Bab 19 - Mengetahui Kebusukan Zayn

Tiga bulan kemudian...

Maudy menyiapkan jas suaminya yang akan dikenakannya ke kantor, ia berjalan ke dapur menyiapkan sarapan dan bekal makan siang.

Sejak 2 bulan belakangan ini, Maudy rutin membawakan suaminya bekal makan karena ia tahu jadwal pria itu sangat padat sehingga keduanya jarang bertemu buat makan siang berdua.

Maudy kembali mempercayai Zayn jika suaminya telah berubah dan hanya fokus kepada dirinya dan calon buah hatinya.

Selesai dengan urusan dapur, Maudy kembali ke kamar ia memakaikan dasi suaminya.

"Hari ini kamu tidak perlu membawakan bekal makan untukku?"

"Kenapa?"

"Klien mengajakku makan siang di luar."

"Kamu bisa membawa bekal makananmu dan memesan minuman saja," usul Maudy.

"Tidak mungkinlah."

"Katakan jika kamu tidak bisa makan kecuali masakan istri," tukas Maudy.

Zayn tertawa kecil.

"Kamu tidak mau menyanjung dan memujiku di depan mereka?"

"Bukan tidak mau, tapi ...."

"Baiklah, aku tidak akan membawakan bekal untukmu," Maudy hendak pergi namun tangan suaminya mencegah langkahnya.

Zayn mengecup bibir istrinya.

Maudy mendorong suaminya dengan pelan.

Zayn lantas berlutut, ia mencium perut istrinya. "Anakku, jaga Mama, ya!"

Maudy lagi-lagi harus tersipu malu karena sikap romantis dari suaminya.

Zayn lantas berdiri, menatap istrinya dan mengecup keningnya.

"Apa kamu seharian ingin terus mengecup seluruh tubuhku?"

"Jika tak ada pekerjaan aku akan seharian bersamamu," jawab Zayn tersenyum hangat.

"Dan kenyataan selama kita menikah, kamu hanya seharian bersamaku ketika liburan ke Dubai." Maudy mematahkan jawaban suaminya.

"Maaf!"

"Ya, aku memaklumimu. Ayo sarapan, nanti kamu terlambat!"

"Aku adalah atasan, tidak mungkin mereka memarahiku."

"Mereka tidak akan memarahimu tapi Papa Tian pasti berani menegur kamu dan jadilah bos yang dapat menjadi panutan para karyawan."

"Baik, istriku!" Zayn menoel hidung Maudy.

"Sepertinya kamu senang dengan hidungku selalu saja menoel," ujarnya.

Zayn hanya tersenyum.

-

Siang ini, Maudy pergi berbelanja bersama Karen. Ya, dia lebih nyaman pergi dengan sahabatnya itu dan ibunya.

Mereka akan berbelanja kebutuhan sehari-hari di sebuah supermarket.

"Aku pikir kamu akan berbelanja kebutuhan calon bayi," celetuk Karen.

"Kami belum tahu jenis kelaminnya, jadi bulan depan saja belanjanya. Lagian masih enam bulan juga," ujar Maudy.

"Oh, begitu."

"Bagaimana kabar adik dan ibumu?"

"Mereka semua sehat."

"Syukurlah," ujar Maudy lega.

"Semua karena kamu juga, Dy."

"Aku?"

"Ya, kamu yang selalu menguatkan ku dan membantu biaya perobatan mereka walaupun dirimu juga membutuhkan biaya untuk membayar utang-utang keluargamu," ungkap Karen sembari mendorong troli.

"Meskipun uang itu tak jadi ku pinjamkan kepadamu tetap akan kurang untuk melunasi utang-utang ayah dan tetap juga aku menikah dengan Zayn."

"Aku berharap pernikahanmu baik-baik saja, jika dia berani macam-macam aku siap menolongmu!"

Maudy tersenyum tipis lalu berkata, "Terima kasih!"

Selesai berbelanja, Maudy dan Karen makan siang di restoran yang berada di mall tersebut.

Lima belas menit kemudian, pesanan mereka pun tiba. Maudy dan Karen mulai menikmati hidangan dengan santai dan saling mengobrol.

Ditengah menyantap makan siang, mata Karen melihat Zayn sedang menggenggam tangan Milka. "Sepertinya itu suami kamu!"

Maudy lantas menoleh, seketika hatinya berantakan. Maudy beranjak bangkit dari duduknya. Namun, Karen mencegahnya dan menyuruhnya agar tetap tenang.

"Ini tempat umum, Dy. Jangan karena teriakanmu membuat calon bayimu terkejut," nasehat Karen.

"Selama ini dia sudah membohongiku, Ren. Aku ingin berpisah dengannya!"

"Kumpulkan bukti-buktinya dahulu, jangan gegabah. Mertuamu pasti akan membela dan mendukungmu!"

"Ya, setelah anak ini lahir aku akan meninggalkannya!"

"Aku setuju apapun keputusan kamu selama itu baik."

Maudy mengiyakan.

"Aku akan mengambil foto mereka, tunggu di sini!"

"Ya," Maudy berkata seperti menahan tangisnya.

Beberapa menit kemudian, Karen berhasil mengambil 2 foto kedua pasangan berselingkuh itu dan menyerahkan kepada sahabatnya.

"Lebih baik sekarang kita pulang!" ajak Karen.

-

-

Sore harinya menjelang pukul 6 sore...

Maudy berada di kamarnya menikmati siaran televisi, meskipun hatinya sedang tak karuan memilih diam ketika suaminya menyapanya dan memberikan kecupan di keningnya.

"Kamu lagi sakit?" tanya Zayn lembut.

"Ya."

"Apa kamu mau kita ke dokter?"

"Tidak."

"Kamu harus ke dokter karena ada calon anak kita," ujar Zayn.

"Aku tidak butuh dokter untuk mengobati sakitku," ucap Maudy.

"Oh, kamu ingin aku yang merawatmu?"

"Tidak juga," jawabnya.

"Kamu kenapa?" Zayn membelai rambut istrinya.

"Apa kamu mencintainya?"

"Maksudnya?" Zayn pura-pura tidak paham.

"Milka."

"Kamu masih berpikir aku dan dia memiliki hubungan lagi?"

"Bukan berpikir lagi, tapi memang kenyataannya kamu masih memiliki hubungan dengan dia!" Maudy mendongakkan kepalanya.

"Aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya!" Zayn berusaha membantah.

"Cukup, aku tidak butuh penjelasan darimu!" Maudy mematikan televisi lalu turun dari ranjangnya. "Setelah anak ini lahir mari kita akhiri semuanya!" lanjutnya berkata.

"Tidak, Maudy. Aku tak mau berpisah denganmu!" Zayn berkata tegas walaupun ia menginginkan perpisahan.

"Aku lelah, Zayn!"

"Aku memang tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya!" Zayn memberikan alasannya.

"Lalu makan siang di restoran mall, apa itu bukan kamu?"

Zayn terdiam.

"Kalian jalan berdua, ini alasan kamu tadi menolak bekal makanan buatan aku!"

"Tidak, Maudy!"

"Kamu menikahiku tapi mencintai wanita lain, bagaimana jika kamu berada di posisi aku?" tanya Maudy dengan nada tinggi.

"Aku mencintaimu, Maudy. Buktinya adalah calon bayi kita," Zayn menjawab sembari menyentuh perut istrinya.

Maudy menepis tangan suaminya, "Jangan menyentuhku!"

"Baiklah!"

"Sejak aku hamil, kamu tak pernah menyentuhku!"

"Kamu ingin kita melakukannya?"

"Tidak!" tolaknya dengan tegas. "Aku tidak akan pernah mau disentuh pengkhianat sepertimu!" lanjutnya berkata lantang.

"Kamu salah paham," ujar Zayn.

"Masih menyangkal juga," Maudy tertawa sinis.

"Tenanglah, kamu lagi hamil!" Zayn berusaha menahan emosi istrinya.

Maudy mengatur nafasnya agar tetap tenang meskipun ia ingin meluapkan semua amarahnya.

"Duduklah!" Zayn meraih gelas di nakas lalu ia berikan kepada istrinya. "Minumlah!" ucapnya lembut.

Maudy pun meminumnya.

-

Dari makan malam hingga menjelang tidur, Maudy tetap diam.

Zayn berusaha membuat istrinya itu tersenyum lagi. Namun, Maudy tetap bergeming.

Wanita itu memilih memejamkan matanya karena ia sangat malas untuk berbicara atau bertatapan wajah dengan suaminya.

Zayn juga merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya.

Beberapa menit kemudian, ponsel Zayn berdering. Pria itu lantas terbangun dan menjawab panggilan tersebut.

Maudy yang juga terbangun, pura-pura memejamkan matanya. Ia sedikit membuka matanya kala mendengar suara langkah kaki suaminya.

Maudy lantas pelan-pelan menyibak selimutnya. Membawa ponselnya, ia mengikuti langkah suaminya secara diam-diam.

Beruntung pintu kamar tidak tertutup sehingga Maudy tak perlu membukanya lagi.

Zayn melangkah ke belakang rumah yang jauh dari kamarnya dan asisten rumah tangganya.

Tanpa diketahui suaminya, Maudy menyalakan kamera video ponselnya merekam semua pembicaraan Zayn.

"Ketika anak itu lahir, maka tanah dan perusahaan akan menjadi milikku dan kita menikah."

"Aku janji kepadamu karena kedua orang tuaku itu hanya ingin cucu saja. Setelahnya, mereka akan mencampakkannya."

"Pernikahan kami ini hanya bisnis dan saling menguntungkan, dia bayar utang dan aku butuh perusahaan dan tanah."

"Aku tidak peduli dengannya, ku hanya butuh anak dalam kandungannya untuk mewujudkan keinginan kita."

Maudy yang mendengarnya menutup mulutnya, tubuhnya gemetar. Dengan cepat ia meninggalkan tempat persembunyiannya dan kembali ke ranjang.

Ketika mendengar suara langkah kaki memasuki kamar, Maudy pura-pura memejamkan matanya.

Maudy berusaha menahan tangisnya, agar tidak ketahuan. Dia harus cepat-cepat keluar dari rumah ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!