Bab 5 - Syarat Rahasia

Zayn pulang jam 11 malam, istrinya juga telah tertidur. Berjalan mengendap-endap, ia ke kamar mandi. Itu sengaja dilakukannya agar wanita itu tak terbangun.

Selesai dengan urusan kamar kecil, Zayn merebahkan tubuhnya disamping Maudy.

"Kamu baru pulang?" tanyanya dengan mata terpejam.

Zayn menoleh dan menatap istrinya.

"Ingat suamiku, kamu sudah menikah. Bagaimana jika orang lain tahu kamu bekerja dan sering pulang malam. Pasti mereka akan berpikiran kalau rumah tanggamu tidak baik-baik saja!" Maudy berkata dengan mata tertutup.

"Jika kamu tidak memberitahunya, mereka tidak akan tahu."

"Benar juga, sih." Maudy lalu membalikkan badannya, memunggungi suaminya.

Suara ponsel Zayn berdering membuat Maudy kesal, membalikkan badannya. "Katakan pada kekasihmu jangan menelepon kamu ketika di rumah jika tak ingin aku memakinya!"

"Iya, aku akan memberitahunya. Lanjutkanlah tidurmu!"

Maudy bukannya melanjutkan tidur, ia malah turun dari ranjang.

"Mau ke mana?"

"Makan."

"Kamu makan tengah malam?"

"Ya, kalau kesal dengan seseorang aku akan makan banyak!"

"Aku pastikan tubuhmu akan melar dan gendut," ejek Zayn.

"Biarkan saja!" Maudy mengulurkan lidahnya.

Zayn menjawab teleponnya di balkon kamar. Maudy yang keluar dengan alasan lapar kembali masuk secara diam-diam. Ia berdiri di dekat jendela sembari menempelkan telinganya di gorden.

Maudy mencoba mendengarkan percakapan suaminya.

Sepuluh detik pertama ia masih mendengar jika suaminya berkata rindu lalu selanjutnya hening.

"Kenapa diam?" gumamnya.

"Aku sudah selesai meneleponnya!"

Maudy berjingkat kaget, ia memasang senyum menyengir.

"Kamu mengupingku?"

"Tidak!"

"Lalu kenapa di sini?"

Maudy pura-pura merapikan gorden, "Sepertinya ini tadi terbuka!"

Zayn menarik tangan istrinya lalu ia hempaskan ke ranjang. "Jangan pernah campuri urusanku!"

Maudy terdiam lalu menangis, "Ibu, dia menyakitiku!"

Zayn panik melihat istrinya menangis.

"Aku akan memberitahu kamu kepada ibuku!" Maudy mengencangkan tangisnya.

Zayn meremas wajahnya.

"Ibu, dia sudah kasar. Aku harus menuntutnya!" Maudy sengaja menguatkan suaranya.

"Hei, sudah. Jangan menangis, aku minta maaf!"

"Kamu harus ganti rugi!"

"Ganti rugi apa?"

"Tubuhku terkejut, mungkin tulang belakangku bergeser sedikit."

Zayn mengernyitkan keningnya.

"Kamu harus memberikan aku lima juta!"

"Apa? Kamu ingin memerasku?"

"Kamu ingin aku laporkan?"

"Tidak, tidak," jawabnya.

"Cepat berikan!" Maudy membuka telapak tangannya ke arah suaminya.

"Berikan nomor rekeningmu!"

Maudy bangkit dan pura-pura memegang pinggulnya lalu mengambil ponselnya di atas nakas kemudian ia tunjukkan kepada suaminya.

Zayn pun mentransfer sejumlah uang. "Aku sudah mengirimkannya!"

"Terima kasih, suamiku!"

"Baru sehari saja, kamu sudah membuatku bangkrut!"

"Hei, jangan berkata begitu. Nanti bangkrut beneran, bagaimana? Lagian memberikan uang kepada istri, rejekimu juga akan lancar," nasihat Maudy.

Zayn menggaruk kepalanya kesal, "Terserah kamu saja!" ia pun keluar dari kamar.

Maudy tertawa sambil menutup mulutnya.

****

Keesokan paginya, Maudy menikmati sarapan bersama suaminya. Tak ada percakapan diantara keduanya.

Ditengah sarapan, sepasang pengantin baru itu kedatangan 2 orang wanita.

"Mama..."

"Ibu..."

"Kalian mau kemana dengan pakaian begitu?" tanya Dinda.

"Mau kerja, Ma." Jawab Zayn.

"Kalian bekerja?" tanya Dinda lagi.

