/ He, Cabe, gak bisa di diemin lu,ya! Udah gua bilang, jauhi Vano! Masih aja lu keganjenan./
Sebuah chat dengan nomer tak dikenal masuk ke akun aplikasi hijau milik Thalita. Gadis itu sudah menebak, pasti si Tante biang keroknya, gak ada yang memanggilnya Cabe selain si Tante. Thalita enggan membalasnya, hanya cukup dibaca saja.
/Cabe j*h*n*m! Beraninya ganggu cowok orang, dasar Cabe gak laku./
Kembali chat dengan nada yang sama masuk, tapi kali ini dengan nomer yang berbeda dari tadi.
"Hadeh, nih si Tante udah benar-benar gak waras deh. Masa pakai banyak nomer buat teror aku lewat chat," kata Thalita sambil menunjukkan chat yg baru diterimanya pada Renald.
"Coba sini, lihat!"
Thalita memberikan ponselnya pada sang Sahabat, kemudian lanjut mengetik di laptopnya.
"Ya halo! Udah ku bilang, jangan macem-macem sama cewekku, tetap saja Tante ini! Ngerti omongan manusia gak sih? Kalau gak ngerti, jangan-jangan kamu setan."
Renald ngomel panjang lebar, begitu ada yang mengangkat telponnya, tak peduli siapa. Setelah itu dia mematikan panggilan dan memblokir nomer si Tante.
"Heran aku, Tha. Masak manusia gak ngerti omongan manusia sih? Bebal banget jadi orang, udah kayak Nabal, suaminya Abigail," gerutu Renald.
"Ya begitulah dia, makanya aku males banget berurusan sama manusia kayak gitu, buang waktu dan tenaga, diemin aja tar juga capek sendiri kok!"
"Tapi aku gemes baca chat dia, Tha, kasar banget bahasanya, kayak orang gak pernah sekolah aja sih?"
"Padahal dia anak kuliahan, profesinya aja bidan, berarti kan cukup punya otak. Gak tau juga kalau dulu dia kuliah modal nyontek and modus ke dosen."
"Udah deh, mending kamu gak berhubungan sama dia! Blok aja semua nomer dia, biar kamu gak ketularan kasar kayak dia. Ingat, Tha! Pergaulan yang buruk, merusak kebiasaan yang baik. Kalau kamu terbiasa bergaul dengan orang yang kasar, kamu juga akan ikut kasar!"
"Baik, Papa. Ananda akan menurut pada nasehat Papa. Ananda tak mau jadi anak durhaka."
"Au ahh, Tha. Kamu itu dibilangin malah becanda, aku serius nih."
Renald cemberut, nasehatnya pada Thalita dianggap cuma candaan oleh cewek itu, sedang Thalita malah ngakak.
"Iya, Re, tenang aja! Aku juga gak merespon dia kok."
"Bagus, mending kerjain hal yang lebih bermanfaat!"
/Cabe si*l**n, kenapa nomer gua lu blok? Jadi orang tuh jangan p*ng*cut, beraninya main blok./
Masuk lagi sebuah chat dari nomer tak dikenal, Renald segera memblokirnya, karena ponsel Thalita memang masih dipegangnya, tak ada lagi niatan untuk membalas atau menelepon pengirim chat.
/Sayang, lagi apa? Sudah pulang dari kampus apa belum?/
Kali ini sebuah chat masuk dari Gideon, Renald membacanya dengan menunjukkan ekspresi mau muntah.
"Kenapa, Re?"
"Pacar kamu ngechat, nanyain udah pulang dari kampus apa belum?"
"Terus, kenapa pakai mau muntah segala?"
"Abis cowok kamu lebay, panggilnya pakai sayang-sayangan segala."
Thalita terbahak melihat Renald yang manyun, memang cowok itu belum pernah punya pacar, makanya menganggap lebay chat dengan panggilan sayang.
"Wajar, namanya juga orang pacaran. Makanya jangan jomblo mulu, cari pacar sana, biar gak sirik!"
Tiba-tiba banyak chat dan telepon masuk ke nomer Thalita, bahkan ada yang mengajak video call. Renald membaca pesan-pesan yang masuk dengan wajah marah.
"Kenapa lagi, Re?"
