Part 16 : Bermain di Belakang

/Mbak, kita ketemu di tempat biasa sejam dari sekarang!/

Bunyi pesan chat yang dikirim Gideon pada Clara, setelah terlebih dulu membuka bloknya pada nomer cewek itu.

/Otw, Zeyenk/

Dalam hitungan detik, chat abu-abu itu berubah jadi biru, bahkan sudah dibalas. Segitu cepatnya respon yang diberikan Clara pada Gideon. Cowok itu yang dulu mengenalkan Clara dan Vano, tanpa Gideon, mereka tak akan saling kenal.

Clara mengenal Gideon di sebuah acara nonton bareng yang digelar oleh sebuah komunitas pecinta anime. Waktu itu, anime yang mereka dukung, sedang tayang sebagai movie di bioskop. Gideon yang suka minder, merasa Clara sebagai pribadi yang baik dan ramah, cepat akrab bahkan dengan orang yang baru dikenal.

Berawal dari situ, mereka sering bertemu dalam event-event yang diadakan komunitas itu. Hingga pada akhirnya, timbul rasa suka antara keduanya. Hubungan mereka terjalin tanpa ada seorangpun yang tau, bahkan sampai saat ini.

"Udah lama, Mbak? Maaf aku telat, biasalah macet."

Gideon duduk di bangku cafe yang sudah dipesan Clara untuk pertemuan mereka berdua.

"Ya lumayan sih, ada kali dua puluh menit. Lagian kamu sih, ngapain juga naik busway, kan mending naik motor, menghindari kemacetan."

"Motor aku lagi ngambek, gak mau jalan. Bawa ke bengkel juga butuh duit, dan aku sedang gak punya. Tau sendirilah, belum dapat kerjaan."

Gideon memang sedang tak memiliki pekerjaan tetap, dia dirumahkan dari pekerjaan semula di sebuah mall, efek dari pandemi yang menyerang negri ini.

"Kan ada aku, tinggal sebut aja berapa, nanti ku transfer deh ke rekeningmu."

"Makasih ya, Mbak! Kamu the best deh pokoknya."

Gideon mengacungkan dua jempolnya pada Clara, dan membuat pipi cewek itu menjadi bersemu merah seperti buah jambu monyet.

"Gimana, si Cabe udah masuk perangkap, belum?" tanya Clara setelah beberapa saat terdiam.

"Entah, aku juga gak yakin sih, Mbak. Thalita itu beda dengan kebanyakan cewek yang lain. Dia itu murah hati, jadi sering kali dimanfaatkan orang, tapi dia tak pernah sakit hati dan merasa rugi. Kalau aku ingatkan, jawabannya selalu saja sama, memberi sebuah ladang untuk orang-orang bercocok tanam, terserah bibit apa yang akan mereka tanam, mereka juga yang akan menuainya."

"Maksudnya apa tuh?"

"Intinya dia gak peduli, orang mau memanfaatkan dia ya terserah, yang penting tujuannya itu baik."

"Baik menurut dia, belum tentu baik menurut orang lain kan? Aku lihatnya, si Cabe itu cewek yang mun*fik, cuma pura-pura baik aja."

Gideon menghirup minumannya yang sudah dipesankan oleh Clara, kemudian menarik napas pelan.

"Menurutku dia memang baik, cuma kelemahannya, dia menganggap semua orang itu baik seperti dia, jadi gampang dimanfaatkan."

"Kamu suka dia?"

"Ya begitulah, dan kurasa aku mulai jatuh cinta pada gadis itu."

"Terus, aku ini kamu anggap apa?"

"Gak usah mun*fik, kamu juga kan cinta sama Vano, selain sama aku. Bahkan kamu terkesan bucin sama lelaki itu."

"Kamu cemburu?"

"Jujur saja iya, bahkan aku nyesel, pernah ngenalin kalian berdua."

Clara tertawa melihat raut wajah pria di depannya.

"Emang, aku bucin sama Vano, akan ku kejar dia, sampai jadi milikku."

"Kalian pernah ketemu?"

"Belum, bahkan fotonya saja belum pernah ku lihat. Waktu nobar kapan hari itu, katanya dia mau bareng aku, tapi mendekati hari H, dia menghilang. Aku baru menemukan akunnya, karena kamu masukkan ke group riddle punya kamu itu."

"Aku jadi semakin nyesel kalau gitu. Tau keadaan berbalik kayak gini, aku gak masukkan kamu ke group."

"Ayolah, Zeyenk! Masa kamu gak mau aku bahagia sih? Cinta itu mau berkorban buat orang yang dicintai!"

"Tapi ya sakit juga, ini hati ya, bukan mainan!"

Kembali Clara tertawa,tapi Gideon masih menekuk wajahnya karena sebal.

"Kan kamu ada si Cabe, Zeyenk. Bisalah seneng-seneng dulu sama dia. Lagipula, tadi kan kamu bilang, mulai jatuh cinta sama dia."

"Kamu tau kan, Mbak? Aku dan dia gak mungkin bersama, kami seamin tapi tidak seiman. Dia penganut agama yang taat, aku takut justru aku yang terbawa oleh dia."

Gideon meremas rambutnya kasar, menandakan cowok itu dalam keadaan yang benar-benar galau.

"Terus, mau kamu gimana, Zeyenk?"

"Entahlah, aku juga gak tau. Yang aku mau sekarang, Thalita juga perasaan yang sama denganku."

Kembali Clara tersenyum, tapi kali ini sebuah senyum licik yang tersungging di bibir merahnya.

"Si Cabe udah punya pacar di dunia nyatanya, jadi kamu jangan terlalu berharap!"

"Serius, Mbak? Kamu gak lagi fitn*h Thalita kan, Mbak?"

Clara menggeleng," kemarin aku nelpon dia, dan yang terima itu cowoknya."

"Kemarin kapan?"

"Sebelum aku nelpon kamu itu, yang kamu baru ngaku kalau emang pacaran dengan si Cabe."

"Hah? Yang bener? Aku lagi chat dia, dan dia bilang lagi sama Rere."

Clara tertawa ngakak, melihat muka bl**n yang ditunjukkan Gideon. Seorang moderator group riddle yang terkenal cerdas, berhasil dit*pu oleh seorang Thalita yang masih bocil.

"Kenapa kamu tertawa? Apa yang lucu?"

"Ya kamu itu yang lucu, bisa-bisanya kamu ditipu sama si Cabe itu. Jelas-jelas dia lagi sama seorang cowok kok, ya masa cowok namanya Rere sih?"

"Coba ya aku telpon dia sekarang, aku loudspeaker, jadi kamu diam, Mbak. Jangan sampai ketahuan kita lagi bareng."

Gideon segera meraih ponselnya dari dalam tas, kemudian menelepon pacar virtualnya, sedang Clara hanya tersenyum, sambil menikmati hidangan di depannya.

"Ya, Bang! Ada apa nih kok nelpon?" tanya Thalita begitu penggilan tersambung.

"Kamu lagi apa nih, Sayang?"

"Di tanya malah balik nanya. Biasalah, Thalita lagi nulis, belum update dari tadi."

"Emang ngapain aja dari pagi?"

"Ibadah lah, Bang. Ini kan hari Minggu, gimana sih?"

"Ya masa ibadah dari pagi baru kelar sekarang sih? Paling juga ibadah cuma dua jam doang."

"Baru jalan juga sama, Rere."

"Kemana?"

"Ngambil orderan di tempat sablon, terus abis ini juga lanjut bungkus-bungkus."

"Sablon apa?"

"Sablon kaos, kan aku sama Rere lagi kerja sama buka olshop. Cari tambahan uang jajan."

"Abang nanya deh, Sayang."

"Nanya aja, kalau bisa, nanti Thalita jawab."

"Rere itu cewek apa cowok sih?"

"Cowok, emang kenapa, Bang?"

Gideon memukul kepalanya karena kesal, selama ini dia mengira Rere itu cewek, tapi baru saja Thalita bilang Rere itu cowok, kan ngeselin. Clara hanya tertawa, tapi tanpa suara.

"Gapapa, Abang kira dia itu cewek. Ya udah Sayang, ini Abang lagi di mall, mau ketemu teman, dan teman Abang udah datang. Nanti Abang telpon lagi ya, Sayang! Love you."

"Iya, Bang. Love me too."

Sambungan telepon sudah terputus, dalam hati Gideon terasa perih, ada yang terluka di sana.

Terpopuler

Comments

Ririn Santi

Ririn Santi

wah parah nih cowok

2023-02-22

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1 : Korban?
2 Part 2 : Curhat Kok Bersambung
3 Part 3 : Ah Labil
4 Part 4 : Gank Rumpi
5 Part 5 : Sohib Ngeselin
6 Part 6 : Mulai Nih? Oke Siap
7 Part 7 : Jadian
8 Part 8 : Genk Rumpi
9 Part 9 : Tenang Saja Thalita
10 Part 10 : Cemburu
11 Part 11 : Nyata dan Maya
12 Part 12 : Ulah si Tante
13 Part 13 : Protes yang Diabaikan
14 Part 14 : Call Group
15 Part 15 : Kesepakatan
16 Part 16 : Bermain di Belakang
17 Part 17 : Ketauan?
18 Part 18 : Mulai Ilfil
19 Part 19 : Teror online
20 Part 20 : Mulai Tersingkir
21 Part 21 : Menelisik Kebenaran
22 Part 22 : Muncul Kembali
23 Part 23 : Teror Lagi
24 Part 24 : Pacarmu Aku atau Dia?
25 Part 25 : Vano dan Thalita
26 Part 26 : Cuma Rencana
27 Part 27 : Belum Kapok Juga
28 Part 28 : Untung Tak Dapat Diraih
29 Part 29 : Malang tak Dapat Ditolak
30 Part 30 : Tetap Stay Cool
31 Part 31 : Gideon Menyesal?
32 Part 32 : Terlambat
33 Part 33 : Racun Baru
34 Part 34 : Peringatan dari Vano
35 Part 35 : Clara Berulah Lagi
36 Part 36 : Thalita Beraksi
37 Part 37 : Bumerang
38 Part 38 : Clara Sadar?
39 Part 39 : Derita Clara
40 Part 40 : Tak Direstui
41 Part 41 : Gagal Nikah
42 Part 42 : Clara Ngamok
43 Part 43 : Berita Duka
44 Part 44 : Keputusan Gideon
45 Part 45 : Gideon Menghilang
46 Part 46 : Mencari Alternatif
47 Part 47 : Gagal Lagi
48 Part 48 : Vano Menyatakan Cinta
49 Part 49 : Mulai Terbiasa
50 Part 50 : Emang Enak?
51 Part 51 : Vano Menolong Gideon?
52 Part 52 : Nasib Clara
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Part 1 : Korban?
2
Part 2 : Curhat Kok Bersambung
3
Part 3 : Ah Labil
4
Part 4 : Gank Rumpi
5
Part 5 : Sohib Ngeselin
6
Part 6 : Mulai Nih? Oke Siap
7
Part 7 : Jadian
8
Part 8 : Genk Rumpi
9
Part 9 : Tenang Saja Thalita
10
Part 10 : Cemburu
11
Part 11 : Nyata dan Maya
12
Part 12 : Ulah si Tante
13
Part 13 : Protes yang Diabaikan
14
Part 14 : Call Group
15
Part 15 : Kesepakatan
16
Part 16 : Bermain di Belakang
17
Part 17 : Ketauan?
18
Part 18 : Mulai Ilfil
19
Part 19 : Teror online
20
Part 20 : Mulai Tersingkir
21
Part 21 : Menelisik Kebenaran
22
Part 22 : Muncul Kembali
23
Part 23 : Teror Lagi
24
Part 24 : Pacarmu Aku atau Dia?
25
Part 25 : Vano dan Thalita
26
Part 26 : Cuma Rencana
27
Part 27 : Belum Kapok Juga
28
Part 28 : Untung Tak Dapat Diraih
29
Part 29 : Malang tak Dapat Ditolak
30
Part 30 : Tetap Stay Cool
31
Part 31 : Gideon Menyesal?
32
Part 32 : Terlambat
33
Part 33 : Racun Baru
34
Part 34 : Peringatan dari Vano
35
Part 35 : Clara Berulah Lagi
36
Part 36 : Thalita Beraksi
37
Part 37 : Bumerang
38
Part 38 : Clara Sadar?
39
Part 39 : Derita Clara
40
Part 40 : Tak Direstui
41
Part 41 : Gagal Nikah
42
Part 42 : Clara Ngamok
43
Part 43 : Berita Duka
44
Part 44 : Keputusan Gideon
45
Part 45 : Gideon Menghilang
46
Part 46 : Mencari Alternatif
47
Part 47 : Gagal Lagi
48
Part 48 : Vano Menyatakan Cinta
49
Part 49 : Mulai Terbiasa
50
Part 50 : Emang Enak?
51
Part 51 : Vano Menolong Gideon?
52
Part 52 : Nasib Clara

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!