Part 6 : Mulai Nih? Oke Siap

Thalita kembali joint ke group chat via whatssap yang dimoderatori oleh Gideon. Tapi Thalita mengambil sikap tak seperti biasanya. Dia lebih sering menyimak daripada ikut nimbrung dalam obrolan, bahkan group itu sengaja Thalita arsipkan. Terlihat membaca chat cuma sekedar hapus-hapus pesan saja.

Gideon juga lebih sering tag Thalita, agar melibatkan diri dalam obrolan seperti dulu, tapi jarang mendapat respon dari Thalita. Malam itu, Gideon sengaja menelepon Thalita.

"Ya, Bang. Ada apa?" tanya Thalita sambil menguap.

"Dih, gak sopan banget, menguap di depan Abang, mana bau pete lagi."

Gideon mencoba mengajak Thalita bercanda, tapi gadis itu sudah merasa capek dan lelah, hingga enggan meladeni.

"Hemm," jawab Thalita.

"Kamu kenapa sih, Sayang? Kok gitu banget tanggapannya?"

"Thalita capek aja, Bang. Dari kampus banyak tugas, terus di platform juga lagi coba crazy up."

"Apaan tuh, crazy up?"

"Update 3 bab setiap hari."

"Satu bab harus berapa kata?"

"Minimal sih seribu kata aja kok."

"Seribu kata ngomongnya pakai aja, ya? Berarti, tiap hari kamu harus ngetik tiga ribu kata aja kan? Easy mah itu buat seorang Thalita."

"Abang kalau ngajak ribut, jangan sekarang, Thalita lagi capek, ngantuk, pusing juga."

"Gimana gak capek, ngantuk and pusing? Pikiran diforsir mulu kayak gitu. Kapan kamu istirahatnya, Tha? Mana gak pernah muncul di group lagi, gak ada gunanya Abang joinin kamu lagi kalau kayak gini."

Terdengar Thalita menghela napas, pasti ujung-ujungnya yang dibahas Gideon group lagi group lagi. Thalita sudah merasa tak nyaman di group itu, karena adanya Clara dan teman-temannya. Capek cuma alasan aja bagi Thalita.

"Ya kan udah sering Thalita bilang juga kan ke, Abang, dari hasil nulis Thalita bisa dapat uang jajan. Dan itu jauh lebih bermanfaat dari pada nulis chat panjang-panjang di groupnya Abang, dapat cuan kagak, malah dapat celaan."

"Kok kamu ngomongnya gitu, Tha?"

"Abang nyadar gak sih? Sejak si Tante dan kawanannya Abang joinkan ke group, banyak member lain yang sepertinya mulai musuhi Thalita. Mana pakai nyindir-nyindir segala lagi, Abang pikir Thalita gak peka? Thalita tuh gak bego-bego amat, Bang," jawab Thalita sinis.

"Lalu, maunya Thalita, Abang harus gimana? Kick mereka dari group?"

"Ya terserah Abang lah, itu kan group punya Abang, Abang admin tunggal, Abang juga yang bikin group. Mau dibawa kemana itu group, terserah Abang, Thalita mah bodo amat."

"Jujur sama Abang, sebenarnya ada apa, Sayang?"

"Gak ada apa-apa kok."

"Ayolah! Gak mungkin gak ada apa-apa tapi kamu kayak gini. Ini jelas ada apa-apa, cepat bilang sama Abang!"

"Oke, Abang emang gak pernah bisa dibohongin. Itu si teman-temannya si Tante, kirim chat yang ngata-ngatain Thalita, dan bikin Thalita sebal."

"Ngata-ngatain gimana, Sayang?"

"Macem-macem, yang banyak disinggung sih, Thalita ini orang yang gak tau balas budi, udah dibaikkin tapi malah gak tau diri. Pokok intinya kayak gitu, Thalita juga gak tau, maksudnya apa."

"Kenapa gak coba nanya ke mereka?"

"Nanya? Setiap habis kirim chat berisi makian, mereka berdua blok nomor Thalita. Tar dibuka lagi bloknya kalau mau maki-maki lagi."

"Sini, kirim ke Abang SS nya, biar Abang ada bukti buat tegur mereka."

"Gak ada."

"Apanya gak ada?"

"Ya SS nya, kan tuh chat ku laporkan ke pihak WA, auto ke hapus kan?"

"Berarti kamu hanya membual, Tha. Gak ada chat kayak gitu berarti, itu cuma karangan kamu saja."

