Gideon mengacak rambutnya kasar, pertanda cowok itu sedang sangat kesal, tapi tak tau harus melampiaskan pada siapa.
"Kok bisa-bisanya aku dikibuli sama bocil, sih? Itu aku yang b*go atau memang dia yang cerdik? Bisa hilang harga diriku kalau sampai ketauan sama yang lain, apalagi anak group riddle. Mereka gak boleh tau! Ayo berpikir Gideon, berpikir! Gunakan otakmu untuk mencari jalan keluarnya!"
Gideon masih mondar-mandir, kayak setrikaan, di dalam kamarnya. Sesekali cowok itu tampak menarik-narik rambutnya dengan kesal.
"Ah, ku telepon aja tuh si Cabe, biar ku m*ki-m*ki dia untuk melampiaskan kesal ku."
Tangan Gideon mengambil ponsel yang tadi dia lemparkan begitu saja ke atas kasur. Digesernya benda itu dengan kasar, begitu menemukan kontak Thalita, cowok itu segera melakukan panggilan."
"Halo, Bang! Ada apa lagi, nih?"
"Kok nadanya sewot gitu? Mana angkatnya lama lagi. Gak seneng ya, ditelpon Abang?"
"Ya bukan gitu juga, Bang. Thalita lagi capek nih, kerjaan numpuk dari tadi, ini juga baru kelar mandi."
"Halah alasan, emang kerjaan apa sampai numpuk gitu? Paleng juga kamu habis jalan-jalan sama cowok lain!"
"Kok tau kalau Thalita abis jalan-jalan sama cowok? Abang alih profesi jadi dukun, ya?" Thalita nyengir.
"Abang lagi gak becanda, Tha! Jawab pertanyaan Abang!"
"Pertanyaan yang mana?"
"Gak usah pura-pura b*go deh! Abang sudah bilang, gak lagi pengen becanda, Abang serius!"
"Iya tau, kalau Abang serius. Terus Thalita harus jawab pertanyaan Abang yang mana?"
"Kamu beneran pergi sama cowok, kan?"
"Iya."
"Jalan-jalan, kan?"
"He em, Abang bener, kami memang jalan-jalan."
"Siapa dia, Tha? Pacar kamu? Kamu sel*ngkuh dari Abang?"
Gideon mengepalkan tangan karena kesal. Benar kata Clara, Thalita sudah bersel*ngkuh darinya, bahkan cewek itu mengakui perbuatannya. Gideon menggertakkan gigi menahan kesal yang ingin dia luapkan sebagai amarah."
"Kan tadi udah ku bilang, Bang. Aku pergi sama cowok, namanya Rere. Kami jalan-jalan ke tempat sablon, buat ngambil pesanan kaos. Hari ini semua sudah harus selesai dipacking, karena besok pagi-pagi mau kami antar ke ekspedisi."
"Sejak kapan Rere jadi nama cowok? Gak usah ngibul deh, kamu! Abang paling gak suka dibohongi, kamu udah tau itu kan?!"
"Kapan Thalita pernah bohong ke Abang? Emang Abang pernah nanyain, Rere itu cewek apa cowok? Pernah gak, Bang?"
Thalita mulai ikut terpancing emosinya, mendengar nada bicara Gideon yang ngegas dan gak enak didengar.
"Karena Abang mengira Rere itu cewek, karena itu memang nama untuk cewek. Mana tau kalau Rere yang kamu maksud itu cowok," Gideon tetap berbicara dengan nada ketus.
"Sebenarnya, Abang ini lagi PMS atau apa sih? Kok dari tadi sewot mulu?"
"ABANG KESAL, KARENA KAMU S*LINGKUH DARI ABANG!!"
" Kok ngomongnya jadi ngegas kayak gitu?"
"ABANG SAKIT HATI BANGET, TAU GAK? PERASAAN ABANG KE KAMU UDAH DALAM BANGET, TAPI KENAPA BALASAN KAMU KAYAK GINI, THALITA, KENAPA? APA SALAH ABANG?"
"Gak usah b*ntak-b*ntak, biasa aja ngomongnya!"
Thalita tak mendengar suara Gideon berkata, cuma isakan yang makin lama makin keras terdengar. Gideon menangis.
"Gak usah nangis, masa cowok kok cengeng, malu sama badan!" kata Thalita santai.
"Kenapa kamu tega, Sayang, kenapa?" suara Gideon terdengar lirih.
"Tega gimana maksud Abang?"
"Ya tega sel*ngkuh dari Abang."
"Kata siapa Thalita sel*ngkuh?"
"Si Rere itu ngaku pacar kamu kan? Kamu mau mungkir?"
Seketika senyum mengembang di bibir Thalita, jelas sudah, salah paham ini bersumber dari mana.
"Oke, Thalita ngaku, kalau Rere itu memang pacar Thalita."
BRAK
Terdengar suara benda yang dibanting, entah apa yang dilakukan Gideon di sebrang sana.
"Thalita sudah jujur, Abang mau apa, nih?"
Tak terdengar jawaban, malah isakan Gideon yang terdengar semakin keras. Bahkan cowok itu seperti sedang memukul-mukul sesuatu.
Thalita memberi tau semua yang terjadi saat ini pada Renald melalui chat. Renald menanggapinya dengan banyak emoticon ngakak. Demikian juga Thalita, mereka malah bercanda melalui chat. Thalita menutup mulutnya rapat-rapat, agar suara tawanya tak terdengar oleh Gideon.
"KENAPA DIAM?" tiba-tiba Gideon memb*ntak Thalita.
"Harusnya kan Thalita yang nanya gitu ke Abang, kan pertanyaan Thalita belum Abang jawab. Sekarang Abang mau apa?"
"Abang mau kamu putus sama Rere itu, dan tetap jadi pacar Abang!"
"Yakin?"
"Yakin banget."
"Oke, tapi dengan satu syarat."
"Apa?"
"Abang gak boleh lagi berhubungan dengan si Tante. Blok semua akun sosmed dan nomer WA Tante yang seabrek itu. Bisa?"
"Akan Abang usahakan."
"Thalita cuma mau jawaban iya atau tidak, yang lain dari itu mah enggak."
"Ya, Sayang."
"Good."
"Sekarang chat si Rere itu dan bilang kalau Thalita mau putus sama dia, SS, dan kirim ke Abang, sekarang!"
"Oke, wait a minute!"
Karena sebelumnya Thalita sudah menjelaskan ke Renald semua masalahnya, Renald sudah mengerti apa yang harus dilakukan. Thalita menghapus semua riwayat chat hari itu dengan Renald, dan mengirim chat baru seolah mereka baru chat.
/*Rere, mulai detik ini, aku minta kita putus! Aku sudah punya pacar, aku harap kamu mau ngerti ya, Re!/
/Kamu lagi m*bok ya, Tha? Sejak kapan kita pacaran? Kok tiba-tiba minta putus?/
/Sejak tadi pagi kamu ngaku ke Tante, kalau kamu pacarku./
/Astaga, dia lapor ke pacarmu?/
/Sepertinya sih begitu, makanya Bang Gideon jadi cemburu, dan mengira aku sel*ngkuh di belakang dia/
/Sini nomer pacar kamu itu, biar ku jelaskan*/
Thalita segera SS chat itu dan mengirimkannya pada Gideon.
"Jadi, Rere tau kalau Thalita pacar Abang?"
"Tau."
"Terus itu maksudnya apa? Tante nelpon kamu?"
"Iya, dan si Tante m*ki-m*ki Thalita dengan kata-kata yang kasar. Makanya Rere jadi geregetan dan mengambil ponsel Thalita, terus ngaku jadi pacar Thalita."
"Kamu gak bohong kan, Sayang?"
"Abang bisa tanya langsung ke Rere, nanti Thalita kirim nomernya. Atau tanya ke Tante, dan dengar jawaban versi dia gimana!"
"Emang Mbak Clara yang kompor ke Abang, biar Abang marah dan putus sama Thalita."
"Jadi, sekarang mau Abang gimana?"
"Abang mau kita tetap lanjut."
"Gimana dengan syarat tadi?"
"Abang akan turuti, gak lagi berhubungan dengan Mbak Clara."
"Deal?"
"Ya, Sayang. Deal."
Thalita cuma nyengir mendengar jawaban Gideon. Tapi mulai saat itu, rasa sayang yang Thalita mulai rasakan pada Gideon berlahan memudar. Gideon bukanlah cowok yang bisa diandalkan untuk melindungi Thalita. Cowok itu terlalu cemen untuk seorang Thalita yang strong. Masih mending juga si Rere, cowok yang lebih banyak memiliki gen wanita, tapi lebih tegas dan macho.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments