Sampai di kost, Thalita segera menghubungi Gideon, sang pacar virtual.
"Halo, Sayang! Udah di kost?" sapa Gideon.
"Udah nih, Bang. Baru aja sampai, terus nelpon Abang."
"Kenapa, Kangen?"
"Gak sih, kan Abang gak ngangenin juga kok."
"Hooo gitu ya? Terus kenapa nelpon, kalau bukan karena kangen?"
"Thalita mau minta putus ke Abang!"
"Gak usah becanda deh ya, Abang lagi kesel, gak mood buat becanda!"
"Sama, Thalita juga lagi kesel, dan itu gara-gara Abang. Makanya, mending kita putus aja deh!"
"Emang Abang ngapain? Kok kamu jadi kesel? Perasaan juga Abang gak ngapa-ngapain juga lho."
"Gak ngapa-ngapain gimana? Kan gara-gara Abang masukkan si Tante di group, dia jadi rese ke Thalita. Tadi waktu di kampus, tuh si Tante nelpon, dan m*ki-m*ki Thalita. Mana dia panggil Thalita si Cabe, kan ngeselin, Bang!"
"Atu tuuu, pacar Abang jadi kesel ya? Bilang,siapa yang bikin kesel, nanti Abang cubit. Nakal banget sih dia itu."
"Gak usah becanda, lagi gak mood!"
"Maaf, Sayang! Barusan dia juga nelpon Abang sih, pakai nomer baru, karena dua nomer lamanya Abang blok. Dia protes karena Abang keluarkan dari group."
"Ya bagus tuh, toh dia cuma bikin rusuh aja di group, kan?"
"He em, makanya Abang keluarkan. Abang juga nyesel sih udah invite dia ke group. Terus gimana nih, masih minta putus dari Abang?"
Suara Gideon terdengar memelas, tapi tak dihiraukan oleh Thalita, cewek itu masih merasa kesal.
"Tante nelpon Abang cuma mau protes doang?"
"Ya enggak juga sih, dia kompor ke Abang, biar gak suka sama Thalita."
"Dia pakai cara apa tuh?"
"Semalam, kita lagi telponan kan, sampai larut? Nah, dia itu katanya nelpon kamu, yang berada di panggilan lain. Nelpon Vano, juga begitu, di panggilan lain. Jadi tuh cewek menyimpulkan, kamu sedang telponan sama Vano."
"Emang otak si Tante itu adanya di dengkul kok, masa dia bisa menyimpulkan kayak gitu sih? Cuma gara-gara bareng di panggilan lain, dikira lagi telponan. Terus, Abang gak bilang, kalau Thalita nelpon sama Abang?"
"Udah bilang, Sayang. Tapi si Tante tetap gak percaya. Abang juga bilang sama dia, kalau kita pacaran."
"Sebenarnya, apa sih maunya si Tante itu? Jadi orang kok ngeselin gitu."
"Entah, Abang juga gak tau. Thalita pernah merasa ada masalah apa gak sama dia?"
"Gak ada, Bang. Itu yang bikin Thalita juga heran, kenapa kok dia jadi b*nci gitu."
"Thalita ada hubungan apa sama Vano? Kelihatannya, itu inti masalahnya, Sayang, si Vano."
"Gak ada hubungan apa-apa kok, sama kayak sama teman-teman yang lain juga. Chat sama Vano juga jarang, paling cuma bahas case, yang lain gak ada."
"Aneh! Yang Tante bilang ke Abang, kamu tuh sering ganggu Vano dengan chat-chat gak jelas gitu, modus."
"Terus Abang percaya?"
"Maaf ya, Sayang! Jujur aja awalnya Abang tuh percaya sama dia, omongan dia sangat meyakinkan. Abang juga kenal Vano, dia emang suka modus dan dekati anak-anak baru. Jadi Abang sempat mengira kalau beneran Thalita dekat sama Vano di belakang Abang."
"Lalu, apa yang bikin Abang berubah jadi gak percaya?"
"Ya waktu dia bilang kalau kamu lagi telponan dengan Vano dengan meyakinkan, tapi kenyataannya kamu lagi telpon sama Abang, dari situ Abang jadi gak percaya sama dia."
