan rasa sakit dan patah hati. Belum juga Syifa waktu itu menjawab pernyataan cintanya karena dianggap sebagai candaan belaka tapi sekarang ternyata Gadis itu sudah dipinang orang dan menjadi milik sahabatnya. 

“Ya sudah kalau Mas memang siap aku pun senang mendengarnya. Pokoknya Mas Arka itu harus ikhlas, gadis tidak hanya temanku sendiri masih banyak kok gadis yang baik di luar sana,” ucapnya memberikan semangat.

‘Termasuk aku yang ada bersamamu sekarang ini walau mungkin kamu tak pernah menyadarinya kalau aku juga suka padamu, mas,’ lanjut Lula di dalam hati.

Lula hanya kasihan melihat pria itu patah hati terlalu lama, padahal ada dirinya yang siap untuk membantu sebagai penghilang rasa sedih. Namun, apa Arka akan tertarik padanya? 

Sekarang keduanya sudah berada di depan pintu ruang inap Ridho. Lula menoleh sesaat dengan menengadahkan kepala ke wajah pria yang mendorong kursi rodanya. Arka terlihat begitu tampan dengan senyum walau hanya dipaksakan.

Tok! Tok! Tok!

“Assalamu’alaikum,” ucap Arka berbarengan dengan Lula saat pintu mulai dibuka.

“Wa’alaikumussalam warahmatullah,” jawab gadis yang memang sudah menunggu kedatangan para sahabatnya.

Wajah gadis yang sudah dari tadi menjadi topik pembicaraan Arka dan Lula, terlihat mengembangkan senyum di bibir tapi tiba-tiba saja mukanya mengarah ke kursi roda dan baru menyadari kalau ternyata sahabatnya datang dengan didorong Arka. 

“Ya Allah, Lula … apa yang terjadi padamu? Kenapa duduk di kursi roda?” pekik Syifa dengan mulut dibekap salah satu tangannya.

Dia hanya bingung sejak kapan saja temannya itu cedera hingga tak mampu berjalan. Apakah cedera nya parah? 

Lula langsung menggelengkan kepalanya dengan senyum mengembang.

“Nih tanya pelaku yang sebenarnya sekalian, orangnya yang mendorongku ini nih!” Lula menjawab dengan isyarat menggunakan mata pada sosok pria yang berada di belakangnya. 

Syifa langsung mengalih pandang pada sosok Arka yang tersenyum sedikit kaku karena baru saja dianggap sebagai pelaku kejahatan yang sangat tidak pantas, tapi dia mau apa lagi karena Lula mengerjai nya seperti ini. 

“Aku bukan pelaku kejahatan kriminal. Kan aku tadi udah minta maaf kalau nggak sengaja menabrak nya! Ini kami sebenarnya dibolehkan masuk apa gak sih? Kalau ada tamu di dalam sana … sebaiknya kami kembali saja,” tutur Arka bertanya yang langsung membuat Syifa tersadar. 

Gadis itu dengan cepat mundur dan masuk ke dalam, “Silakan masuk Lula … Mas!” Jawab Syifa dengan tatapan masih mengarah pada sosok lelaki yang mendorong sahabatnya. 

Banyak kata yang ingin disampaikannya tapi apa mungkin mereka bisa bicara di dalam ruangan yang sama, dimana ada teman dan juga bundanya. Arka dan Syifa terlihat saling pandang seolah sedang berkata-kata dari pancaran bola mata keduanya. 

Arka kembali mendorong kursi roda Lula membawa gadis itu masuk dan melihat sudah tak ada Bima dan kakek Arjuna di dalam sana. 

‘Kemana mereka semua? Apakah sudah pada pulang atau hanya sekedar pergi sebentar?’ tanya Arka merasa bingung di dalam hati. 

Tapi laki-laki itu merasa bersyukur karena dirinya tak perlu berpura-pura jika ada Bima dan kakek Arjuna yang membuatnya merasa kesal karena telah menganggap dua laki-laki itu berbuat yang tak adil pada nya. 

“Eh ada Lula dan nak Arka,” sapa ibu Ayu berbasa basi. 

Wanita itu selalu saja tersenyum pada siapa pun yang datang berkunjung yang membuat orang melihatnya merasa damai seketika. 

“Gimana kabar Ridho, Bunda?” tanya Arka setelah bersalaman sesaat dengan ibu Ayu.

Arka pun bertanya hanya sekedar basa-basi semata karena dia sendiri sudah tahu jika adiknya Syifa itu sore ini sudah diperbolehkan pulang, karena memang Arka juga langsung memantau dan mempertanyakan pada dokter yang bertugas merawatnya. 

“Alhamdulillah, barusan dokter visit masuk ke sini dan mengatakan kalau Ridho nanti sore udah boleh pulang,” jawab Ibu Ayu apa adanya sesuai dengan yang sudah disampaikan dokter.

Lula juga menyalami wanita yang telah melahirkan sahabat baiknya itu dan mengedarkan pandangan ke sekeliling, ternyata Bram dan Rini belum memperlihatkan batang hidung mereka. Luna juga memperhatikan wajah Ridho yang jauh lebih berseri karena mungkin anak kecil tersebut sedang merasa senang sebab sebentar lagi akan pulang kerumahnya. 

“Senang dong ya Ridho nanti sore udah bisa pulang! Lain kali kalau berjalan mesti hati-hati dan lihat ke arah bawah, jangan hanya melihat ke depan tanpa sadar melangkahkan kaki dengan sembarangan!” Pesan Lula mengingatkan adik lelaki sahabatnya itu. 

“Beres itu, Kak Lula. Tapi sehati-hati apa pun manusia, kalau memang takdirnya udah mau jatuh, ya dia bakalan tetap ngeplak juga di atas tanah hehehe!” 

Bocah kecil itu hanya cengengesan menjawab pertanyaan teman kakaknya dengan santai, lalu matanya mengarah pada Arka dengan wajah yang dibuat seceria mungkin agar hidung tidak mengetahui apa yang sedang dirasakannya. Ridho memang masih anak kecil tapi dia bisa tahu jika Arka adalah orang yang sudah jatuh cinta pada kakaknya. 

“Bang Arka kok baru datang sih?” celetuk Ridho hingga membuat pria itu mendekatinya.

“Abang lagi banyak kerjaan makanya baru bisa melihat Ridho lagi ke sini. Sayangnya nanti kita udah nggak bisa ketemu lagi dong, kalau Ridho udah pulang!” 

 “Kenapa nggak bisa ketemu, bukankah Mas bisa datang ke rumah kalau memang ingin ketemu Ridho, tak ada yang bakal melarang kok,” sela Syifa yang tiba-tiba saja ikut mendekati brankar adiknya.

Mereka berdua kembali saling adu pandang dan Arka yakin jika Syifa sebenarnya punya rasa yang sama dengannya tapi apakah mungkin mereka berdua bisa menolak keinginan seorang Bima?

Jangan lupa beri dukungan novel ini dengan like, komen dan vote ya. Terima kasih.

Terpopuler

Comments

Mariyani Sumbawa

Mariyani Sumbawa

hee bukan gayung tak bersambut maz

2022-12-11

0

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

meskipun punya rasa yg sama,tapi kalo gak berjodoh mw bilang apa...
ikhlasin aja Syifa nya,Arka
kamu bisa cari cewek lain,sama Lula juga boleh

2022-12-10

1

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

lepasin Syifa aja arka kan udh ada Lula yg mau sama kamu

2022-12-09

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 46 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!