Part 18 : Mulai Ilfil

Thalita tampak sedang chating dengan seseorang yang membuatnya selalu tersenyum. Renald yang melihat, timbul rasa usilnya.

"Hayo, chat sama siapa tuh, kok pakai senyum-senyum sendiri kayak orang kesambet?"

"Biasa, chat di group kok. Kamu beneran gak lapar?"

Renald tampak menggeleng, kemudian kembali asik dengan ponselnya. Thalita beranjak, memesan semangkok nasi soto dan segelas es teh.

"Nih makan! Biar kuat menghadapi kenyataan!" kata Thalita sambil meletakkan gelas dan mangkok di depan Renald.

"Tapi, Tha, tadi kan aku bilang kalau belum lapar, kenapa kamu malah repot-repot beliin aku soto ayam?"

"Karena aku mendengar cacing-cacing di perutmu pada demo, mereka gak kamu kasih makan. Ini aku pesan soto karena kasian sama mereka, kalau kamu mah, bodo amat."

Renald tertawa ngakak mendengar kata-kata Thalita, gadis itu memang paling bisa mencairkan suasana.

"Kalau begitu, mewakili mereka, aku ucapkan terima kasih banyak sama kamu. Tanpa kamu, mereka bakal mati kelaparan."

"Iya, sama-sama Cing."

"Cing?"

"Kan yang ngucapin makasih, Cacing, bukan kamu."

"Ah ya, lupa," kata Renald sambil menepuk jidatnya.

Thalita kembali sibuk dengan ponselnya, dan Renald sibuk dengan isi mangkok dan gelas di depannya. Untuk beberapa saat, mereka tak lagi bicara.

"HOREEE!"

Tiba-tiba Thalita tersenyum girang, dan Renald melongo memperhatikan sahabatnya itu.

"Ada apa, Tha? Kok seneng banget kelihatannya, sampai bersorak begitu."

"Novelku yang berjudul 'Playing Victim', dapat tawaran untuk dibukukan, Re. Seneng banget aku nih, nambah lagi buku cetak dari tulisanku."

"Wah, selamat ya, Tha! Ada gunanya juga kamu traktir cacing-cacing di perutku, berkat doa mereka berkatmu melimpah."

"Amin. Makasih ya, Cing. Besok-besok, kalau lapar lagi jangan sungkan, ya! Berkat doa kalian nih, aku mendapat keberuntungan begini," kata Thalita sambil cengengesan.

Thalita dan Renald memang pasangan sahabat yang ajaib. Sering sekali mereka terciduk saling ber*ntem, tapi dalam hitungan menit, mereka sudah akur lain. Belum lagi mereka yang lebih sering terlihat berdua terus, persis pasangan kembar siam yang tak terpisahkan, dimana ada Thalita di situ ada Renald juga.

"Emang kalau dibukukan gitu, komisinya gede, Tha?"

"Paling 15℅ dari hasil penjualan buku. Tapi mayan sih, kalau yang beli ada banyak, bisa buat beli seekor kambing."

"Bagus kalau gitu, Tha. Asal jangan beli kambing yang jantan aja, beli yang betina terus jangan disuruh KB juga kambingnya. Kalau perlu, cepat aja dinikahkan dini, biar cepat berkembang biak."

"Iya, nanti kambingku mau ku nikahkan sama Dini, Re."

Renald cemberut sambil menggigit kerupuk dengan kasar, membuat Thalita tergelak. Sungguh pasangan yang aneh bin ajaib.

"Ngomong-ngomong, gimana tuh kabarnya cowok online mu itu?"

"Kabar dia mah baik kok, Re. Sehat dan gak sakit."

"Bukan gitu maksudnya, Tha!" Renald makin cemberut.

Thalita menghela napas, pertanda dia dalam mode serius, tak lagi bercanda seperti tadi.

"Entahlah, Re. Jujur aja, aku mulai ilfil sama dia."

"Lha kenapa?"

"Kamu ingat cewek yang kemarin nelpon dan m"ki-m*aki aku kan?"

"Iya, kenapa dengan cewek itu?"

"Aku merasa ada yang disembunyikan dari aku. Sebenarnya cewek itu dan Bang Gideon kayak ada main belakang gitu lho, Re. Paham gak, maksudku?'"

"Kayak di depan kamu mereka kelihatan musuhan, tapi sebenarnya di belakang kamu mereka akrab. Begitu kan?"

"Iya, aku merasa seperti itu. Kamu tau kan, Re, kalau feelling aku tuh biasanya tepat?"

"Ku akui, kamu emang bakat jadi cenayang kok. Terus, apa yang akan kamu lakukan sekarang?"

"Belum ada rencana sih, mengalir aja seperti air, ngikutin arus! Tapi aku udah mulai gak sreg pacaran sama Bang Gideon, udah minta putus juga, tapi belum di acc sama dia."

"Yaelah, Tha, udah kayak ngajuin proposal aja, pakai di acc segala."

Thalita hanya nyengir, mendengar candaan sahabatnya itu. Renald memang sahabat yang baik, selalu perhatian pada Thalita, hingga perubahan sekecil apapun pada Thalita, tak luput dari pengamatan Renald."

"Ku lihat sekarang kamu sibuk banget nulis ya, Tha?"

"He em. Daripada galau mulu, mending ku salurkan lewat tulisan, Re. Selain biar galaunya hilang, kan bisa dapat cuan, lumayan buat nambah uang jajan."

"Cowokmu gak marah? Kamu bilang kan dia itu manja, minta selalu diperhatikan, gak mau dicuekin?"

"Ya aku tinggal bilang ke dia lagi sibuk, tugas kuliah numpuk, jadi gak bisa nemenin dia ngobrol lama-lama."

"Padahal?"

"Padahal aku sibuk nulis. Kan kuliahku santai, gak banyak tugas juga kan?"

"Menurutku juga mending kayak gitu, Tha, menghasilkan. Timbang kamu sibuk bucin sama dia via online, malah ngabisin duit buat beli kuota."

"Kan pake wifi, Re. Di kampus juga tinggal minta hotspot ke kamu."

"Kalau gitu, aku ganti password hotspot ahh, dari pada kamu manfaatin buat bucin gak jelas. Masih mending kalau minta hotspot buat nulis novel, aku masih kecipratan reward, lha kalo bucin, dapat apaan?"

"Asal kamu tau aja, ide buat nulis kan kadang dari hasil bucin online juga, jadi masih ada kaitannya lho sama reward nulis. Tuh yang kamu makan barusan, kan sebagai tanda terima kasih, kamu udah sering bagi hotspot."

Renald hanya bisa mengurut dada, mempunyai teman antik kayak Thalita ini harus kuat-kuat mental. Jarang bikin happy malah seringnya bikin ngenes.

"Aku punya ide nih, Tha."

"Ide apaan? Jangan aneh-aneh lho, nanti kayak kemarin lagi, ide bikin rujak buah tapi jambunya ny*l*ng punya ibu kost. Niat banget biar aku diusir dari situ."

Kali ini Thalita yang cemberut, karena berhasil dikerjai oleh Renald. Disuruh bikin bumbu rujak buah, kirain Renald yang bawa buahnya, ternyata malah metik jambu kristal di halaman kost, tentu saja Thalita dapat SP satu dari ibu kost.

"Masih ingat aja kamu, Tha," kata Renald sambil ngakak.

"Gimana bisa lupa, kan aku yang alamat terusir dari kost. Kamu kira cari kost baru gak ribet? Ya udah, ide kamu apa?"

"Gini, Tha. Kan kemaren aku udah ngaku jadi pacar kamu, ke si Tante itu. Gimana kalau kamu minta putus aja sama pacar online kamu itu, dengan alasan udah dapat pacar di duta!"

"Nice, aku juga kepikiran ide itu sih. Apalagi waktu Bang Gideon baru tau kemarin, kalau ternyata Rere itu cowok, dia kan sewot," kata Thalita sambil nyengir.

"Nah, kalau dia beneran mau putus gimana tuh, gak nyesel?"

"Gak lah, ngapain juga nyesel. Kan tadi udah ku bilang juga, aku ilfil sama dia. Tapi kalau dia gak mau putus, gimana tuh?"

"Tar aja dipikirin selanjutnya kalau dia gak mau. Sekarang ke kelas, tar lagi aku ada kuis."

"Siap, bosque."

Keduanya segera berlalu dari kantin, masuk ke kelas.

Terpopuler

Comments

Ririn Santi

Ririn Santi

somplak nih sepasang sahabat, bikin ngakak aja, apalagi dialog sama para cacing

2023-02-22

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1 : Korban?
2 Part 2 : Curhat Kok Bersambung
3 Part 3 : Ah Labil
4 Part 4 : Gank Rumpi
5 Part 5 : Sohib Ngeselin
6 Part 6 : Mulai Nih? Oke Siap
7 Part 7 : Jadian
8 Part 8 : Genk Rumpi
9 Part 9 : Tenang Saja Thalita
10 Part 10 : Cemburu
11 Part 11 : Nyata dan Maya
12 Part 12 : Ulah si Tante
13 Part 13 : Protes yang Diabaikan
14 Part 14 : Call Group
15 Part 15 : Kesepakatan
16 Part 16 : Bermain di Belakang
17 Part 17 : Ketauan?
18 Part 18 : Mulai Ilfil
19 Part 19 : Teror online
20 Part 20 : Mulai Tersingkir
21 Part 21 : Menelisik Kebenaran
22 Part 22 : Muncul Kembali
23 Part 23 : Teror Lagi
24 Part 24 : Pacarmu Aku atau Dia?
25 Part 25 : Vano dan Thalita
26 Part 26 : Cuma Rencana
27 Part 27 : Belum Kapok Juga
28 Part 28 : Untung Tak Dapat Diraih
29 Part 29 : Malang tak Dapat Ditolak
30 Part 30 : Tetap Stay Cool
31 Part 31 : Gideon Menyesal?
32 Part 32 : Terlambat
33 Part 33 : Racun Baru
34 Part 34 : Peringatan dari Vano
35 Part 35 : Clara Berulah Lagi
36 Part 36 : Thalita Beraksi
37 Part 37 : Bumerang
38 Part 38 : Clara Sadar?
39 Part 39 : Derita Clara
40 Part 40 : Tak Direstui
41 Part 41 : Gagal Nikah
42 Part 42 : Clara Ngamok
43 Part 43 : Berita Duka
44 Part 44 : Keputusan Gideon
45 Part 45 : Gideon Menghilang
46 Part 46 : Mencari Alternatif
47 Part 47 : Gagal Lagi
48 Part 48 : Vano Menyatakan Cinta
49 Part 49 : Mulai Terbiasa
50 Part 50 : Emang Enak?
51 Part 51 : Vano Menolong Gideon?
52 Part 52 : Nasib Clara
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Part 1 : Korban?
2
Part 2 : Curhat Kok Bersambung
3
Part 3 : Ah Labil
4
Part 4 : Gank Rumpi
5
Part 5 : Sohib Ngeselin
6
Part 6 : Mulai Nih? Oke Siap
7
Part 7 : Jadian
8
Part 8 : Genk Rumpi
9
Part 9 : Tenang Saja Thalita
10
Part 10 : Cemburu
11
Part 11 : Nyata dan Maya
12
Part 12 : Ulah si Tante
13
Part 13 : Protes yang Diabaikan
14
Part 14 : Call Group
15
Part 15 : Kesepakatan
16
Part 16 : Bermain di Belakang
17
Part 17 : Ketauan?
18
Part 18 : Mulai Ilfil
19
Part 19 : Teror online
20
Part 20 : Mulai Tersingkir
21
Part 21 : Menelisik Kebenaran
22
Part 22 : Muncul Kembali
23
Part 23 : Teror Lagi
24
Part 24 : Pacarmu Aku atau Dia?
25
Part 25 : Vano dan Thalita
26
Part 26 : Cuma Rencana
27
Part 27 : Belum Kapok Juga
28
Part 28 : Untung Tak Dapat Diraih
29
Part 29 : Malang tak Dapat Ditolak
30
Part 30 : Tetap Stay Cool
31
Part 31 : Gideon Menyesal?
32
Part 32 : Terlambat
33
Part 33 : Racun Baru
34
Part 34 : Peringatan dari Vano
35
Part 35 : Clara Berulah Lagi
36
Part 36 : Thalita Beraksi
37
Part 37 : Bumerang
38
Part 38 : Clara Sadar?
39
Part 39 : Derita Clara
40
Part 40 : Tak Direstui
41
Part 41 : Gagal Nikah
42
Part 42 : Clara Ngamok
43
Part 43 : Berita Duka
44
Part 44 : Keputusan Gideon
45
Part 45 : Gideon Menghilang
46
Part 46 : Mencari Alternatif
47
Part 47 : Gagal Lagi
48
Part 48 : Vano Menyatakan Cinta
49
Part 49 : Mulai Terbiasa
50
Part 50 : Emang Enak?
51
Part 51 : Vano Menolong Gideon?
52
Part 52 : Nasib Clara

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!