Bab 7. Keraguan Ibu Ayu

Follow ig@putritanjung2020 ~

“Kenapa tidak mungkin, Bunda? Aku benar-benar sudah jatuh cinta pada Putri Bunda, malah sejak pandangan pertama ketika tanpa sengaja menyerempet motor Syifa.” Bima langsung masuk dan meraih tangan wanita itu lalu menciumi punggung tangan ibu Ayu.

Pemuda itu akan berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan Ibu Ayu bahwa dirinya benar-benar tidak sedang mempermainkan perasaan gadis yang sekarang sudah dilamarnya bahkan telah dikhitbahnya untuk dijadikan istri.

“Maksudnya? Kalian berdua sebelumnya sudah pernah bertemu?” Dahi wanita paruh baya itu mengerut seketika, merasa tidak yakin dengan apa yang dikatakan Bima sebab selama ini putrinya sama sekali tidak pernah menceritakan sosok pemuda bernama Bima.

“Iya Bunda, sebenarnya kami sudah beberapa kali bertemu. Hanya saja Bima baru menyadari jika teman kecil yang diceritakan Arka padaku ternyata adalah Ridho, adik kandungnya Syifa karena memang kami belum pernah bertemu langsung di rumah sakit ini di hadapan Bunda. Makanya aku nggak pernah mengetahui kalau Syifa yang Arka ceritakan adalah Syifa yang selama ini Bima kenal,” sahut Bima dengan senyum meyakinkan.

Hening.

Tak ada satu pun yang bicara karena merasa bingung apa yang harus dikatakan sebab Bima tau-tau sudah ikut menimpali keraguan yang ada di dalam pikiran ibu Ayu.

‘Jadi begini rasanya saat mendebarkan itu datang? Aku tidak pernah menyangka jika rasa jantungan seperti ini akhirnya kualami juga, padahal hanya sekedar berbicara dengan wanita yang telah melahirkan Syifa bahkan bunda Ayu pun bukanlah orang yang berasal dari kelas atas tapi kenapa aku begitu merasa sungkan terhadap nya?’ Bima bicara di dalam hati.

Pria itu sebenarnya sedikit bergetar untuk menghadapi wanita paruh baya bernama Ayu itu. Bagaimana dirinya tidak ketar ketir dalam menghadapi wanita yang telah melahirkan Syifa, saat dirinya menghadapi anak gadisnya saja terkadang Bima merasa kehabisan ide apa lagi harus menghadapi biangnya.

“Maaf ya nak Bima, bukannya bunda tak percaya padamu tapi kalian ini baru saja kenal, jadi mana mungkin Nak Bima yang notabene punya level setinggi langit di atas kami tiba-tiba saja jatuh cinta sama anak bunda? Bunda sama sekali belum bisa menerimanya.”

Deg!

Jantung Bima langsung mencelos mendengar perkataan ibu Ayu. Ini adalah kedua kalinya dirinya mendapatkan penolakan dari dua wanita yang masih memiliki hubungan darah. Pertama Syifa dan kedua malah wanita yang melahirkan gadis itu. Entah di mana letak kesalahannya hingga dua perempuan yang sekarang harus ditaklukkan hatinya itu, bisa menerima dan merestui keinginannya untuk menikahi Syifa.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan semua yang diucapkan oleh ibu Ayu sebab tidak ada yang namanya manusia bisa jatuh cinta dalam sekali pandang saja kecuali yang mendominasi bernama nafsu karena kecantikan atau nafsu karena kegenitan.

Kenzi yang sedari tadi hanya diam saja merasa harus ikut memberitahukan tentang kapan mereka sebenarnya bertemu tetapi hatinya malam berkata lain, takut jika ibu Ayu mengetahui hal yang sesungguhnya, yang ada Bima malah mendapat halangan besar sebab pria itulah yang telah menuntut gadis itu untuk memberikan ganti rugi sebanyak 65.000.000 rupiah.

Sepertinya hal yang ada di dalam pikiran Kenzi tidak jadi diucapkan nya karena tidak ingin sesuatu yang runyam malah semakin membuat sahabatnya itu kesusahan untuk menikahi Syifa.

"Kalau begitu apa yang harus Bima lakukan untuk membuktikan sama Bunda, jika aku bener-bener serius ingin menikahi Syifa?" tanya Bima menuntut jawaban.

Pria itu merasa bingung apa yang harus dilakukannya lagi demi bisa mendapatkan restu dari wanita yang sekarang terlihat ragu memberikan anak gadisnya. Secara logika tidak ada yang salah dengan pemikiran Bunda Ayu sebab dirinya merasa baru mengenal sosok Bima sebagai sahabat dari Arka — Pemuda yang telah menyelamatkan anak bungsunya dan membawa Muhammad Ridho ke rumah sakit.

"Bunda kasih waktu sama nak Bima selama satu pekan untuk membuktikan keseriusan dalam menginginkan anak bunda, bagaimana?" tanya Ibu Ayu menatap wajah pria itu lamat mencari kebenaran apakah dirinya memang bisa dipercaya atau malah tidak sama sekali.

Wajah Ibu Ayu beralih pandang pada anak gadisnya yang sedari tadi hanya diam. Wanita paruh baya itu juga tak mengerti kenapa putrinya itu tiba-tiba saja menjadi sosok yang pendiam, padahal biasanya paling aktif saat berbicara.

"Bunda ingin tau apa Syifa memang bersedia dinikahi sama nak Bima, Nduk? Bunda nggak mau kalau masa depanmu langsung terhenti hanya karena terpesona sama harta dunia, Sayang. Apa Syifa mengerti dengan apa yang bunda katakan?" telisik ibu Ayu menatap intens wajah putri kesayangannya itu.

Tidak ada seorang ibu pun di dunia ini yang ingin dan rela melihat kehidupan putri kesayangannya tersiksa ataupun tertekan oleh keluarga barunya. Apalagi mereka sebelumnya mereka sama sekali tidak pernah mengenal bagaimana karakter dari keluarga besar Bima Saputra.

"Syifa melakukan semua ini benar-benar hanya ingin menolong ibu Safitri saja, Bunda," jawab gadis itu dengan wajah yang menunduk karena tidak ingin wanita yang selalu mencurahkan kasih sayang setiap waktunya itu merasakan hal yang mencurigakan dari pernyataannya.

"Kamu belum menjawab pertanyaan bunda tadi? Apa kamu kamu benar-benar mau menerima anak Bima sebagai suamimu?” Ulang ibu Ayu mempertanyakan hal yang sama untuk meyakinkan sang putri jika pernikahan itu bukan untuk main-main.

Syifa sedikit bingung harus menjawab pertanyaan Bundanya dengan kalimat seperti apa. Pandangannya beralih sesaat pada wajah yang berdiri di sampingnya — laki-laki yang sudah bersumpah benar-benar akan membuat hidupnya bahagia. Siapa lagi kalau bukan Bima.

Bima lalu memberikan isyarat dengan menunjuk jari manisnya sendiri, membuat Syifa langsung mengerti.

Dengan sedikit ragu, Syifa mengangkat kedua punggung tangannya hingga memperlihatkan dua jari manis kiri dan kanan gadis itu yang sudah semat cincin kertas dan juga cincin berlian.

Kedua bola mata ibu Ayu langsung terbelalak merasa tidak percaya jika anak gadisnya telah dilamar oleh Bima tanpa sepengetahuan nya.

"Jadi kamu sudah menerima lamaran nak Bima? Ya Allah Syifa … kenapa nggak ngomong dulu sama Bunda, Nak? Apa Bunda sudah nggak kamu anggap lagi? Dimana kesalahan yang telah Bunda lakukan sampai kamu berubah seperti ini, Syifa?"

Ibu Ayu langsung mencerca putrinya dengan berbagai pertanyaan. Syifa bingung harus menjawab apa karena pada dasarnya gadis itu mendapatkan paksaan dan juga tekanan serta ancaman dari sosok bernama Bima. Namun Gadis itu sangat yakin, jika apapun yang terjadi padanya saat ini pasti sudah menjadi takdir dari Allah yang telah membuat mereka bertemu dan membuat skenario tentang kejadian yang sempat membuat kaca mobil Bima pecah pada waktu itu.

Apalagi setelah Syifa mengetahui bagaimana Bima selama ini menjalani hidupnya tanpa sosok seorang ibu yang tak bisa diandalkan karena depresi yang dialaminya, membuat gadis itu merasa yakin dengan keputusannya untuk menerima Bima Saputra menjadi pendamping hidupnya. Tapi apakah perasaan seperti itu cukup untuk menjalankan suatu hubungan pernikahan?

Terpopuler

Comments

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

tolong restuilah putrimu hidup bersama Bima,bu Ayu
drpd sama arka yg keluarga nya aja semrawut mendingan sama Bima yg sudah direstui kakeknya buat menikah dgn Syifa

2022-12-05

1

Mariyani Sumbawa

Mariyani Sumbawa

tenang aj ibi ayu Syifa akan aman sama babang bim

2022-12-04

1

🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ

🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ

smngatttt uni lanjuuuut 😘💪💪💪🙏🥰

2022-12-04

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 46 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!