Sejak Gideon dan Thalita pacaran, mereka malah jarang muncul bersama di group. Jika yang satu muncul, yang lain cuma menyimak, begitu juga sebaliknya.
"Sayang, kamu merasa gak, sejak kita jadian, kita malah gak pernah muncul bareng, ya?" tanya Gideon melalui telepon.
"Iya juga, Thalita baru nyadar. Menurut Abang gimana? Nyaman dengan kondisi begini?"
"Jujur aja, Abang sih kurang nyaman. Maunya Abang, semua pada tau, kalau Thalita itu pacar Abang, jadi gak ada yang modusin lagi."
"Hmm, gitu ya, Bang? Apa Abang gak mikir, gimana dampaknya kalau banyak yang tau?"
"Ya itu dampaknya, jadi gak ada yang dekati Thalita lagi, Thalita hanya punya Abang, yang lain gak boleh dekat-dekat!"
"Bukan itu maksud Thalita, Bang. Serius dikit lah, ini lagi males berdebat, lagi banyak yang dipikirin," Thalita sedikit sebal.
"Mikir apa sih, Sayang? Mikirin Abang, ya?"
"Gini deh ya, Bang. Ini kan Thalita lagi pengen ngomong serius, kalau Abangnya ngajak becanda, maaf aja, Thalita gak bisa ngeladeni, lagi sibuk. See you Abang."
Thalita menutup telepon tanpa menunggu balasan dari Gideon, cewek itu mendengkus kesal. Gideon menghubungi Thalita lagi berkali-kali, tapi selalu diabaikan, bahkan Thalita menganti dering ponselnya ke mode senyap.
Di tempat lain, Clara sedang berkumpul dengan Rikka dan Dinda, ketiganya sedang membahas group tempat mereka joint.
"Sejak kita joint di group riddle, si Cabe itu gak pernah muncul ya, Gaes?" tanya Clara membuka obrolan.
"Iya tuh, padahal udah dicolek mulu tuh sama moderator-nya, si Gideon. Kalian merasa ada yang aneh gak, Bestie?" kata Rikka.
"Aneh gimana, Rik?"
"Ya aneh aja, kan katamu dulu si Thalita itu sering aktif di group, kok sekarang nyimak doang."
"Dulu sih dia memang aktif, aktif godain Vano di group. Chat nya aja pakai sayang-sayangan ke Vano, jijik banget deh aku bacanya," tukas Clara.
"Jijik apa cemburu, Ra? Kan Vano itu gebetan kamu," Dinda berkomentar.
"Justru karena Vano gebetanku, aku jadi jijik si Cabe itu panggil Sayang ke Vano. Kamu sendiri aja, kalau gebetanmu digituin kan pasti juga sebel, Din."
"Gak juga sih, Ra, kan cuma gebetan belum jadi pacar juga. Terus, gimana tuh respon Vano dipanggil sayang oleh Thalita?"
"Ya jijik juga sih kayaknya."
"Kayaknya? Berarti belum tentu juga, bisa jadi si Vano malah kesenengan tuh."
"Mana mungkin, si Cabe itu gak ada apa-apanya dibanding aku. Udah kerempeng, item, dekil lagi. Gak level lah kalau dibanding sama aku."
Dinda hanya nyengir mendengar jawaban Clara yang terlalu percaya diri. Padahal, Thalita pesona jauh di atas Clara yang sudah berumur. Thalita masih belia, ibarat bunga, sedang mekar-mekarnya, sedang Clara sudah hampir layu.
"Apa kamu gak curiga, Ra? Kali aja mereka main belakang?"
"Maksud kamu apa, Rikk?"
"Ya kali aja si Cabe itu sering chat pribadi gitu sama Vano, tapi di group seolah gak akrab. Kan bisa jadi kayak gitu."
"Gak mungkinlah, Rik. Buta apa si Vano itu kalau memilih si Cabe? Mending aku kemana-mana lho, Rik."
Dinda tertawa geli mendengar omongan Clara, temannya satu ini sungguh percaya dirinya gak kaleng-kaleng. Bahkan bisa dibilang, gak ngaca.
"Kenapa kamu gak tanya aja sama Vano langsung, Ra? Dia sering chat sama Thalita atau enggak, biar jelas gitu lho," usul Dinda.
