Follow ig@putritanjung2020 ~
Jangan lupa dukung novel ini ya, happy reading dan terima kasih.
“Kamu ini ngomong apa sih? Mana mungkin aku menaruh racun dalam minuman untukmu! Oh ya, Lul … apa Syifa ada mengatakan sesuatu kenapa kamu disuruh datang ke rumah sakit sekarang ini?” tanya Arka menoleh pada wajah gadis yang ternyata juga sedang menatap intens laki-laki itu.
Lula bertambah gugup saat kepergok sedang memandang wajah tampan yang sekarang satu ruangan dengannya. Entah kenapa jantungnya selalu berdetak kencang ketika matanya berserobok pandang dengan dokter tampan itu.
“Mmm … tadi Syifa hanya menyuruh kami berkumpul di ruang inap Ridho, katanya ada hal penting yang mau disampaikan dan aku juga nggak tahu apa itu,” jawab Lula.
Gadis itu memang tidak tahu kenapa sahabat nya mengumpulkan mereka bertiga. Satu hal yang bisa dibaca seorang Lula dengan pertanyaan yang diberikan Arka, sepertinya dokter itu telah mengetahui sesuatu.
“Sekarang coba Dokter ceritakan apa sebenarnya yang terjadi antara Syifa dengan Pak Bima itu? Bukankah tadi Mas Arka bilang ada sesuatu yang mau diceritakan tentang mereka berdua?”
Lula turun dari kursi roda dan berjalan mendekati kursi sofa yang ada di ruangan Arka. Gadis itu terlihat berjalan dengan perlahan, ‘sepertinya masih ada yang tidak beres dengan kakinya. Apa mungkin kaki Lula mengalami terkilir atau sejenisnya?’ Arka memperhatikan wajah Gadis itu yang terlihat meringis ketika berjalan, padahal hanya beberapa langkah saja hingga tubuhnya sudah bisa dihempaskan di atas sofa yang nyaman.
“Kamu ini apa-apaan sih sampai memanggilku dengan sebutan dokter segala? Aku lebih senang kalau kamu memanggilku dengan sebutan Mas Arka persis seperti yang dilakukan sama Syifa.” Pria itu akhirnya ikut duduk di hadapan Lula setelah meletakkan dua kaleng softdrink di atas meja.
Lula malah tersenyum, “Iya iya iya, jadi laki-laki kok sensi amat sih Mas Arka tampan!” Dengan santai gadis itu memuji pria di hadapannya, entah itu tulus atau sengaja mengucapkannya agar sang dokter tak lagi membahas hal yang tidak penting.
“Sekarang ayo ceritakan tentang Syifa dan Pak Bima. Pak Bima itu bukannya orang yang pernah bertemu dengan kami bertiga itu kan? Pria yang datang dan memberikan hadiah robot buat Ridho? Laki-laki dingin dan juga nggak ada ramahnya sedikit pun. Wajahnya tampan mempesona siiih, tapi buat apa wajah tampan kalau berkata aja yang terdengar selalu ketus dan orangnya juga sangat arogan.”
Belum apa-apa Lula telah menyatakan ketidaksukaannya akan sosok manusia yang bernama Bima. Gadis itu malah tidak tahu sama sekali kalau Bima Saputra adalah calon suami sahabatnya sendiri dan Arka hanya bisa menggeleng dengan sedikit senyum tipis. Paling tidak kehadirannya di antara para sahabat Syifa, Arka tidak memperlihatkan sisi buruk di mata mereka atau pun sosoknya tidak mendapatkan kesan negatif.
“Iya, memang dia itu yang kumaksud. Bima itu sebenarnya sahabat yang sangat baik tapi entahlah untuk ke depannya karena dia sudah mengambil sesuatu yang seharusnya menjadi milikku! Hal itu membuatku merasa sangat kecewa sekali, padahal dirinya sudah tahu kalau aku sedang mendekati seorang gadis dan juga melakukan pendekatan kepada perempuan yang sedang ku kejar. Sayangnya semua harapanku langsung menjadi hancur lebur tak bisa diselamatkan lagi karena Bima mengambil paksa gadis yang telah membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama.”
Arka terlihat menjeda kalimatnya, memperhatikan reaksi wajah dari Lula setelah dia menceritakan sedikit tentang sosok orang yang bernama Bima. Pria itu belum menceritakan inti yang ingin disampaikan bahwa Bima akan segera menikahi Syifa. Entah apa reaksi Gadis itu nanti setelah mengetahuinya.
“Apa gadis yang Mas Arka maksud itu … Syifa sahabat ku?”
Lula menuntut jawaban dari pancaran bola mata Arka yang terlihat begitu sangat sendu dengan sedikit ada butiran kristal menumpuk di kelopak mata nya. Gadis itu sudah mendapatkan jawabannya tanpa harus dikatakan oleh pria yang berstatus dokter di depan nya, karena dari raut wajah sedih milik Arka saja, Lula sudah bisa menyimpulkan apa ending dari cerita lelaki itu barusan.
Arka terlihat memalingkan wajah ke samping dan tak lama kemudian malah menengadahkan mukanya seolah menatap langit-langit ruangan itu dengan air mata yang mengalir dari pipinya yang tampan. Lula bahkan tidak pernah menyangka jika laki-laki penuh wibawa tersebut bersedia menganak sungai kan air dari kelopak matanya.
Ternyata pria itu benar-benar sudah jatuh cinta pada sahabatnya tapi sayang mereka sepertinya tidak berjodoh sama sekali. Lula merasa sangat kasihan melihat pria yang duduk di depannya dengan wajah yang masih menengadah ke atas seolah berusaha tidak memperlihatkan kerapuhan di hadapannya.
‘Andai saja aku berani menyentuh wajahmu, akan ku hapus air mata yang berlinangan itu tapi jemariku tak sanggup untuk mengusapnya karena takut yang kudapatkan adalah kemarahan mu. Apa ku coba saja ya, mana tahu Mas Arka membutuhkan tempat bersandar di bahuku, atau mungkin sebagai pelampiasan rasa sakit hatinya sekedar berkeluh kesah.’
Gadis itu terlihat ragu tapi dirinya ingin mencoba untuk menghibur dokter yang terlihat begitu terpukul dengan kenyataan yang didapatkannya. Lula juga tak bisa membayangkan bagaimana perasaannya jika berada di posisi seorang Arka, rasanya pasti sakit sekali apalagi orang yang kita cintai malah diambil oleh sahabat sendiri.
Lula pun akhirnya melangkah terseok karena sepertinya kaki Gadis itu memang terkilir, tapi tekadnya sudah pasti ingin menghibur lelaki tampan yang sekarang dengan sengaja membawanya ke ruangan Direktur Utama, sekedar mendengarkan curhatan hatinya.
“Menangislah sepuas hatimu kalau memang itu bisa melegakan apa yang kamu rasakan, Mas! Tidak ada dalil satu pun didunia ini yang melarang seorang laki-laki mengeluarkan air mata, asalkan memang berada pada tempat dan waktu yang sesuai. Aku ada di sini dan akan membantu Mas Arka untuk melewati masa-masa sedihmu.”
Lula meraih kepala Arka yang masih duduk di atas kursi sofa dan membiarkan pria itu menelungkupkan wajahnya di perut rata perempuan yang beberapa jam lalu ditabrak nya.
“Maafkan aku, Lula … sebenarnya inilah sisi negatif ku yang sangat rapuh karena patah hati bahkan sebelum bersamanya. Terima kasih karena kamu telah menjadi teman dalam kesedihanku. Terima kasih juga karena kamu mau menemaniku melewati semua ini tapi tolong rahasiakan kelemahanku!”
Pria itu akhirnya melingkarkan kedua tangan kekarnya di bagian belakang tubuh Lula. Bahkan Arka tanpa sadar telah menjadikan perempuan itu sebagai tempat bersandarnya walau hanya dalam pelukan perut rata seorang Lula. Ingin rasanya Lula membawa tubuh kekar itu ke dalam pelukannya sambil berdiri, tapi gadis itu tak mau banyak berharap karena semua ini hanya terjadi saat Arka sedang bersedih.
“Itulah gunanya seorang teman dan aku juga bisa merasakan apa yang Mas Arka alami saat ini. Jangan pernah merasa sendiri dan mengalami patah hati begitu lama karena waktu masih akan tetap berjalan. Apalagi jangan pernah sampai putus asa karena jikalau Syifa memang jodohnya Mas Arka maka tidak ada manusia yang bisa memisahkan kalian berdua … tapi kalau Syifa memang sudah dijodohkan dengan Pak Bima, maka kita pun tak akan pernah bisa memisahkan mereka!”
Lula akhirnya memberanikan diri membelai rambut hitam legam seorang Direktur Utama Rumah Sakit ternama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Mariyani Sumbawa
kesemua ya lul🥰
2022-12-11
0
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
wah Lula,kesempatan ya
kapan lagi bisa dipeluk sama cogan mapan,meskipun cuman dijadikan pelampiasan,rela dech rela
2022-12-10
0
Sunarty Narty
waduh
2022-12-08
0