Dukung novel ini dengan like, komen dan vote ya. Happy reading dan terima kasih.
“Fix, keknya ada yang galau nih hahaha ….”
“Diamlah Lula, atau aku akan mengangkat tubuhmu seperti karung!” Arka akhirnya membentak Lula yang membuat Gadis itu langsung bungkam seketika.
Dia sama sekali tidak pernah menyangka kalau sifat kalem dan juga hambel yang selama ini dilihatnya pada sosok seorang Arka, ternyata bisa sangat serius dan juga sedikit menakutkan. Pantas saja perawat tadi begitu takut padanya karena ternyata dokter Arka sangat bisa menyesuaikan kapan dirinya akan bercanda, dan juga kapan laki-laki itu bisa bersikap penuh wibawa dan karismatik.
“Kalau Mas Arka ingin meminta tolong itu caranya harus belajar menghargai orang. Padahal tadi aku hanya bercanda tapi mas Arka malah membentakku! Aku nggak mau mendengarkan apa pun yang Mas Arka katakan, lebih baik aku kembali saja untuk menemui Syifa sesuai janji kami, daripada menemani laki-laki arogan yang tak tahu diuntung,” todong Lula menatap kesal wajah pria yang baru saja membentaknya dan akan memikulnya seperti sekarung beras.
Siapa juga yang suka dibentak apalagi dijadikan seperti karung semen ataupun karung beras yang akan dipikul walaupun itu hanya sebagai bercanda, tapi cara Arka mengatakan itu begitu tegas dan juga membentak, membuat Lula merasa kesal dan juga sakit hati.
“Sorry, Lula. Tadi aku sedikit emosi karena kamu selalu saja bercanda tak jelas. Padahal kamu udah tau kalau aku ini lagi galau, parahnya kenapa kamu malah menertawakanku! Seharusnya kamu menghargai aku dengan serius mendengarkan, bukannya malah tertawa seolah-olah aku ini anak kecil di matamu!”
Pria itu akhirnya minta maaf dengan sengaja berdiri di depan gadis bernama Lula, menatap intens menunggu jawabannya, hingga perempuan itu menjadi salah tingkah. Jantung Lula benar-benar berdegup kencang. Beruntung pria yang berprofesi dokter itu masih menyisakan jarak di antara mereka, atau mungkin Arka akan bisa mendengar celotehan detak jantungnya yang terdengar begitu jelas tidak karuan.
“Aku janji nanti akan mengantarkanmu dengan kursi roda ini ke ruangan Muhammad Ridho, sekarang kamu sudah puas kan mendengar jawaban dari ku?” Wajah dokter itu mengarah pada kursi roda sebagai isyarat, yang sudah tersedia dibawakan beberapa saat lalu oleh seorang perawat laki-laki.
Tanpa sadar pria itu meraih dan menggenggam kedua tangan Lula dengan mata yang menatap penuh harap pada wajah gadis yang sekarang sedang berusaha mengontrol detak jantungnya.
Saking gugup dan juga tidak ingin diketahui perasaan apa yang sedang menjalar di sekujur tubuhnya, Gadis itu sampai tak bisa berkata-kata hingga hanya mampu menganggukkan kepala tanda setuju dengan ajakan Arka.
Pria itu akhirnya mendorong kursi roda yang ditempati Lula karena Arka tidak ingin melihat perempuan yang tanpa sengaja ditabrak nya malah berjalan seperti bekicot yang ada di atas permukaan tanah berlumpur. Beberapa mata dengan sengaja melirik dan mencuri-curi pandang agar tidak mendapat semburan dari Direktur Utama Rumah Sakit tersebut.
Mereka sesama paramedis yang bekerja di Rumah Sakit itu hanya bisa saling berbisik tetapi bisikan mereka sebenarnya masih bisa ditangkap oleh telinga seorang Lula.
“Menurut kalian, apa jangan-jangan Gadis itu calon istrinya dokter Arka, ya?” tanya salah seorang perawat yang berjalan tetapi sengaja menjauhkan diri agar tidak bertemu dengan direktur tersebut.
“Selama ini kita kan tahu sendiri kalau dokter Arka tak pernah membawa gandengan apalagi sampai rela mendorong sebuah kursi roda dengan seorang gadis di atasnya. Kalau bukan pacarnya pasti itu calon istrinya, secara selama ini dokter tampan itu kan sudah mewanti-wanti menolak perjodohan yang dilakukan orang tuanya.”
Wajah Lula langsung bersemu merah mendengar bisikan bisikan A\antar karyawan yang ada di rumah sakit tempat Adik sahabatnya dirawat. Gadis itu pura-pura tidak menelinga ketika mendengarkan bisikan yang membuat hatinya ikut berdentum.
“Tapi wajahnya terlihat biasa saja tuh, jauh banget jika dibandingkan dengan dokter Nadia. Dokter Nadia itu udah bodynya kayak gitar Spanyol, wajahnya pun juga sangat Baby Face. Maklum aja orang kaya raya selalu bisa merawat diri di salon-salon mahal, dengan begitu kecantikannya itu tak akan pernah luntur walau pun dimakan waktu. Lihat aja tuh para artis, umur 60 tahun aja tapi wajahnya mungkin terlihat seumuran dengan kita-kita iya, kan?”
Perawat perempuan yang lain menimpali tetapi kata-katanya menusuk ke hati Lula yang mendengarnya. Arka yang ikut sedikit mendengar merasa jengah lalu mempercepat langkah kakinya mendorong kursi roda agar segera sampai di ruangannya.
Selama dirinya menjabat sebagai seorang Direktur Utama, ini untuk pertama kali Arka mendorong seorang pasien masuk ke ruangannya bahkan dengan sedikit memohon agar Gadis itu mau mengikutinya. Pantas saja semua karyawan di rumah sakit itu melihat dan saling lirik, serta mempertanyakan kedekatan hubungan antara mereka, karena memang selama ini Arka tidak pernah terlihat menggandeng atau berjalan dengan seorang perempuan.
Semua yang bekerja di Rumah Sakit itu juga mengetahui kalau Arka hanya terpaksa melakukan permintaan Tuan Susilo untuk menjabat sebagai Direktur Utama. Mereka juga tahu kalau sebenarnya Arka telah dijodohkan dengan dokter Nadia tetapi pria tampan itu menolaknya dan selalu saja mencari alasan agar pertunangan selalu ditunda.
Ruangan Direktur Utama terlihat berbeda dari ruangan yang lain karena memang tempat itu sengaja di dekorasi oleh papanya sendiri agar sang putra betah bekerja. Bahkan di dalam ruangan itu juga tersedia sebuah kamar untuk beristirahat Putra tercintanya.
“Waah, ruangan Mas Arka besar sekali! Aku merasa seperti di dalam hotel saja bukan berada di rumah sakit, fasilitasnya aja sudah kayak hotel bintang lima!”
Baru saja Arka membuka pintu ruang kerjanya, Gadis itu sudah berceloteh ria dengan mata berbinar bahagia melihat ruangan sang direktur utama yang membuat dirinya yakin akan betah berlama-lama di sana.
“Kamu mau minum apa, Lul?”
Arka sama sekali tidak menanggapi celotehan Lula yang terlihat begitu takjub ketika berada di ruang kerjanya tapi malah langsung berjalan mendekati showcase yang tersedia di sana. Berbagai minuman siap saji dengan jenis rasa yang berbeda sudah tersedia di dalamnya.
“Aku akan meminum apa saja yang Mas Arka berikan, asal jangan dicampur sama sianida saja hehehe,” sahut Lula tanpa menoleh pada laki-laki yang barusan bertanya padanya.
Gadis itu malah sibuk memindai seluruh sisi ruangan kerja Arka, menatap takjub dengan apa yang sedang dilihatnya.
‘Ya Allah, coba saja Mas Arka ini adalah suamiku, pasti aku akan senang sekali dan aku bakal setia seumur hidup padanya. Sayang … Mas Arka sepertinya sama sekali tidak pernah tertarik padaku, aku malah curiga kalau dia memang benar-benar sudah menaruh hati pada Syifa. Oh Tuhan … kenapa hampir semua orang yang sudah kenal dengan Syifa selalu saja langsung jatuh cinta, kenapa malah tak ada satu pun yang ingin melirikku?’
Lula bukanlah orang yang memiliki sifat iri pada sahabat sendiri, tapi tetap saja dia merasa selalu tak pernah bisa menyaingi sahabatnya dalam hal apa pun juga.
“Kamu ini ngomong apa sih? Mana mungkin aku menaruh racun dalam minuman untukmu! Oh ya, Lul … apa Syifa ada mengatakan sesuatu kenapa kamu disuruh datang ke rumah sakit sekarang ini?” tanya Arka menoleh pada wajah gadis yang ternyata juga sedang menatap intens laki-laki itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Mariyani Sumbawa
sabar ya lun semoga babang arka jodoh mu🥰🥰
2022-12-10
0
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
sabar Lula,kan tiba saatnya jodoh mu datang
kalo gak percaya,tanyain aja ke Othornya
2022-12-10
0
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
ayo Lula Pepet terus si arka biar dia cepet ikhlasin Syifa sama bima
2022-12-08
0