"Males banget, Din. Buat apa coba bahas si Cabe sama Ayang? Kan mending bahas yang lebih penting, misalnya bahas masa depan," elak Clara.
"Kamu sering chat sama Vano, Ra?" tanya Rikka kepo.
"Namanya juga Ayang, Rik, ya jelas sering lah, masa gitu aja ditanyain sih!"
Clara merasa sebal, karena menganggap pertanyaan Rikka adalah pertanyaan bodoh dan tak perlu ditanyakan.
"Itu biasanya yang chat, kamu dulu atau Vano dulu?"
"Vano itu orang sibuk ya, Din. Dia kan lagi kuliah di semester akhir, jelas banyak banget tugasnya, belum lagi mikirin skripsi. Sebagai ceweknya, aku harus perhatian sama dia, harus memaklumi keadaannya. Aku juga gak boleh egois, Din."
Dinda mengerutkan kening karena heran, jawaban yang diberikan Clara sangat tidak sesuai dengan pertanyaan yang dia berikan.
"Kok jadi kemana-mana sih, Ra? Intinya aja lho, kamu atau Vano yang sering chat dulu?" tanya Dinda.
"Haduh, lama-lama kamu ini kayak si Renny deh, Din. Oon. Kan udah ku bilang, aku yang harus perhatian ke Vano, karena dia lagi sibuk, jadi aku yang sering chat dia dulu."
Dinda hanya bisa nyengir, dalam hati gadis itu bisa menilai, kalau sebenarnya si Vano itu tak pernah menganggap Clara istimewa. Rikka hanya mangut-mangut mendengar jawaban Clara, memang benar, Clara harus perhatian pada Vano yang sibuk.
"Kenapa kamu gak minta Gideon buat kick tuh Cabe dari group aja, Ra? Lama-lama aku juga eneg sama dia," usul Rikka.
"Ah, iya juga ya. Kenapa aku gak kepikiran sih? Kan enak tuh kalau gak ada si Cabe di group, adem."
"Janganlah!" sela Dinda.
"Kenapa, Din?"
"Gini lho, Rik. Kalau tuh si Thalita dikick, bukan gak mungkin kan mereka masih chat pribadi? Kalau masih di group kan enak, kamu bisa lihat reaksi dia kalau lihat Clara dan Vano sayang-sayangan di group."
Clara dan Rikka tampak berpikir, benar juga ide si Dinda. Tapi maksud Dinda beda, dia ingin melihat reaksi Vano, apa benar seperti yang dikatakan Clara.
"Jadi? Aku harus tampak mesra gitu di group sama Vano?"
"Ho oh. Biar si Thalita itu tau rasa, nanti dia pasti left sendiri karena malu," kompor Rikka.
"He em, Ra. Kamu juga kan bisa lihat juga, si Vano itu lebih pilih kamu atau Thalita," jawab Dinda.
"Tapi...tapi Vano itu gak suka kalau hubungannya tuh dipublish."
"Halah, itu cuma alasan aja, Ra, biar terkesan jaim. Cowok mah pasti seneng dan banga, kalau ceweknya memperlihatkan kemesraan di umum. Apalagi ceweknya kayak kamu, paket lengkap. Cantik, seksi, tajir, pinter dan royal, kurang apa coba?" kata Rikka.
"Bener itu, Ra. Lagian, kalau Vano gak ngakuin kamu di publik, tar dia yang rugi lho. Banyak yang bakal ngantri kalau tau kamu masih jomblo."
Lagi-lagi Dinda mengatakan argumen yang menurut Clara dan Rikka masuk akal, padahal niat Dinda, agar Clara merasa malu. Tipe cowok seperti Vano, akan illfil dengan cewek yang ganjen.
"Oke deh, nanti aku bakal lakuin usul kalian. Tapi ingat! Dukung aku ya di group!"
"Beres, Bos," kata Dinda dan Rikka bersamaan.
Clara tersenyum puas, karena berhasil menghasut Dinda dan Rikka. Rikka tersenyum, karena akan bisa morotin Clara. Dan Dinda nyengir, karena ternyata Clara tak sepandai kelihatannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments