Sebuah panggilan telepon, membuat kaget Thalita, yang sedang asik mengetik part baru untuk novelnya. Gideon, cowok itu membuka blokir dan kembali menghubunginya. Thalita tersenyum dan sengaja tak mengangkat panggilan itu, toh biasanya Gideon akan mengulang lagi dan lagi panggilannya.
Benar saja, tak lama ponsel Thalita kembali berdering, dan lagi-lagi gadis itu enggan menjawab panggilan telepon dari Gideon.
Ting...
Sebuah pesan chat muncul di aplikasi hijau milik Thalita.
/Angkat/
/Maaf, lagi zoom meeting/
Kembali ponsel Thalita berdering, menandakan ada panggilan masuk dari Gideon. Kali ini, Thalita merejek panggilan itu, dan mengirim chat pada Gideon.
/Udah bilang kan, kalau lagi zoom meeting. Masa kagak ngerti?/
Thalita mendengkus kesal setelahnya, Gideon memang pribadi yang sangat egois, segala keinginannya harus cepat dipenuhi, jika tidak, dia tak segan untuk marah-marah. Semua member group yang dia ketuai tau hal ini, tapi tak ada yang berani protes.
"Ada apa sih, Bang? Kan udah ku bilang, aku lagi zoom meeting."
Akhirnya Thalita mengangkat telpon, setelah sekian kali ponselnya berdering.
"Kenapa kamu memblokir nomernya Mbak Clara?" tanya Dion di seberang sana.
"Oh, Abang nelpon cuma buat nanyain itu?"
"Iya, abis dia rese ke Abang, karena nomernya kamu blokir."
"Oke, kalau gitu, sampaikan sekalian ke dia! Kalau mau ngobrol jangan di pc, aku males, nanti dia fitnah-fitnah aku lagi. Meski diblokir kan masih bisa ngobrol di group."
"Abang bukan Hedwig si burung hantu, ogah banget kamu suruh-suruh sampaikan pesan kamu."
"Terus? Kalau di suruh tuh Tante sampaikan pesan, Abang mau?"
"Tante? Siapa maksud kamu?"
"Siapa lagi kalau bukan Tante Clara? Kan dia emang seumuran sama tanteku, lebih tua malah."
"Kamu jangan kurang ajar ya, Tha! Pantesan Mbak Clara marah sama kamu."
"Kurang ajar? Kurang ajar ku dimana, Bang?"
"Itu, kamu panggil dia tante, kan kurang ajar namanya. Emang dia nikah sama om kamu, makanya kamu panggil tante?"
"Panggil tante gak harus nikah sama om lah. Ke tetangga aja aku panggil tante, meski gak nikah sama om ku, lantas kurang ajarnya dimana, ku tanya sekali lagi?"
"Susah ngomong sama kamu, Tha, ngeyel mulu kalau dibilangin."
"Ya kalau begitu, gak usahlah Abang ngomong sama aku."
Thalita segera mematikan sambungan telponnya dengan Gideon, gadis itu cemberut, tak mengerti dengan cara berpikir Gideon. Tak lama, Gideon kembali menelepon Thalita.
"Ada apa lagi, Bang? Katanya gak mau ngomong sama aku karena susah?"
"Sopan kayak gitu? Matikan telpon tanpa pamit, Abang ini lebih tua dari kamu, Tha. Kamu gak boleh kurang ajar sama Abang!"
"Bukankah Abang sendiri yang gak mau ngomong sama aku? Ya udah, aku matiin aja, ngapain juga."
"Bisa kan, pamit baik-baik?"
"Gak bisa, aku sibuk."
"Heleh, sok sibuk kamu tuh. Mentang-mentang sekarang udah jadi penulis yang sudah menerbitkan banyak buku."
"Kalau iya, Abang mau apa?"
Thalita menjadi kesal pada Gideon, omongannya semakin mirip dengan Clara, mungkin karena Gideon sudah termakan hasutan si Clara. Clara selalu mengatakan Thalita mengalami star sindrom, karena tiba-tiba bisa menerbitkan buku dalam waktu yang tak berselang lama.
"Bener kata Mbak Clara, kamu---"
"Udah! Aku udah hafal apa yang akan Abang katakan. Aku terkena star sindrom kan? Persis seperti omongan si Tante."
"Bener-bener gak punya sopan santun kamu ya, Tha? Orang---"
"Sebenarnya, Abang nelpon itu tujuannya apa? To the point aja, jangan berbelit-belit!"
"Mau ngomong gimana? Dari tadi kamu potong mulu."
"Iya deh, ku dengerin, ngomong aja gak bakal ku potong!"
"Buka blok Mbak Clara!"
"Kalau aku gak mau?"
"Harus mau!"
"Kok gitu?"
"Ya emang gitu."
"Ogah, Bang."
"Bener-bener kamu ini ya, Tha, gak menghargai Abang sama sekali."
"Gak menghargai gimana?"
"Itu, Abang suruh buka bloknya Mbak Clara kok kamu gak mau?"
"Aku punya alasan buat ngeblok dia, Bang. Dan aku harap, Abang menghargai alasanku itu! Jangan mentang-mentang kalian lebih tua, jadi seenak udel ngatain orang kurang ajar. Aku juga punya hati, yang harus ku jaga biar gak sakit. Aku tutup dulu telponnya, Bang, karena aku mau ngetik part baru buat novelku. Selamat sore."
Thalita mengakhiri panggilan, tanpa menunggu jawaban dari Gideon. Gadis itu merasa sangat kesal, karena tak ada yang mau mendengarkan alasannya, semua orang memang egois. Tak lama, Thalita mendapati nomernya telah diblok lagi oleh Gideon, dasar cowok labil.
"Gimana, Yon?"
"Gak mau buka blok, Mbak. Katanya, kalau mau ngobrol di chat group aja."
Gideon dan Clara sepakat bertemu di sebuah cafe yang romantis, karena Clara ingin curhat tentang Thalita pada Gideon. Sedari tadi Gideon menelepon Thalita, Clara mendengar dengan seksama.
" Bener-bener kurang ajar emang tuh Cabe, gak ada hormatnya sama yang lebih tua."
"Cabe? Mbak ngatain Thalita cabe? Maksudnya apa?"
"Ya dia kan emang cewek cabe-cabean, Yon. Cewek yang suka godain cowok orang."
"Emang Thalita godain siapa, Mbak?"
"Godain Vano, cowok aku, Yon. Dia itu keganjenan, suka chat-chat gak jelas gitu ke Vano, jadinya Vano risih dan ngadu ke aku."
"Hah? Mbak Clara jadian sama Vano? Serius?"
"Kok kamu kayak kaget gitu, Yon? Kamu kira aku tuh gak pantes, jadi pacarnya Vano?"
Clara merasa tersinggung mendengar pertanyaan Gideon. Bagi Clara, Gideon sama saja dengan Thalita, yang meragukan cerita karangannya.
"Bu...bukan gitu, Mbak. Kan aku lihat, Vano itu orangnya cuek, seperti gak tertarik dengan masalah pacaran, kaget aja kalau ternyata kalian sudah jadian," elak Gideon.
"Gak ada hal yang gak mungkin, Yon, kalau udah jatuh cinta, gak ada yang bisa ngelak. Termasuk aku dan Vano, kami sama-sama naksir, jatuh cinta, jadian deh, toh sama-sama masih bujang juga kan? Tapi kamu jangan bilang-bilang ya, Yon! Cuma kamu yang ku kasih tau, karena Vano gak suka kalau hubungan kami dipublish."
Gideon hanya mengangguk mendengar cerita Clara, tapi dalam hati, cowok itu meragukan, kalau Clara memang punya hubungan dengan Vano. Selisih usia mereka terlalu jauh berbeda, Clara lebih tua delapan tahun dari Vano, hal yang sangat tak lazim di Indonesia.
Selain itu, Vano lebih suka modus ke cewek-cewek cerdas dan lebih muda dari dia, dan yang cantik tentu saja. Bukan seperti Clara yang keibuan dan lebih cocok menjadi tante Vano. Entahlah, Gideon menjadi bingung mau percaya pada siapa? Pada Clara yang sudah dikenalnya cukup lama, hingga tau semua sifatnya, atau pada Thalita, gadis manis yang diam-diam ditaksirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments