/Tha, kamu hapus kontak Abang, ya?/
Bunyi pesan chat dari Gideon yang cuma dibaca lewat notifikasi oleh Thalita, gadis itu sedang malas merespon Gideon, meski hanya membalas chat.
/*Tha?/
/Thalita?/
/Thalita Adelia?/
/Balas chat Abang wooiiii!!!/
/Abang spam terus nih*!!!!/
Thalita menjadi kesal, spam chat dari Gideon sangat menganggu, karena itu, Thalita terpaksa membalasnya.
/*Iya, emang ku hapus/
/Biar apa kayak gitu, Tha?/
/Biar Abang gak bisa joinin lagi ke group chat riddle Abang/
/Kok gitu?/
/Thalita sakit hati, karena dikick dan diblok tanpa alasan. Udah, Abang jangan hubungi aku lagi, sana, sama Tante Clara aja*!/
Gideon segera melakukan panggilan ke ponsel Thalita, tapi gadis itu menolaknya. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali, sampai akhirnya Gideon menyerah dan berhenti.
Seperti biasa, Clara sedang berkumpul dengan teman-teman rumpinya, Dinda, Rikka dan Renny. Kali ini mereka berkumpul di sebuah kedai bakso yang cukup terkenal, dan tentu saja, Clara yang mentraktir.
"Gimana, Ra? Kamu udah kasih pelajaran tuh Bocah tengil?" tanya Rikka.
"Siapa bocah tengil?" tanya Renny polos.
"Hadeh, Renny, kamu ini b*go apa oon sih?" tanya Rikka kesal.
"Aku bertanya bukan karena aku b*go ya, Rik. Tapi karena belum tau aja, siapa yang kalian maksud."
Renny sudah menampakkan wajah kesal, karena teman-temannya selalu menganggap dia b*go karena sering bertanya.
"Siapa lagi kalau bukan Thalita, Ren. Kan cuma dia seorang, yang selalu cari masalah dengan Clara." Dinda yang menjawab.
"Susah tau mau kasih pelajaran buat si Cabe itu. Licin kayak belut dia, lepas mulu. Sekarang aja, nomerku diblok sama dia, juga akun medsos yang lain,"
"Kok bisa gitu, Ra? Blok balik ajalah, biar dia kapok!" usul Dinda.
"Kalau ku blok balik, gimana aku nanti dapat contekan? Makanya aku pakai cara lain nih?"
"Cara apa?" tanya Rikka penasaran.
"Aku pepet aja si Gideon ketua group, biar dia suruh si Cabe itu buka blok."
"Berhasil?" tanya Renny polos.
"Ya...ya belum sih, kan udah ku bilang, dia licin kayak belut. Pasti tuh si Cabe memutar balik fakta, hingga si Gideon percaya sama dia. Cabe itu suka memakai segala cara, termasuk cara kotor."
Clara bercerita dengan penuh semangat, dua temannya, Rikka dan Dinda, menyimak semua cerita Clara dengan serius. Tapi Renny seperti abai, dia tetap asik melahap mie ayamnya, bahkan meminta tambah baso pada pelayan.
"Kira-kira, dia pakai cara apa buat merayu Gideon? Yang kutahu, dia kan orangnya tegas dan gak gampang dimodusi, Ra?" tanya Rikka.
Clara tak segera menjawab, cewek itu menyeruput es jeruk dari gelas di depannya, mengulur waktu untuk berpikir, mencari jawaban tepat untuk pertanyaan Rikka.
"Menurutku, Thalita tak perlu modus, kalau cuma menarik simpati Gideon, kan Gideon itu suka sama Thalita."
Renny berkomentar, kemudian kembali asik menyantap mie ayam basonya. Ketiga temannya merasa kesal pada Renny, terutama Clara.
"Kamu itu, di pihak siapa sih, Ren?"
Rikka dengan melotot bertanya pada Renny, tapi Renny tak sedikitpun menoleh, gadis itu tetap asik menyantap makanannya.
"RENNY!"
"Apa sih, Rik? Pakai teriak-teriak segala, aku kan gak budeg!"
"Kalau ditanya itu, jawab!" Rikka semakin kesal.
"Kamu gak lihat, aku masih makan? Kata mamaku, gak sopan ngomong sambil ngunyah makanan, harus ditelan dulu, baru ngomong."
