"Pak Abi!" Panggil seseorang yang sedang berdiri di depan pintu masuk ruangan Abimana.
Abimana mendongakan wajahnya dan melihat Alifin sedang berdiri di depan pintu ruangannya. Abimana mendengus kesal melihat kenapa Alfin main masuk keruangannya tanpa mengetuk pintu.
"Masuk lah jangan berdiri terus di depan pintu kaya orang minta sumbangan! Dan inget kalau mau masuk keruangan saya di usahakan ketuk pintu dulu sebelum masuk." Ujar Abimana mencibir.
Alfin membulatkan matanya dengan ucapan yang di lontarkan sama atasannya, apa kaya orang meminta sumbangan dia bilang, Dan apa lagi tadi dia menyuruh Alfin untuk ketuk pintu dulu emang dasar atasannya saja yang budek kebanyakan melamun, Alfin sedari tadi sudah ketuk pintu beberapa kali malah nggak ada jawaban dari Abimana jadi mau nggak mau Alfin masuk kedalam ruangan atasannya.
"Apa luh bilang gue kaya orang yang meminta sumbangan? Dan suruh ketuk pintu terlebih dulu? Harusnya gue yang marah sama luh karena luh sudah bikin gue kaya orang bodoh." Ujar Alfin kembali mengomeli Abimana.
"Hei yang sopan ya kamu, aku ini atasan kamu di kantor! Apa kamu mau aku pecat?" Tanyanya melihat tajam ke arah sahabatnya.
"Bodo amat kalau luh mau pecat gue, palingan nggak dapet orang sebaik kaya gue yang mau jadi asisten luh ini," Ucapnya tersenyum meledek.
Hah... Abimana menghela nafasnya pelan kalau berdebat sama sahabatnya ini nggak ada habisnya, lagian nggak mungkin beneran juga kalau dia memecat Alfin selain karena sahabatnya Alfin juga cara kerjanya sangat bagus.
"Jadi ngapain kamu kesini?" Tanyanya males.
"Hah... Jangan pura-pura bodoh kan kemarin kamu yang nyuruh aku buat cariin dokter specialis jantung, jadi nggak ke dokternya?" Alfin balik bertanya.
"Lah... bukankah kamu mau jemput pak Robert di bandara? Jadi kapan kamu cari dokternya?" Tanya Abimana menyipitkan matanya melihat orang ada di depannya.
"Iya kemarin memang aku jemput beliau, kamu pikir jemput beliau sampai harus ber jam-jam sampai nggak sempet buat cariin dokter buat kamu? Lagian aku takut kalau kamu mati," Ucapnya terbahak.
"Dasar sialan kamu, kamu nyumpahin aku mati." Ujarnya menatap tajam asistennya itu.
Alfin hanya terkekeh dan mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V, matanya tiba-tiba membola ketika dia teringat waktu di bandara dia bertemu Voke mantan istrinya Abimana.
"Bi, kemarin aku ketemu mantan istri kamu si Voke, dia baru balik kayanya dari luar negri," Ucapnya memandang wajah sahabatnya yang nampak biasa saja.
"Iya aku tau tadi dia juga dia datang kesini meminta untuk balikan." Jawabnya membuat mulut Alfin tergangah lebar.
"Apa jadi luh mau balikan sama dia!" Serunya.
"Ya nggak lah gila luh ya." Sahutnya sedikit murung.
Alfin bernafas dengan Lega dia juga nggak bakalan setuju kalau Abimana sahabatnya sampai balikan lagi sama perempuan tidak tau diri yang rela tega meninggalkan anak dan suaminya, terlebih lagi waktu itu Dikta bener-bener masih bayi sebagai sahabat Abimana Alfian juga ingin yang terbaik buat Abimana dia tau kalau Abimana itu orang yang baik dia rela membantu Abimana dengan cara apapun.
"Terus muka luh kenapa murung gitu?" Tanyanya.
Abimana menghela nafasnya pelan, dia bingung harus menceritakan sama sahabatnya atau nggak.
"Gue kemarin hampir sajah menapar Dikta, Al." Sahutnya.
"Apa ko bisa? Dikta anak baik-baik nggak mungkinkan dia bikin luh marah?" Tanyanya penasaran bagaimana bisa Abimana mau memukul anaknya.
"Iya karena Dikta sudah ngomong kasar sama mamah." Sahutnya.
"Ngomong kasar kaya gimana maksud luh?" Alfin masih penasaran soal cerita Abimana.
"Dikta menolak karena mamah menyuruh Dikta untuk memanggil Jenna dengan sebutan mamah, Dikta malah memanggil pengasuh barunya dengan sebutan mamah." Jawabnya.
Abimana menceritakan tentang kejadian semalem dimana bu Rina menyuruh Dikta untuk memanggil Jenna dengan sebutan mamah, sampai Dikta menolak dan Abimana yang hampir menapar Dikta tapi di halangi sama pengasuh anaknya. Dimana pengasuh baru anaknya berani melawan Abimana dah bu Rina.