"Nih baca, aku yakin ini ulah si Tante. Memang kurang ajar tuh orang, coba dekat, udah ku bikin jadi perkedel tuh dia itu!"
Thalita menerima ponselnya, setelah membaca pesan-pesan yang masuk, wajah gadis itu berubah menjadi merah padam. Thalita segera menelepon Gideon untuk mengadukan ulah si Tante.
"Ya, Sayang. Udah pulang dari kampus?" sapa Gideon.
"Belum, Bang, masih ada kelas lagi ntar. Thalita mau nanya deh sama Abang, apa Abang masih berhubungan sama Tante Clara?"
"Udah enggak kok, Sayang. Memangnya ada apa?"
"Yakin Abang gak berhubungan lagi sama mahluk itu? Coba SS room chat sama dia ke Thalita!"
"Emang ada apa?"
"Cuma pengen tau aja, Abang beneran gak berhubungan sama dia apa enggak."
"Abang sudah lama gak chat, chat yang lama sudah Abang hapus, terus nomer Clara juga udah Abang blok."
Thalita mendengkus kesal, bisa-bisanya Gideon berbohong padanya. Baru saja Clara mengirim SS chat dia dan Gideon, pagi ini.
"Awas ya, kalau Abang sampai ketauan Thalita masih akrab sama dia, mending Thalita minta putus aja dari Abang. Itu mahluk udah keterlaluan."
"Keterlaluan gimana, Sayang?"
"Ada yang share nomer Thalita ke aplikasi chat dewasa. Sekarang ini Thalita banyak dapat kiriman chat m*sum dan video b*kep. Ada yang kirim foto 'itunya' juga, menjijikan banget deh. Yang lebih parah, ada yang ngajakin V*S. Thalita yakin banget, ini ulah mahluk itu, gak mungkin orang lain."
"Kamu serius?"
"Apa untungnya Thalita bohong, Bang?"
"B*ngs*t banget tuh si Clara, padahal Abang udah pernah bilang sama dia, biar gak nyenggol-nyenggol kamu lagi, tapi diabaikan. Abang harus bikin perhitungan nih sama dia."
"Terserah Abang aja deh, gedeg Thalita sama mahluk itu. Udah tua tapi kelakuan kayak bocah, gak pantes banget ngaku pernah kuliah, apalagi kerjaannya bidan, yang pantes tuh dia jadi pr*man aja di terminal."
"Iya, Sayang. Serahkan semua sama Abang, nanti Abang yang urus! Kamu fokus aja sama kuliah kamu, jangan mikirin Clara."
"Oke siap, Bang. Makasih ya."
"Sama-sama, Sayang."
Thalita mematikan panggilan tanpa mengucap salam, gadis itu sangat kesal karena Gideon telah berbohong, tapi berpura-pura tak bersalah. Thalita juga mematikan data pada aplikasi hijau gandanya, yang dia gunakan khusus untuk dunia maya. Saat ini dia akan fokus ke dunia nyata aja.
"Udah beres, Re. Biarkan saja mereka berantem di sana, gedeg aku sama mereka berdua, masa mau main-main sama Thalita. Belum tau kali aku ini siapa."
"Emang kamu siapa?"
"Thalita Adelia, penulis novel."
Renald dan Thalita terbahak bersama, menertawakan jokes Thalita yang garing.
"Udah kamu matikan data untuk aplikasi itu, nanti cowokmu nelpon-nelpon lagi."
"Udah kok, untuk sementara aku mau menghilang dari dunia maya, fokus dulu di dunia nyata. Oh iya, toko kita ramai juga ya, Re."
"Puji Tuhan. Itu berarti Tuhan memberkati bisnis dan usaha kita, Tha."
"Amin. Jadi nanti kita mau ke tempat sablon lagi? Udah ada yang jadi belum, kaosnya?"
"Udah ada, banyak malah. Biar aku aja yang ambil, nanti sebagian ku antar ke kost kamu. Packing malam ini ya, biar besok bisa kirim."
"Buru-buru?"
"Iya, karena order yang buat lusa ada lagi, lebih banyak malah."
"Ok siap, Bos. Sekarang ke kelas, yuk! Lima menit lagi mulai nih."
Keduanya segera kembali menuju kelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments