Bab 9. Arka Menabrak Lula

Follow ig@putritanjung2020 ~

Arka kembali memasuki mobilnya dengan wajah merah dan sedikit ada genangan bulir kristal di ujung pelupuk mata. Rasa sakit mendengar perbincangan bahagia dari ruang inap Ridho membuatnya malas melakukan kerja hari ini. Dirinya juga tidak peduli dengan pekerjaan di rumah sakit ini karena itu semua adalah tuntutan dari papanya sendiri, padahal Arka juga sudah memiliki usaha lain tanpa sepengetahuan orang tuanya.

Pria itu gegas ke luar dari rumah sakit untuk menuju bengkel milik pribadinya yang juga sudah lumayan besar dan memiliki omset lebih dari cukup jika dirinya terlepas dari keluarga besar Susilo. Dulu dirinya tak bisa meninggalkan keluarga Susilo karena masih bergantung pada fasilitas sang papa hingga membuatnya terpaksa mengikuti seluruh perintah Tuan Susilo, tapi sekarang dirinya tak ingin lagi dikekang dan diperintah seperti sebuah boneka sampai jatuh cinta pun tidak diijinkan dengan sembarang orang.

Ciiit!

Brak!

Baru saja Arka keluar dari pelataran Rumah Sakit tiba-tiba dengan santai mobilnya malah menabrak salah satu pengendara sepeda motor hingga sang pengendara matic terlihat ambruk di Jalan Raya depan rumah sakit. Arka pun seketika terpaksa turun dari mobilnya untuk menghampiri orang yang baru saja ditabrak nya karena tidak fokus melihat jalan.

“Ah sial, ini semua gara-gara Bima!” Arka berdecak lidah, memaki nama sahabat yang membuatnya tak fokus sehingga tak bisa konsentrasi dalam membawa kuda besinya.

Dengan cepat pria itu menghampiri seorang pengendara yang ternyata memiliki rambut panjang berwarna hitam legam. Wanita itu berusaha kembali memposisikan motor matic yang dikendarainya agar bisa berdiri untuk melanjutkan tujuannya, tetapi sayang ternyata bagian belakangnya sudah terlihat peot dan tak bisa dikendarai lagi.

“Ma-maaf, tadi saya kurang enak badan jadi gak sengaja menabrak Anda!” ujar Arka membuat alasan karena dirinya tak mungkin mengatakan sedang galau pada wanita yang masih mengenakan helm itu.

“Mas Arka!”

Lula membuka helmnya hingga memperlihatkan wajah cantik yang memang sudah dikenal Arka sebagai teman baik Syifa.

“Lula … jadi yang aku tabrak tadi ternyata kamu, ya? Ada yang sakit nggak? Sekali lagi aku minta maaf karena keteledoranku membawa mobil malah tanpa sengaja menabrak dirimu! Tapi kamu nggak usah khawatir, kapan perlu aku akan mengganti motor milikmu dengan motor yang baru, Tolong maafkan aku, ya!” tutur Arka dengan tulus.

Arka dengan cepat membantu Gadis itu untuk memposisikan motor agar bisa berada di bahu dan jalan tidak lagi di tengah jalan yang bisa mengganggu lancarnya lalu lintas di jalan raya.

“Mas Arka lebay banget deh! Aku nggak apa-apa kok dan kamu cukup bawa aja motorku ke bengkel nanti juga bakalan baik lagi,” sahut Lula dengan wajah sedikit meringis menahan sakit.

Sekarang terlihat jelas salah satu betis gadis itu menampakan kulit putih berwarna kemerahan karena celama yang dikenakannya sobek seketika terbakar oleh panasnya knalpot motor matic miliknya.

“Astaga, kakimu!” kalut Arka melihat kaki Gadis itu yang terpapar jelas gara-gara ditiduri oleh motor matic nya akibat keteledoran Arka.

Pria Itu terlihat merasa bersalah lalu dengan cepat meraup tubuh Lula dan membopong tanpa mempedulikan mobilnya yang masih terparkir di tepi jalan. Pria itu hanya memerintahkan satpam untuk menjaga kendaraan Lula yang masih ada di tepi jalan.

Dengan sedikit berteriak di depan ruang UGD Rumah Sakit miliknya, dokter itu memanggil perawat agar segera menangani luka yang ada di kaki Lula. Artinya pria itu lupa akan profesinya sendiri hingga berteriak lantang di depan ruang UGD memanggil perawat dan juga Dokter padahal dirinya sendiri merupakan seorang dokter.

Apa mungkin kegalauan membuatnya lupa akan diri sendiri hingga tak mengingat statusnya yang juga seorang dokter.

“Dokter Arka, apa yang terjadi?” tanya salah seorang dokter perempuan yang melihat Arka begitu panik dengan membopong seorang perempuan di dalam gendongannya.

Kedua bola mata Lula langsung terbelalak saat mendengar wanita yang mengenakan pakaian putih-putih itu memanggil Arka dengan sebutan dokter.

“Tolong segera obati kaki teman saya! Dia celaka gara-gara kecerobohan saya tadi yang menabrak nya tanpa sengaja di depan rumah sakit ini!” jelasnya singkat.

“Baiklah, dokter Arka … tapi kenapa bukan Anda sendiri yang menanganinya? Bukankah seharusnya Anda bertanggung jawab setelah menabrak nya?” tanya wanita yang umurnya sekitar 40 tahunan dengan menaikkan sebelah alisnya – sengaja menggoda Arka.

Arka berdecak lidah merasa kesal dengan dokter Cahyati. “Cepat lakukan saja perintah saya atau dokter Cahyati saya pindahkan ke bagian lain!” ancamnya yang langsung membuat dokter perempuan itu bungkam.

‘Jadi di laki-laki yang menyelamatkan Ridho ternyata seorang dokter? Satu lagi ada yang aneh di sini, kenapa Mas Arka bisa mengancam dokter itu dan memindahkannya ke bagian lain? Apa jangan-jangan dia di rumah sakit ini memiliki jabatan yang tinggi? Yang paling parahnya Mas Arka jangan-jangan pemilik Rumah Sakit ini?’ Rentetan pertanyaan itu tersembunyi di dalam hati Lula dan dia harus mencari tahu dari sahabatnya Syifa.

“Astagfirullah … aku sampai lupa, kalau tujuanku datang ke sini itu karena tadi Syifa menelpon. Katanya ada hal penting yang ingin dibicarakan sekarang juga di ruang inap Ridho. Rini sama Bram juga diajak bertemu di sana.” Gadis manis itu bermonolog sendiri sembari salah satu tangannya menampol dahi.

Lula menoleh pada Arka dengan harapan pria itu mau menolongnya, “Mas Arka bisa antarkan aku ke sana, nggak?” tanya Lula memohon dengan wajah penuh harap.

Dokter yang menangani dan sedang mengobati kaki Lula merasa sedikit bingung karena perempuan itu memanggil nama Arka tanpa embel-embel Pak Dokter atau pun sekedar dokter, melainkan dengan panggilan kata ‘Mas’.

Arka merasa frustasi mendengar permintaan Lula yang sangat susah untuk dikabulkannya karena tak sanggup melihat wajah Syifa yang sedang merona bahagia setelah menerima lamaran dari sahabatnya Bima. Bagaimana mungkin dia mampu melihat dua wajah manusia itu sekarang ini, sementara hatinya sedang begitu hancur dan porak-poranda berkeping tak jelas karena cinta yang tidak kesampaian.

“Sepertinya aku tidak bisa mengantarmu ke sana, Lula. Aku harus pergi buru-buru tetapi kamu nggak usah khawatir nanti salah satu perawat akan ku suruh mengantarmu ke ruangan Ridho,” jawabnya.

Dokter Cahyati sudah selesai memeriksa kaki Lula, “Lukanya jangan sampai basah dulu ya, Mbak! Nanti akan saya resepkan obat oles untuk bagian luarnya dan juga resep obat dalam untuk meredakan rasa nyerinya,” terang dokter Cahyati memberitahukan.

“Makasih banyak, dokter.” Lula tersenyum manis pada dokter itu lalu mengalihkan pandang pada pria dingin yang lembut pada temannya.

“Oh ya, dokter Cahyati. Tolong sekalian suruh salah seorang perawat untuk mengambil resepnya dan katakan itu atas perintah saya! Jangan lupa antarkan langsung segera ke sini sekarang juga!” titah Arka.

“Baik, Dok,” jawab dokter Cahyati singkat.

Apa boleh buat, dirinya hanya salah seorang dokter yang harus mematuhi perintah seorang pimpinan, apalagi perintah diberikan secara langsung oleh Direktur Rumah Sakit tempatnya bekerja. Dokter Cahyati juga tahu, jika dokter Arka bukanlah laki-laki yang jahat atau pun kasar tetapi pria itu hanya merasa terpaksa mengelola Rumah Sakit milik keluarganya akibat perintah dari Papanya.

“Mas Arka, apa aku boleh tau kenapa kamu tiba-tiba saja ingin menjauhi Syifa?”

Terpopuler

Comments

Sunarty Narty

Sunarty Narty

udh sama Lula aja arka,belajar ikhlas

2022-12-06

1

eenok

eenok

katna Syifa mau mnikah SMA Bima hehe

2022-12-05

1

eenok

eenok

skrg teman mgkn jodoh km nnti arka heheh

2022-12-05

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 46 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!