"Peduli setan dengan mamamu! Jawab pertanyaanku!"
"Bisa nggak, gak kasar gitu ngomongnya?" Renny sedikit emosi.
"Sudah-sudah, kenapa sih kalian berdua ini? Tiap ketemu pasti berantem mulu, udah kayak Tom and Jerry aja," omel Dinda.
"Dia yang mulai dulu!" kata Rikka kesal.
"Kok, aku? Dari tadi kan aku makan, Rikka dulu tuh yang nyolot duluan," kata Renny kembali santai.
Renny yang dikenal lemot oleh teman-temannya, memang memiliki emosi yang labil, cepat emosi, tapi cepat juga redanya. Banyak yang mengira, Renny punya kepribadian ganda.
"Udah, kalian bikin aku makin pusing aja, nih! Jadi gini, si Cabe itu mengirim pap mes*m pada Gideon, supaya dibelain sama cowok itu," kata Clara.
"Serius, Ra?" tanya Rikka sambil melotot kaget.
"Serius, Rik! Aku dikasih lihat kok sama Gideon, waktu ketemu kapan hari itu," dusta Clara.
"Aku sih gak percaya, Thalita kayak gitu, dia kan selalu sopan," debat Renny.
Rikka mendengkus kesal, mendengar ceplosan pendapat Renny. Gadis itu juga tampak mengepalkan tangan, pertanda benar-benar kesal.
"Emang kamu bisa buktiin omongan kamu, Ra?" Dinda yang dari tadi diam, ikut bertanya.
"Kan aku dikasih lihat, Din. Bukan dikirimi screenshot, ya buktinya di hp si Dion lah."
"Benar-benar licik banget ya, si Thalita ini? Sampai segitunya buat dapat simpati, jadi jij"k aku sama dia," kata Rikka.
"Makanya, kalian bantuin aku! Kita cari cara buat kasih pelajaran ke Cabe itu," hasut Clara.
"Aku skip ya, aku takut hukum karma," ujar Renny.
"Kalau begitu, kamu dipecat dari genk ini!" kata Rikka.
"Oke, aku pergi. Terima kasih atas traktirannya, Ra. Bye semuanya."
Renny berjalan dengan santai, meninggalkan ketiga temannya yang masih melongo melihat kepergiannya.
"Gawat nih, Ra! Bisa jadi tuh si Oneng tar ngadu ke Thalita. Dia cukup banyak pegang rahasia kita soalnya," Rikka merasa khawatir.
"Kamu sih, Rik! Cari perkara aja, kalau sampai kejadian kayak gitu kan gawat, makin licin tuh si Cabe, merasa punya pengikut," omel Dinda.
"Ya maaf! Bawaannya kesel aja, tiap ngomong sama si Oneng itu. Dia lugu atau emang b*go kan gak bisa dibedain."
"Ya sudahlah, udah terlanjur ini kan. Kita anc*m saja tuh nanti si Oneng, kalau sampai buka mulut, dia akan merasakan akibatnya," geram Clara.
"Iya, gitu aja deh. Nanti aku yang bakal ngomong sama dia, kalau kalian berdua, aku ragu bisa berhasil, bisa-bisa ada gulat maut," Dinda menengahi teman-temannya.
"Nah, sekarang apa rencana kamu, Ra?"
"Aku rasa, akan mencoba dekati Gideon lagi, Rik. Semoga kali ini berhasil, aku akan memintanya ngechat Thalita, biar blok ku dibuka."
"Semoga berhasil, Kawan! Tetap semangat, maju terus, pantang mundur!" kata Dinda.
Clara tersenyum licik, kedua temannya masih tetap mendukung dan percaya padanya, kecuali satu orang, Renny. Biar saja, toh Renny itu oneng, gak penting juga dia mundur dari group mereka.
"Aku jadi pengen join deh, di group yang kamu bilang itu, Ra," kata Dinda.
"Aku juga, Ra," Rikka tak mau kalah.
"Oke, nanti aku bilang ke Gideon, biar dijoinin. Sekarang kita habiskan dulu makanan itu, habis itu kita pulang. Aku mau istirahat, biar tar malam bisa pacaran sama Vano."
Rikka dan Dinda tersenyum, melihat Clara, temannya yang sangat royal itu, merasa bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments