“Jadi begitulah ceritanya, Ibu Ayu. Saya harap kita bisa menjadi besan dengan baik tanpa ada paksaan sama sekali karena Syifa sendiri bersedia untuk dinikahi oleh cucu saya Bima dengan dalih hanya ingin menolong Putri saya karena Allah. Saya sendiri awalnya merasa tidak percaya, kalau ternyata Putri Anda benar benar memiliki jiwa yang sangat mulia.”
Tuan Arjuna baru saja menceritakan latar belakang dirinya datang Ingin Melamar putri tercinta dari ibu Ayu Zulaiha. Wanita itu merasa sangat shock dan juga bingung dengan keputusan yang diambil oleh putrinya, tetapi dirinya yakin kalau Syifa tidak akan mengambil keputusan yang tidak baik untuk masa depannya sendiri, apalagi keputusan seperti ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk anaknya, karena pernikahan Merupakan sesuatu yang sakral di mata tuhan dan tidak boleh untuk dipermainkan.
“Saya sebenarnya merasa bingung harus menanggapinya seperti apa, Tuan. Tapi saya sangat yakin kalau Syifa sudah memutuskan sesuatu biasanya tidak akan berjalan setengah-tengah, mungkin dirinya merasa kasihan melihat putri anda yang bernama siapa tadi?”
Ibu Ayu lupa nama dari wanita yang telah melahirkan Bima.
“Ibunya Bima bernama Safitri, dia mengalami depresi setelah ditinggalkan suaminya yang berselingkuh dengan wanita lain. Wanita itu adalah sekretaris menantu saya waktu itu. Nama menantu saya adalah Sanusi dan dia malah main gila dengan sekretarisnya, padahal putri saya terbilang wanita yang sangat cantik.”
Raut wajah kesedihan terlihat jelas di muka Tuan Arjuna. Ibu Ayu hanya bisa menunggu dan menanyakan langsung setelah anaknya nanti datang, yang menurut kata tuan Arjuna pasangan yang bakal menjadi pengantin dadakan itu tadinya sudah terlebih dahulu berangkat ke rumah sakit, tetapi batang hidung keduanya malah belum terlihat sama sekali.
“Jadi, apa Ibu Ayu ikhlas untuk menjadikan Syifa Salsabila sebagai Nyonya Bima Saputra? Saya berjanji akan melakukan apapun yang terbaik untuk Syifa dan saya juga berjanji akan menjamin kalau Putri anda akan merasa bahagia karena saya yang akan langsung menjaganya!”
Tuan Arjuna kembali bertanya tetapi sedikit pun pria tua itu menyebutkan tentang surat kontrak yang telah ditandatangani Syifa sesuai dengan permintaan gadis tersebut yang tidak ingin membuat ibunya merasa kecewa.
“Kalau saya pribadi tidak akan pernah melarang putri saya jika memang hal itu bisa membuatnya bahagia. Hanya saja saya merasa bingung, Tuan. Syifa itu masih berstatus mahasiswi dan dia sebentar lagi akan mulai menyusun skripsi. Bagaimana cara putri saya mengatur waktu antara kuliah dan juga merawat putri Anda yang bernama Safitri itu.”
Tidak salah Ibu Ayu mempertanyakan hal demikian karena memang dirinya sudah sangat lama ingin melihat putrinya memakai Toga dengan senyum bahagia. Apalagi almarhum suaminya ingin sekali melihat putra-putri mereka menjadi orang yang sukses di masa depan dan tidak lagi mengalami hidup sederhana penuh kemiskinan.
“Kalau masalah itu, Ibu Ayu tak perlu khawatir! Bima yang bakal menjadi sopir pribadi Putri anda untuk mengantarnya pulang pergi kuliah sembari cucu saya itu berangkat ke kantor. Syifa cukup merawat Safitri di waktu luang saja karena saya begitu penuh harap dengan Putri Anda. Mereka berdua terlihat punya kemistri hingga mampu membuat Safitri mau buka suara untuk berbicara walau kami tidak tahu apa saja yang syifa bicarakan dengan Safitri.”
Tuan Arjuna memang menaruh harapan besar pada gadis berhijab yang baru dikenalnya. Sekarang setelah bertemu dengan wanita yang telah melahirkan Syifa niatnya malah semakin terasa kuat karena melihat bagaimana santunnya wanita bernama Ayu saat menerimanya sebagai tamu tak diundang.
“Jika memang demikian, saya pun tidak akan melarang niat baik putri saya untuk menolong putri Tuan. Semoga saja kehadiran Syifa di rumah Anda bisa membuat ibu Safitri cepat mengenal lingkungannya,” balas Ibu Ayu dengan senyuman.
Sebenarnya wanita itu belum percaya sepenuhnya dengan segala yang diceritakan Tuan Arjuna sebelum ada keterangan jelas dari anak gadisnya.
“Tapi Bunda, kalau misalnya Kak Syifa menikah sama Mas Bima, terus kita nggak bisa ketemu lagi dong, kita juga udah nggak bisa tinggal serumah lagi dong! Ridho kan maunya tinggal sama Kak Syifa kalau nggak … gimana kalau Mas Bima nya pindah saja ke rumah kita!”
Muhammad Ridho tiba-tiba saja ikut bicara dari arah tempat tidur di mana bocah kecil itu sedang duduk dengan posisi yang masih sama sewaktu pak camat datang ke sana. Anak itu dengan santai mempermainkan robot pemberian Bima.
‘Kalau Kak Syifa nikah sama Mas Bima, terus bagaimana dengan Bang Arka? Bukankah bangaka itu juga suka sama Kak Syifa ya? Aduh kenapa itu jadi bingung seperti ini? Mereka berdua sama-sama tampan dan juga sama-sama orang yang baik tapi … di antara keduanya mana yang di cinta sama Kak Syifa ya?’ Bocah itu terlihat mengetuk-ngetukkan telunjuk di bagian dagingnya memikirkan sesuatu yang tidak perlu ada di dalam kepalanya.
“Ridho, kamu nggak boleh ikut ngomong seperti itu, Nak! Kamu itu masih kecil jadi nggak boleh ikut campur urusan orang dewasa apalagi ini masalah tentang pernikahan bukan masalah permainan seperti robot yang kamu mainkan sekarang!” Wanita itu menasehati putranya agar tidak ikut campur ketika dirinya berbicara dengan tamu terhormat yang sengaja datang menemuinya.
Di mata Ibu Ayu sosok Tuan Arjuna ternyata bukanlah orang yang sombong seperti kebanyakan orang kaya yang selama ini dikenalnya.
“Yang dikatakan putra Anda malah membuat saya punya rencana lain. Bagaimana kalau setelah Syifa menikah nanti, Ibu Ayu bersama putranya juga ikut tinggal bersama kami. Jadi adiknya Syifa tidak akan pernah merasa ditinggalkan sama kakaknya, dan kami pun merasa senang karena rumah akan jadi rame. Mana tahu saja dengan kehadiran Ibu Ayu di sana, anak saya Safitri memiliki punya teman tetapi ya saya minta maaf terlebih dahulu karena bisa saja putri saya itu mengamuk tak jelas di waktu-waktu tertentu.”
Ibu Ayu hanya menjawab dengan senyuman karena dia merasa seolah-olah sedang berada di alam sebuah mimpi yang belum bisa terbangun melihat sang surya. Namun pada kenyataannya orang yang berjiwa besar di hadapannya sekarang bukanlah sosok dari karakter di dalam mimpinya tetapi sosok manusia nyata yang sedang ingin meminang Putri tercintanya.
“Sepertinya saya tidak akan mungkin meninggalkan rumah kami, Tuan. Rumah itu penuh kenangan peninggalan almarhum ayahnya Syifa jadi saya dan Ridho akan tetap tinggal di sana jika seandainya Syifa menikah dengan cucu anda nanti. Tapi ada hal yang mengganjal di dalam pikiran saya sekarang, Apa mungkin nak Bima bisa tiba-tiba saja jatuh cinta dengan putri saya?” tanya Ibu Ayu ragu.
“Kenapa tidak mungkin, Bunda? Aku benar-benar sudah jatuh cinta pada Putri Bunda, malah sejak pandangan pertama ketika tanpa sengaja menyerempet motor Syifa.” Bima langsung masuk dan meraih tangan wanita itu lalu menciumi punggung tangan ibu Ayu.
JANGAN LUPA GIVEAWAY MASIH TETAP JALAN YA. KALI INI KITA AMBIL 5 BESAR.
Top fans 1 \= 50k dan 4 lainnya 25k. Ayo jadi yang pertama di rangking umum top fans.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
eenok
sampai tgl brp uni
2022-12-04
0
eenok
la si ridho mlah peka tu..msh kecil dah tau aja nie ank
2022-12-04
0
eenok
sesekali nginep GK papa lah bun
2022-12-04
0