Thalita merasa semakin emosi, Gideon orang yang dianggap respek padanya, ternyata bersikap sama saja. Pasti Clara sudah melakukan aksinya, mempengaruhi pikiran Gideon, juga member-member lainnya.

"Abang lupa, kalau aku ini seorang penulis novel? Jelas aku pandai mengarang cerita. Oh iya, aku ingatkan juga, novelku itu kisah misteri, detektif, jadi alur ceritanya harus masuk akal. Jadi Abang bisa kan menggambarkan, seberapa pandai aku mengarang cerita?"

Setiap kali menggunakan kata ganti aku, menunjukkan Thalita sudah terbawa emosi, Gideon paham itu. Thalita selalu bersikap sopan, pada orang-orang yang lebih tua.

"Makanya, Tha, Abang butuh bukti. Tanpa bukti, semua itu hanya hoax."

"Terserah Abang aja, aku gak ada bukti, jadi mau percaya apa enggak, terserah. Aku ngantuk, Bang, besok kuliah pagi. Selamat pagi!"

Thalita mematikan panggilan telepon, sekalian mematikan daya ponselnya. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, dan berdebat dengan Gideon bisa berlangsung sampai pagi jika diladeni.

"Au ahh, bodo amat. Pasti si Tante sudah mulai menebar racunnya di group si Abang. Kalau besok saat nyalain ponsel aku udah dikick dari group itu, berarti tuh Tante udah menabuh genderang perang, dan aku akan melawan, gak bakalan aku mundur," kata Thalita geram.

Thalita mencharger ponselnya, kemudian beranjak tidur. Harus menyiapkan banyak energi untuk menyambut hari esok. Kesusahan sehari, biarlah untuk sehari, besok ada kesusahannya sendiri.

Gideon menggaruk kepala dengan kesal, Thalita mematikan panggilan begitu saja, gadis itu benar-benar bisa membuat emosinya naik turun dengan cepat.

"Thalita-Thalita, bisa gak sih gak bikin tensi Abang naik? Jadi orang kok ngeselin banget. Coba kamu dekat, Sayang, udah Abang bejek-bejek kamu sampai bonyok!" gerutu Gideon kesal.

Pemuda itu merebahkan diri, berusaha menghapus wajah Thalita dalam angannya, tapi bayangan gadis itu tetap menari-nari di sana. Seorang gadis yang selalu membuatnya kesal, tapi juga membuatnya kangen.

Tiba-tiba, ponsel Gideon kembali berdering, sang pemilik mengira Thalita menghubunginya kembali, senyum lebar segera menghiasi wajahnya.

"Halo, Sayang...kalau masih kangen, jangan matiin telponlah, gitu aja gengsi," sapa Gideon tanpa melihat siapa yang menelponnya.

"Maksud kamu apa, Dion?"

"Eh...maaf-maaf Mbak! Aku kira dia yang nelpon balik."

"Dia siapa hayo? Kok panggilnya pakai sayang-sayang?"

"Ah, kepo aja sih, Mbak. Ada apa, Mbak Clara kok nelpon subuh-subuh gini?"

"Aku lagi gak bisa tidur, Dion, terus lihat kamu baru saja online, jadi aku telpon saja."

"Tapi aku sudah ngantuk banget nih, Mbak," kata Gideon sambil menguap.

"Tanggung, tar lagi juga subuh, dari pada kamu ketiduran lho, Dion."

Gideon memutar otak, malas rasanya harus meladeni telepon dari Clara. Toh yang dibahas kalau bukan Vano yang jelek-jelekin Thalita, Gideon tak suka hal yang kedua. Thalita adalah orang istimewa yang memenuhi hati Gideon saat ini.

"Ya udah, Mbak Clara mau ngobrol apa, nih?"

"Itu lho, Dion, si Cabe kok makin hari makin ngeselin gitu lho. Dia gak pernah muncul di group, cuma baca doang,---"

Clara merasa kesal, tiba-tiba teleponnya terputus, di layar ponsel ada tulisan menghubungkan ulang. Clara mengirim chat pada Gideon, menanyakan apakah sinyalnya lagi buruk, centang satu. Tentu saja, karena Gideon mematikan data sambil nyengir.

Episodes
1 Part 1 : Korban?
2 Part 2 : Curhat Kok Bersambung
3 Part 3 : Ah Labil
4 Part 4 : Gank Rumpi
5 Part 5 : Sohib Ngeselin
6 Part 6 : Mulai Nih? Oke Siap
7 Part 7 : Jadian
8 Part 8 : Genk Rumpi
9 Part 9 : Tenang Saja Thalita
10 Part 10 : Cemburu
11 Part 11 : Nyata dan Maya
12 Part 12 : Ulah si Tante
13 Part 13 : Protes yang Diabaikan
14 Part 14 : Call Group
15 Part 15 : Kesepakatan
16 Part 16 : Bermain di Belakang
17 Part 17 : Ketauan?
18 Part 18 : Mulai Ilfil
19 Part 19 : Teror online
20 Part 20 : Mulai Tersingkir
21 Part 21 : Menelisik Kebenaran
22 Part 22 : Muncul Kembali
23 Part 23 : Teror Lagi
24 Part 24 : Pacarmu Aku atau Dia?
25 Part 25 : Vano dan Thalita
26 Part 26 : Cuma Rencana
27 Part 27 : Belum Kapok Juga
28 Part 28 : Untung Tak Dapat Diraih
29 Part 29 : Malang tak Dapat Ditolak
30 Part 30 : Tetap Stay Cool
31 Part 31 : Gideon Menyesal?
32 Part 32 : Terlambat
33 Part 33 : Racun Baru
34 Part 34 : Peringatan dari Vano
35 Part 35 : Clara Berulah Lagi
36 Part 36 : Thalita Beraksi
37 Part 37 : Bumerang
38 Part 38 : Clara Sadar?
39 Part 39 : Derita Clara
40 Part 40 : Tak Direstui
41 Part 41 : Gagal Nikah
42 Part 42 : Clara Ngamok
43 Part 43 : Berita Duka
44 Part 44 : Keputusan Gideon
45 Part 45 : Gideon Menghilang
46 Part 46 : Mencari Alternatif
47 Part 47 : Gagal Lagi
48 Part 48 : Vano Menyatakan Cinta
49 Part 49 : Mulai Terbiasa
50 Part 50 : Emang Enak?
51 Part 51 : Vano Menolong Gideon?
52 Part 52 : Nasib Clara
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Part 1 : Korban?
2
Part 2 : Curhat Kok Bersambung
3
Part 3 : Ah Labil
4
Part 4 : Gank Rumpi
5
Part 5 : Sohib Ngeselin
6
Part 6 : Mulai Nih? Oke Siap
7
Part 7 : Jadian
8
Part 8 : Genk Rumpi
9
Part 9 : Tenang Saja Thalita
10
Part 10 : Cemburu
11
Part 11 : Nyata dan Maya
12
Part 12 : Ulah si Tante
13
Part 13 : Protes yang Diabaikan
14
Part 14 : Call Group
15
Part 15 : Kesepakatan
16
Part 16 : Bermain di Belakang
17
Part 17 : Ketauan?
18
Part 18 : Mulai Ilfil
19
Part 19 : Teror online
20
Part 20 : Mulai Tersingkir
21
Part 21 : Menelisik Kebenaran
22
Part 22 : Muncul Kembali
23
Part 23 : Teror Lagi
24
Part 24 : Pacarmu Aku atau Dia?
25
Part 25 : Vano dan Thalita
26
Part 26 : Cuma Rencana
27
Part 27 : Belum Kapok Juga
28
Part 28 : Untung Tak Dapat Diraih
29
Part 29 : Malang tak Dapat Ditolak
30
Part 30 : Tetap Stay Cool
31
Part 31 : Gideon Menyesal?
32
Part 32 : Terlambat
33
Part 33 : Racun Baru
34
Part 34 : Peringatan dari Vano
35
Part 35 : Clara Berulah Lagi
36
Part 36 : Thalita Beraksi
37
Part 37 : Bumerang
38
Part 38 : Clara Sadar?
39
Part 39 : Derita Clara
40
Part 40 : Tak Direstui
41
Part 41 : Gagal Nikah
42
Part 42 : Clara Ngamok
43
Part 43 : Berita Duka
44
Part 44 : Keputusan Gideon
45
Part 45 : Gideon Menghilang
46
Part 46 : Mencari Alternatif
47
Part 47 : Gagal Lagi
48
Part 48 : Vano Menyatakan Cinta
49
Part 49 : Mulai Terbiasa
50
Part 50 : Emang Enak?
51
Part 51 : Vano Menolong Gideon?
52
Part 52 : Nasib Clara

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!