/Mbak, kita ketemu di tempat biasa sejam dari sekarang!/
Bunyi pesan chat yang dikirim Gideon pada Clara, setelah terlebih dulu membuka bloknya pada nomer cewek itu.
/Otw, Zeyenk/
Dalam hitungan detik, chat abu-abu itu berubah jadi biru, bahkan sudah dibalas. Segitu cepatnya respon yang diberikan Clara pada Gideon. Cowok itu yang dulu mengenalkan Clara dan Vano, tanpa Gideon, mereka tak akan saling kenal.
Clara mengenal Gideon di sebuah acara nonton bareng yang digelar oleh sebuah komunitas pecinta anime. Waktu itu, anime yang mereka dukung, sedang tayang sebagai movie di bioskop. Gideon yang suka minder, merasa Clara sebagai pribadi yang baik dan ramah, cepat akrab bahkan dengan orang yang baru dikenal.
Berawal dari situ, mereka sering bertemu dalam event-event yang diadakan komunitas itu. Hingga pada akhirnya, timbul rasa suka antara keduanya. Hubungan mereka terjalin tanpa ada seorangpun yang tau, bahkan sampai saat ini.
"Udah lama, Mbak? Maaf aku telat, biasalah macet."
Gideon duduk di bangku cafe yang sudah dipesan Clara untuk pertemuan mereka berdua.
"Ya lumayan sih, ada kali dua puluh menit. Lagian kamu sih, ngapain juga naik busway, kan mending naik motor, menghindari kemacetan."
"Motor aku lagi ngambek, gak mau jalan. Bawa ke bengkel juga butuh duit, dan aku sedang gak punya. Tau sendirilah, belum dapat kerjaan."
Gideon memang sedang tak memiliki pekerjaan tetap, dia dirumahkan dari pekerjaan semula di sebuah mall, efek dari pandemi yang menyerang negri ini.
"Kan ada aku, tinggal sebut aja berapa, nanti ku transfer deh ke rekeningmu."
"Makasih ya, Mbak! Kamu the best deh pokoknya."
Gideon mengacungkan dua jempolnya pada Clara, dan membuat pipi cewek itu menjadi bersemu merah seperti buah jambu monyet.
"Gimana, si Cabe udah masuk perangkap, belum?" tanya Clara setelah beberapa saat terdiam.
"Entah, aku juga gak yakin sih, Mbak. Thalita itu beda dengan kebanyakan cewek yang lain. Dia itu murah hati, jadi sering kali dimanfaatkan orang, tapi dia tak pernah sakit hati dan merasa rugi. Kalau aku ingatkan, jawabannya selalu saja sama, memberi sebuah ladang untuk orang-orang bercocok tanam, terserah bibit apa yang akan mereka tanam, mereka juga yang akan menuainya."
"Maksudnya apa tuh?"
"Intinya dia gak peduli, orang mau memanfaatkan dia ya terserah, yang penting tujuannya itu baik."
"Baik menurut dia, belum tentu baik menurut orang lain kan? Aku lihatnya, si Cabe itu cewek yang mun*fik, cuma pura-pura baik aja."
Gideon menghirup minumannya yang sudah dipesankan oleh Clara, kemudian menarik napas pelan.
"Menurutku dia memang baik, cuma kelemahannya, dia menganggap semua orang itu baik seperti dia, jadi gampang dimanfaatkan."
"Kamu suka dia?"
"Ya begitulah, dan kurasa aku mulai jatuh cinta pada gadis itu."
"Terus, aku ini kamu anggap apa?"
"Gak usah mun*fik, kamu juga kan cinta sama Vano, selain sama aku. Bahkan kamu terkesan bucin sama lelaki itu."
"Kamu cemburu?"
"Jujur saja iya, bahkan aku nyesel, pernah ngenalin kalian berdua."
Clara tertawa melihat raut wajah pria di depannya.
"Emang, aku bucin sama Vano, akan ku kejar dia, sampai jadi milikku."
"Kalian pernah ketemu?"
"Belum, bahkan fotonya saja belum pernah ku lihat. Waktu nobar kapan hari itu, katanya dia mau bareng aku, tapi mendekati hari H, dia menghilang. Aku baru menemukan akunnya, karena kamu masukkan ke group riddle punya kamu itu."
"Aku jadi semakin nyesel kalau gitu. Tau keadaan berbalik kayak gini, aku gak masukkan kamu ke group."
"Ayolah, Zeyenk! Masa kamu gak mau aku bahagia sih? Cinta itu mau berkorban buat orang yang dicintai!"
"Tapi ya sakit juga, ini hati ya, bukan mainan!"
Kembali Clara tertawa,tapi Gideon masih menekuk wajahnya karena sebal.
"Kan kamu ada si Cabe, Zeyenk. Bisalah seneng-seneng dulu sama dia. Lagipula, tadi kan kamu bilang, mulai jatuh cinta sama dia."
"Kamu tau kan, Mbak? Aku dan dia gak mungkin bersama, kami seamin tapi tidak seiman. Dia penganut agama yang taat, aku takut justru aku yang terbawa oleh dia."
Gideon meremas rambutnya kasar, menandakan cowok itu dalam keadaan yang benar-benar galau.
"Terus, mau kamu gimana, Zeyenk?"
"Entahlah, aku juga gak tau. Yang aku mau sekarang, Thalita juga perasaan yang sama denganku."
Kembali Clara tersenyum, tapi kali ini sebuah senyum licik yang tersungging di bibir merahnya.
"Si Cabe udah punya pacar di dunia nyatanya, jadi kamu jangan terlalu berharap!"
"Serius, Mbak? Kamu gak lagi fitn*h Thalita kan, Mbak?"
Clara menggeleng," kemarin aku nelpon dia, dan yang terima itu cowoknya."
"Kemarin kapan?"
"Sebelum aku nelpon kamu itu, yang kamu baru ngaku kalau emang pacaran dengan si Cabe."
"Hah? Yang bener? Aku lagi chat dia, dan dia bilang lagi sama Rere."
Clara tertawa ngakak, melihat muka bl**n yang ditunjukkan Gideon. Seorang moderator group riddle yang terkenal cerdas, berhasil dit*pu oleh seorang Thalita yang masih bocil.
"Kenapa kamu tertawa? Apa yang lucu?"
"Ya kamu itu yang lucu, bisa-bisanya kamu ditipu sama si Cabe itu. Jelas-jelas dia lagi sama seorang cowok kok, ya masa cowok namanya Rere sih?"
"Coba ya aku telpon dia sekarang, aku loudspeaker, jadi kamu diam, Mbak. Jangan sampai ketahuan kita lagi bareng."
Gideon segera meraih ponselnya dari dalam tas, kemudian menelepon pacar virtualnya, sedang Clara hanya tersenyum, sambil menikmati hidangan di depannya.
"Ya, Bang! Ada apa nih kok nelpon?" tanya Thalita begitu penggilan tersambung.
"Kamu lagi apa nih, Sayang?"
"Di tanya malah balik nanya. Biasalah, Thalita lagi nulis, belum update dari tadi."
"Emang ngapain aja dari pagi?"
"Ibadah lah, Bang. Ini kan hari Minggu, gimana sih?"
"Ya masa ibadah dari pagi baru kelar sekarang sih? Paling juga ibadah cuma dua jam doang."
"Baru jalan juga sama, Rere."
"Kemana?"
"Ngambil orderan di tempat sablon, terus abis ini juga lanjut bungkus-bungkus."
"Sablon apa?"
"Sablon kaos, kan aku sama Rere lagi kerja sama buka olshop. Cari tambahan uang jajan."
"Abang nanya deh, Sayang."
"Nanya aja, kalau bisa, nanti Thalita jawab."
"Rere itu cewek apa cowok sih?"
"Cowok, emang kenapa, Bang?"
Gideon memukul kepalanya karena kesal, selama ini dia mengira Rere itu cewek, tapi baru saja Thalita bilang Rere itu cowok, kan ngeselin. Clara hanya tertawa, tapi tanpa suara.
"Gapapa, Abang kira dia itu cewek. Ya udah Sayang, ini Abang lagi di mall, mau ketemu teman, dan teman Abang udah datang. Nanti Abang telpon lagi ya, Sayang! Love you."
"Iya, Bang. Love me too."
Sambungan telepon sudah terputus, dalam hati Gideon terasa perih, ada yang terluka di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Ririn Santi
wah parah nih cowok
2023-02-22
0