Alfin terkejut mendengar cerita dari Abimana, pengasuh baru yang mana yang Abimana maksud setau dia kalau mau mencari pengasuh baru buat Dikta pasti Abimana selalu meminta bantuan Alfin untuk mencarikannya dan yang membuat Alfin terbengong pengasuh baru Dikta berani melawan ucapannya.
"Pengasuh baru? kenapa luh cari pengasuh baru buat Dikta kenapa nggak minta tolong sama gue nggak biasa-biasanya luh cari pengasuh buat anak luh nggak minta tolong sama gue." Ujarnya.
"Iya gue juga nggak tau, selepas kita dari luar kota pulang-pulang sudah ada dia dan gue sampai nggak sengaja peluk dia saat gue langsung menemui anak gue, tau-taunya yang gue peluk pengasuh baru anak gue, kena tampar tuh perempuan sama mamah." Ujar Abimana.
Alfin terbahak mendengar cerita dari Abimana, dia jadi penasaran sama pengasuh baru Dikta, yang membuat Abimana dan bu Rina emosi setengah mati.
"Luh udah nggak tahan apa jadi duda empat tahun main peluk anak orang?" Tanyanya terbahak.
"Sialan luh gue juga nggak sengaja, lagian Pricil juga nggak bilang-bilang kalau ada pengasuh baru Dikta," Ucapnya.
Mendengar nama Pricil Alfin jadi menghela nafasnya pelan, dia rasanya merindukan gadis kecilnya. Abimana yang melihat Alfian mengela nafas pelan mengerti.
"Nggak usak mendramatisir gitu muka luh, dasar nyali tempe." Sahutnya.
"Ngomong ma gampang luh." Jawabnya.
"Terserah luh, gue nggak mau tau." Ujar Abimana lagi.
Mereka berdua sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing.
...****************...
Sore hari di kediaman Abimana Fani lagi menemani Dikta belajar mewarnai, Dikta yang aktif sering kali bertanya untung sajah Fani lulusan SMA jadi apapun yang Dikta tanyakan Fani bisa menjawabnya dengan mudah dan itu malah membuat Dikta semkin ingin lebih banyak bertanya.
Santi memanggil Fani untuk membantu bi Sumi dan juga dirinya Fani untuk memasak buat makan nanti malam, Fani meminta ijin sama Dikta untuk pergi ke dapur membantu bi Sumi dan mba Santi awalnya Dikta menolak Fani membantu mereka berdua tetapi Fani memberi pengertian sama Dikta.
"Dikta sayang mba Fani pergi ke dapur sebentar yah mau membantu bi Sumi buat nyiapin makan malam nanti buat Dikta dan papa sama aunty dan omah juga, Dikta nggak papa kan mba Fani tinggal sebentar?" Tanyanya mengusap kepala Dikta.
"Tapi mah Dikta masih ada yang mau di tanyakan sama mamah masa mamah mau ninggalin Dikta sih," Ucapnya merajuk.
"Kan cuma sebentar sayang, Dikta nggak mau kan kalau mba Fani kena marah sama omah? Apa Dikta nggak sayang sama mba Fani?" Tanyanya pura-pura sedih.
"No, Dikta sayang sama mamah dan Dikta nggak mau kalau mamah Fani di marahin sama omah, baiklah Dikta izinkan mama membantu bi Sumi sama mba Santi." Sahutnya.
"Baiklah, Dikta main di sini dulu yah jangan kemana-mana." Ucapnya.
Dikta menganggukan kepalanya dan tersenyum, dari jau sudah terdengar suara Santi memanggil namanya, Fani buru-buru mendatanginya di dapur.
Fani sudah sampai di dapur membantu Santi yang lagi mengangkat sayur sop yang baru sajah matang sedangkan bi Sumi lagi goreng ikan yang sudah hampir matang, Sinta tersenyum sini melihat Fani yang sedang bikin sambal Sinta mendekati Fani dan menumpahkan sedikit sayur sop di tangan Fani.
"Auu... Panas, panas banget!" Teriak Fani membuat bi Sumi melihat ke arah Fani.
"Aduh... Maaf aku nggak sengaja." Ucapnya pura-pura panik dalam hati dia tertawa.
"Ya ampun Fani!" Teriak bi Sumi panik.
"Ada apa ini?" Tanya seseorang yang baru dateng.
Bersambung...
* Dukung author dengan cara Like, vote, Coment dan kasih hadia bunga bunga atau kopi buat author terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Selena(Putri Bulan)
rela meninggalkan/tega meninggalkan ya author. kalau pakai dua duanya jadi belibet🙏🏻💜 semangat author
2023-03-15
1
Reny Saputro
semangat
2023-01-03
3