Plak!
Bu Rina menarik Tifani saat beliau melihat kalau Abimana dan drinya berpelukan. Tifani terpaku di hadapan ibu dari majikannya dia nggak tau apa kesalahannya sampai nyonya besarnya menapar dirinya.
"Nyoya, kenapa anda menampar saya?" Tanyanya bingung.
"Dasar perempuan udik, baru bekerja sehari kamu sudah mau menggoda anak saya, emang dasar perempuan tidak tau diri ya kamu di kasi kerjaan malah merayu anak saya." Bu Rina kelihatan berang saat berbicara sama Tifani.
Tifani menggelengkan kepalanya pelan dirinya juga bingung saat tiba-tiba ada seseorang yang telah memeluknya dari belakang dengan begitu erat, dia juga nggak bermaksud merayu anak dari nyonya besarnya dan kenapa dia dia-tiba ada di kamar ini, setahunya Dikta yang meminta dirinya untuk membacakan dongeng dan apa dia juga ikut tertidur.
"Maafkan saya nyonya saya nggak tau kalau ini juga kamarnya tuan Abi, saya taunya ini kamar den Dikta semalem Dikta merengek meminta saya untuk membacakan dongeng dan mungkin saya ketiduran nyonya saya minta maaf." Ujar Tifani bener-bener merasa nggak enak.
"Hala dasar perempuan udik, mema..." Belum juga bu Rina melanjutkan ucapannya Abimana sudah memotong ucapan ibunya.
"Suda cukup, Sekarang kalian semua keluar dari kamar anak saya." Abimana berucap sambil menunjuk pintu kamar anaknya.
"Tapi Abi perempuan ini." Lagi-lagi ucapan bu Rina di potong sama Abimana.
"Abi bilang kalian keluar dari kamar anak saya." Ujarnya dengan nada tegas.
Bu Rina mendengus kesal sama sikap anaknya beliau keluar dari kamar anaknya dan menyenggol Tifani begitu kuat, kalau sajah nggak ada Pricil mungkin dia akan terjatuh, bu Rina kembali ke kamarnya begitu juga dengan yang lainnya.
"Fani kamu yang sabar ya, nyonya besar memang begitu perkataan nyonya besar jangan kamu masukan ke dalam hati," Ucap bi Sumi memberi nasihat sama Tifani.
"Iya bi terimakasih ya." Jawabnya tersenyum.
"Makanya jadi perempuan jangan ganjen mau godain tuan muda, kamu pikir tuan muda mau sama perempuan model kaya kamu? Selera tuan muda ya seperti nona Jenna model terkenal." Sambung Santi art yang lain.
"Santi sudah cukup, kebiasaan kamu ya suka memperkeruh ke adaan, kamu juga sama art jadi kalau ngomong nggak usa sembarangan." Ujar bi Sumi menegur, Santi art yang suda lumayan lama ikut Abimana.
Bi Sumi menggandeng tangan Tifani dan meninggalkan Santi yang sedang mendengus kesal akibat ucapan bi Sumi.
"Dasar perempuan tua dia pikir dia siapa? Mentang-mentang sudah lama kerja di sini sok berkuasa." Santi mengumpati bi Sumi.
Setelah kepergian ibunya Abimana kembali menghampiri anaknya yang masih terlelap dengan tidurnya, Dikta bener-bener nggak merasa terganggu dengan keributan tadi mungkin karena dirinya memang kecapean seharian bermain.
Pagi-pagi sekali mereka sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan pagi, bu Rina, Pricil sudah ada di meja makan mereka berdua sedang menunggu kedatangan Abimana yang belum juga turun, Tifani ikut membantu art yang lain untuk menyiapkan sarapan pagi sebelum Dikta terbangun.
"Mba Fani, mba lihat Dikta dulu siapa tau dia sudah bangun, mba dandani kalau dia belum bangun juga mba bangunkan sajah dia," Ucap Pricil menyuruh Fani untuk membangunkan Dikta.
"Iya non, kalau gitu saya permisi ke kamar den Dikta dulu." Jawabnya.
Fani pergi meninggalkan bu Rina dan Pricil dia berjalan menaiki tangga, karena nggak hati-hati dia terpeleset dan hampir sajah terjatuh dan untung sajah Abimana keburu menangkapnya.
Degh.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Rini Musrini
baca sampai bab ini aq tertarik dengan ceritanya .
2023-04-25
0
susi 2020
🥰🥰🙄
2023-04-09
0
susi 2020
😍😘😍
2023-04-09
0