"Si Tante itu orangnya l*c*k, Bang. Dia akan menggunakan banyak cara agar orang mau percaya sama dia. Dia juga suka kirim bukti berupa SS chat, yang udah dipotong dan menunjukkan bagian yang dia pengen kita lihat. Itulah kenapa jadi banyak yang percaya pada kebohongan dia."
"Iya, Abang tau, Sayang. Ke Abang juga gitu, dan awalnya Abang juga percaya."
"Ah, kita putus aja deh, Bang!"
"Kok jadi minta putus lagi?"
"Abisnya Abang bilang ke dia kalau kita pacaran, tar pasti tuh orang bakal makin rese ke Thalita. Males banget ngeladeni dia, buang-buang waktu dan gak menghasilkan juga."
"Udah ya, jangan becanda! Abang gak mau ber*ntem sama Thalita, Abang kangen, pengen disayang."
"Kita bakal sering ber*ntem, kalau Abang masih berhubungan sama si Tante. Dia pasti akan sebar fitn*h tentang Thalita, dan bukan gak mungkin Abang akan percaya."
"SAYANG! Kamu meragukan Abang?"
"Jujur aja iya, Bang. Secara kita ini baru saja kenal, tapi Abang sama Tante udah kenal lama. Kita belum pernah bertemu secara real, kalau kalian kan udah pernah, sering malah. Karena hal ini, bisa jadi Abang akan meragukan Thalita."
Di seberang sana, Gideon terdiam cukup lama, tampaknya dia merenungkan kata-kata Thalita. Kemudian yang terdengar adalah suara isakan, Gideon menangis?
"Abang nangis?"
"Gimana Abang gak nangis? Pacar Abang, yang Abang sayang, Abang cinta, meragukan Abang. Memang hubungan kita ini cuma virtual, tapi perasaan Abang ke Thalita itu nyata. Abang beneran pakai hati, tulus, bukan hanya sekedar di mulut dan di ketikan saja."
Thalita terdengar menghela napas, dalam hati, gadis itu menyadari apa yang dikatakan Gideon adalah sebuah kebenaran. Tapi dalam pikirannya yang selalu mengutamakan logika, Thalita meragukan hal itu. Semua butuh waktu, butuh proses, agar nampak kebenaran yang sesungguhnya.
"Abang buktikan aja omongan Abang! Baru Thalita bakal percaya!"
"Caranya?"
"Terserah Abang! Yang jelas, bikin Thalita yakin sama Abang!"
Gideon menghela napas, meyakinkan Thalita membutuhkan usaha yang extra, gadis itu bukan gadis yang b*go.
"Oke! Abang akan buktikan, kalau Abang beneran serius sama perasaan Abang ke Thalita."
"Selamat berjuang, Bang! Pasti bakal gampang kalau Abang yakin dan percaya sama Thalita. Dan bakal gagal dengan sukses, kalau Abang lebih percaya pada Tante. Thalita tau banget jalan pikiran dan trik yang dipakai Ular itu, karena Thalita yang mengajarkannya."
"Maksud kamu?"
Terdengar tawa miris dan sumbang milik Thalita di telinga Gideon, membuat cowok itu menjadi bertanya-tanya.
"Tante itu orang b*go, Bang. Otaknya dia taruh di dengkul. Selama ini, kalau dia kelihatan pintar, itu karena pemikiran Thalita."
"Abang gak paham, Sayang."
"Masa harus Thalita jelaskan secara rinci? Harusnya Abang bisa menebak maksud Thalita, Abang kan moderator group riddle, pinter dikit dong!"
"Bener-bener kata-katamu itu tajam, kayak cutter! Hati-hati, Sayang! Bisa jadi bumerang buat diri kamu sendiri lho."
"Thalita udah tau, dan orang yang benar-benar kenal sama Thalita, gak bakal tersinggung juga kok."
"Iya deh, maaf kalau Abang salah, ya! Yang jelas, Abang gak mau putus sama Thalita. Abang sayang banget sama kamu, karena itu Abang akan berusaha."
Thalita tersenyum, ada sebuah misteri yang terpancar dari matanya, dan sayangnya Gideon tak bisa melihatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments