Part 7 : Jadian

Thalita bangun saat matahari belum menampakkan senyumnya di ufuk timur, gadis itu bergegas membersihkan diri kemudian menghadap Sang Khalik. Usai beribadah, Thalita segera memeriksa ulang tugas-tugas kuliahnya, semua beres.

Gadis itu tampak tersenyum senang," awal pagi yang baik. Buka ponsel ah, kalau sampai dikick lagi dari group, awas aja tuh si Abang."

Lagi-lagi Thalita tersenyum senang, tak ada notifikasi apapun di aplikasi hijau miliknya, pertanda Gideon tak marah padanya. Photo profil Gideon juga masih tampak, berarti Thalita tidak sedang diblokir.

"Tumben nih, si Abang, lagi kesambet atau gimana nih? Biasanya dikit-dikit blok, kok tumben sekarang enggak?" gumam Thalita sambil menggaruk kepala yang memang gatal karena empat hari belum keramas.

Tiba-tiba ponsel Thalita berdering, Gideon.

"Halo, Bang. Selamat pagi!" sapa Thalita.

"Selamat pagi juga cantik, sopan banget ya, semalam matiin telpon tanpa pamit."

"Abang sudah pikun? Kan Thalita udah pamit juga, kok malah dibilang tanpa pamit sih?"

"Iya, pamit. Tapi belum Abang jawab udah kamu matiin."

"Thalita udah ngantuk, Bang, dari awal kan udah bilang juga."

"Iya, Abang paham kok, Sayang. Maaf ya, kalau selama ini Abang suka marah-marah sama Thalita!"

"Ini Abang gak lagi mabok kan?"

"Kok mabok, sih?"

"Ya kan tumben aja gitu, pagi-pagi gak ada hujan gak ada angin tiba-tiba minta maaf. Kalau gak lagi mabok, pasti Abang abis kepentok deh."

"Bisa gak sih, kamu tuh gak bikin Abang kesel? Sehariiii aja, please!"

"Bikin kesel gimana sih, Bang?"

"Gimana gak kesel, masa pagi-pagi belum sarapan udah dituduh-tuduh lagi mabok?"

"Ya kan aneh aja gitu, gak biasanya Abang kayak gitu ke Thalita."

"Ke Thalita doang sih Abang tuh beda sikapnya. Ke yang lain mah enggak."

"Kok gitu, Bang?"

"Karena Abang sayang sama kamu. Emmm, Tha...mau gak kamu kalau kita pacaran?"

"Maksudnya, Bang?"

"Thalita, jangan pura-pura bego deh ya! Abang tau, kamu tuh ngerti maksud Abang."

Suara Gideon mulai terdengar kesal, dia sudah mempersiapkan diri, untuk mengatakan isi hatinya, tapi Thalita menanggapinya dengan bercanda.

"Abang serius?"

"Iya, Abang serius, Sayang."

"Tau kan resikonya apa, kalau kita pacaran?"

"Tau kok, dan Abang sudah pikirkan itu masak-masak, sebelum Abang menyatakan perasaan Abang ke kamu. Gimana?"

"Entahlah, Bang. Thalita belum bisa jawab."

"Kok gitu? Tinggal bilang iya, atau tidak aja kok."

"Boleh minta waktu?"

"Oke, Abang kasih waktu sampai nanti siang. Kalau Abang nelpon lagi nanti, harus udah ada jawaban. Thalita tau kan, Abang gak suka menunggu terlalu lama."

"Oke, nanti Thalita akan jawab. Sekarang mau siap-siap buat ngampus dulu, see you Abang."

"See you too, Cantik. Love you."

"Love me too."

Sambungan telepon sudah terputus, tapi Gideon masih merasa gemas dengan jawaban Thalita. Jika cewek-ceweknya terdahulu selalu menjawab dengan kata, love you more, setiap kali dia mengucapkan love you, Thalita berbeda, cewek itu pasti menjawab dengan love me too. Emang cewek satu ini unik, beda dari cewek-cewek lain yang pernah Gideon kenal.

Tiba di kampus, Thalita disambut Rere dengan cengiran. Pasti ada udang dibalik bakwan kalau cowok itu sudah memasang tampang seperti itu.

"Ada apa, kok senyum-senyum sok imut kayak gitu?" tanya Thalita sengit.

"Jutek amat, Neng? Lagi PMS ya?"

"Lagi bete aku, Re. Kalau kamu mau nambahin bete, mending jauh-jauh deh kamu, dari pada nanti ku telan gak pakai air!'

"Emang lu kira gua kapsul? Main telan-telan aja," gerutu Renald.

"Makanya, jangan bikin bete! Ada apa, cepat deh ngomong, mumpung aku belum emosi nih!"

"Anu...jadi gini, Tha, aku lagi butuh duit nih. Kamu ada gak, aku mau pinjam."

"Buat apaan?"

"Aku ada rencana buka toko online, Tha. Mau jualan kaos yang gambarnya desain sendiri gitu, jadi pembeli bisa request sesuai selera. Kan itu butuh modal, aku mau pinjam sama kamu."

"Yang bikin desain, siapa?"

"Ya aku lah, siapa lagi? Kan kamu tau, aku ada sedikit skill di situ. Biar gak jago-jago banget kan termasuk lumayan, nanti juga aku bakal terus belajar."

"Oke sih kalau begitu, tapi aku gak bisa pinjami kamu, Re."

Renald tampak menghela napas, rencananya menemui jalan buntu. Sebelumnya, Renald sangat berharap Thalita dapat membantunya. Tapi Renald tak bisa memaksa juga, mereka masih sama-sama mahasiswa, belum mempunyai penghasilan tetap, wajar saja Thalita tak bisa membantu, mungkin memang lagi tak ada dana.

"Kok malah melamun, Re?"

"Enggak kok, Tha. Cuma lagi mikir aja, bisa dapat modal dari mana."

"Gini lho, Re, aku tuh gak bisa pinjami kamu modal, tapi kalau kamu ngajak kerjasama, aku mau."

"Maksudnya gimana, Tha?"

"Ya kita bekerja sama gitu, lho. Misal kamu bagian desain, tar aku yang bagian promo. Tapi kita kerja bareng, dan hasilnya dibagi bareng juga."

"Berarti, kamu mau pinjami modal, Tha?"

"Bukan pinjam, Re tapi kita patungan."

Renald diam sejenak, berusaha mencerna maksud Thalita, kemudian tersenyum setelah merasa paham.

"Oke, Tha, aku setuju."

"Deal?"

"Deal, Tha."

Keduanya saling bersalaman dan tersenyum, kerjasama mereka dimulai hari itu.

"Nah, satu masalah udah selesai, sekarang aku mau tanya, kenapa kamu tadi bete?" tanya Renald.

Thalita menarik napas, kemudian menghembuskan dengan kesal.

"Ayolah, cerita aja, Tha! Siapa tau aku bisa bantu."

"Kamu tau kan, Gideon, yang sering ku ceritain ke kamu itu?"

"Yang ketua dari group online kamu itu kan?"

"Iya, bener."

"Kenapa dia?"

"Nembak aku?"

"Soo?"

"Aku bingung, mau terima atau tolak?"

"Lha kamu ada perasaan gak sama dia?"

"Ya kuakui jujur, ada. Tapi..."

"Oke, aku paham kok, Tha. Terima aja, tapi tetap waspada, hati-hati, bagaimanapun dia cuma teman online kan? Kalian belum pernah bertemu secara nyata, jadi jangan berharap lebih! Jadikan sebuah hiburan semata!"

Thalita tersenyum, gadis itu memahami apa yang dimaksudkan oleh sahabatnya itu, "terima kasih ya, Rere Sayang. You are the best friend in my life."

"Ingat Tha, kalian gak mungkin bersatu, jadi jangan sampai kamu benar-benar sampai jatuh hati beneran! Have funs aja, okey dear?"

Thalita mengangguk mantap, Renald merasa senang melihat gadis itu kembali tersenyum, tak lagi bete seperti tadi. Selanjutnya mereka terlibat obrolan serius, tentang usaha baru yang akan mereka rintis.

Siang itu, Gideon kembali menelepon Thalita, menanyakan jawaban atas pertanyaannya pagi tadi.

"Gimana, Sayang? Kamu mau kan kalau kita pacaran?" tanya Gideon.

"Iya, Bang, Thalita mau. Tapi ada syarat dan ketentuan berlaku ya?"

"Apapun itu, Sayang."

Keduanya tersenyum di tempat yang berbeda, yang terpisah jarak ribuan kilometer, senyum yang mempunyai arti yang berbeda juga.

Episodes
1 Part 1 : Korban?
2 Part 2 : Curhat Kok Bersambung
3 Part 3 : Ah Labil
4 Part 4 : Gank Rumpi
5 Part 5 : Sohib Ngeselin
6 Part 6 : Mulai Nih? Oke Siap
7 Part 7 : Jadian
8 Part 8 : Genk Rumpi
9 Part 9 : Tenang Saja Thalita
10 Part 10 : Cemburu
11 Part 11 : Nyata dan Maya
12 Part 12 : Ulah si Tante
13 Part 13 : Protes yang Diabaikan
14 Part 14 : Call Group
15 Part 15 : Kesepakatan
16 Part 16 : Bermain di Belakang
17 Part 17 : Ketauan?
18 Part 18 : Mulai Ilfil
19 Part 19 : Teror online
20 Part 20 : Mulai Tersingkir
21 Part 21 : Menelisik Kebenaran
22 Part 22 : Muncul Kembali
23 Part 23 : Teror Lagi
24 Part 24 : Pacarmu Aku atau Dia?
25 Part 25 : Vano dan Thalita
26 Part 26 : Cuma Rencana
27 Part 27 : Belum Kapok Juga
28 Part 28 : Untung Tak Dapat Diraih
29 Part 29 : Malang tak Dapat Ditolak
30 Part 30 : Tetap Stay Cool
31 Part 31 : Gideon Menyesal?
32 Part 32 : Terlambat
33 Part 33 : Racun Baru
34 Part 34 : Peringatan dari Vano
35 Part 35 : Clara Berulah Lagi
36 Part 36 : Thalita Beraksi
37 Part 37 : Bumerang
38 Part 38 : Clara Sadar?
39 Part 39 : Derita Clara
40 Part 40 : Tak Direstui
41 Part 41 : Gagal Nikah
42 Part 42 : Clara Ngamok
43 Part 43 : Berita Duka
44 Part 44 : Keputusan Gideon
45 Part 45 : Gideon Menghilang
46 Part 46 : Mencari Alternatif
47 Part 47 : Gagal Lagi
48 Part 48 : Vano Menyatakan Cinta
49 Part 49 : Mulai Terbiasa
50 Part 50 : Emang Enak?
51 Part 51 : Vano Menolong Gideon?
52 Part 52 : Nasib Clara
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Part 1 : Korban?
2
Part 2 : Curhat Kok Bersambung
3
Part 3 : Ah Labil
4
Part 4 : Gank Rumpi
5
Part 5 : Sohib Ngeselin
6
Part 6 : Mulai Nih? Oke Siap
7
Part 7 : Jadian
8
Part 8 : Genk Rumpi
9
Part 9 : Tenang Saja Thalita
10
Part 10 : Cemburu
11
Part 11 : Nyata dan Maya
12
Part 12 : Ulah si Tante
13
Part 13 : Protes yang Diabaikan
14
Part 14 : Call Group
15
Part 15 : Kesepakatan
16
Part 16 : Bermain di Belakang
17
Part 17 : Ketauan?
18
Part 18 : Mulai Ilfil
19
Part 19 : Teror online
20
Part 20 : Mulai Tersingkir
21
Part 21 : Menelisik Kebenaran
22
Part 22 : Muncul Kembali
23
Part 23 : Teror Lagi
24
Part 24 : Pacarmu Aku atau Dia?
25
Part 25 : Vano dan Thalita
26
Part 26 : Cuma Rencana
27
Part 27 : Belum Kapok Juga
28
Part 28 : Untung Tak Dapat Diraih
29
Part 29 : Malang tak Dapat Ditolak
30
Part 30 : Tetap Stay Cool
31
Part 31 : Gideon Menyesal?
32
Part 32 : Terlambat
33
Part 33 : Racun Baru
34
Part 34 : Peringatan dari Vano
35
Part 35 : Clara Berulah Lagi
36
Part 36 : Thalita Beraksi
37
Part 37 : Bumerang
38
Part 38 : Clara Sadar?
39
Part 39 : Derita Clara
40
Part 40 : Tak Direstui
41
Part 41 : Gagal Nikah
42
Part 42 : Clara Ngamok
43
Part 43 : Berita Duka
44
Part 44 : Keputusan Gideon
45
Part 45 : Gideon Menghilang
46
Part 46 : Mencari Alternatif
47
Part 47 : Gagal Lagi
48
Part 48 : Vano Menyatakan Cinta
49
Part 49 : Mulai Terbiasa
50
Part 50 : Emang Enak?
51
Part 51 : Vano Menolong Gideon?
52
Part 52 : Nasib Clara

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!