"Ya, Ma," jawab Maudy.

"Kalian baru menikah, kenapa cepat sekali kembali ke kantornya?" tanya Wina.

"Kami bosan, Bu," jawab Maudy.

"Bosan?" Wina dan Dinda saling pandang.

"Maksudnya, bosan di rumah makanya cari kesibukan," Maudy buru-buru menjelaskan.

"Oh, kirain...." ucap Wina.

"Ibu pikir aku bosan dengan pernikahan ini. Ya, tidaklah. Suamiku ini orangnya sangat baik dan romantis. Kami sampai melakukannya tiga kali dalam semalam," Maudy berkata asal.

Zayn mendengarnya mendelikkan matanya.

Dinda dan Wina senyum-senyum.

"Benarkan, sayang?" menatap suaminya.

"Iya," jawab Zayn terbata.

"Wah, sepertinya sebentar lagi kita akan menimang cucu," celetuk Dinda.

Maudy memijit keningnya. "Aku salah bicara!" batinnya.

"Zayn, Mama tak menyangka kamu menyukai istrimu ini dengan cepat," kagum Dinda.

"Iya, Ma. Pernikahan hanya sekali seumur hidup, mungkin Maudy adalah takdir jodohku," ucap Zayn sok dewasa.

Maudy mendengarnya hanya tersenyum sinis.

"Mama bangga denganmu," puji Dinda.

"Mama sudah bilang padamu, suamimu ini pasti sangat baik. Tak salah kami menjodohkan kalian," ujar Wina.

"Iya, Ma." Maudy tersenyum terpaksa.

"Ya sudah, kalian pergilah bekerja. Minggu depan ambil cuti," ucap Dinda.

"Ambil cuti buat apa?"

"Buat bulan madu kalian!" jawab Dinda.

"Ma, aku sangat sibuk. Minggu depan tidak bisa libur," jelas Zayn.

"Aku juga, Ma. Banyak yang mau membuka franchise," Maudy menimpali.

"Jangan beralasan," Dinda menatap anak dan menantunya secara bergantian.

"Benar, Ma." Zayn berusaha menyakinkan.

"Iya, Ma." Maudy ikutan juga.

"Tidak bisa, kalian harus pergi ke Dubai minggu depan biar calon cucu kami bahagia," celetuk Dinda.

Zayn dan Maudy mengerutkan keningnya.

"Sudah sana pergi kerja, Zayn antar istrimu," titah Dinda.

"Iya, Ma. Ayo kita berangkat, sayang!" Zayn menarik tangan istrinya.

Ketika diparkiran, Zayn berkata, "Buka pintunya sendiri!"

"Iya, aku pun tak butuh kamu bukain!" Maudy membuka pintu mobil.

Di dalam perjalanan menuju kantor Maudy. "Kenapa kamu mengatakan kita sudah melakukan itu?"

"Biar mereka tak curiga jika kamu tidak normal."

"Bagaimana jika mereka benar-benar menunggu sesuatu dari kita?"

"Biarkan saja," jawab Maudy santai.

"Kamu memang membuatku kesal!"

-

Sesampainya di depan kantor istrinya, Zayn berucap, "Nanti sore kamu pulang naik kendaraan umum saja, ya!"

"Tidak mau!" tolaknya.

"Aku tidak bisa menjemputmu!"

"Aku akan memberitahu Mama jika putranya ini tidak mau menjemput menantu kesayangannya."

"Kamu hanya bisa mengancam saja!"

"Biarin!"

"Baiklah, aku akan menjemputmu. Sekarang keluarlah dari mobilku!"

Maudy tanpa malu mengecup pipi suaminya. "Sampai jumpa nanti sore!"

Zayn mendelikkan matanya, dengan cepat menoleh ke arah istrinya.

"Aku tahu kamu tidak selera padaku, jadi tak masalah 'kan?" Maudy tersenyum, gegas ia keluar dari mobil.

Zayn memegang pipinya, "Dasar tak tahu malu, bisa-bisanya dia menciumi aku!"

Zayn masih menatap punggung istrinya, "Awas saja, aku akan membuatmu tidak betah denganku dan meminta pisah!" gumamnya.

Zayn menyalakan mesin mobil dan melesat ke kantornya.

Sementara Maudy setibanya di ruang pribadinya, menumpahkan air matanya.

Karen yang masuk ke ruangan atasannya sekaligus temannya tampak terkejut.

"Maudy, apa yang terjadi?" mendekatinya.

Maudy memeluk Karen.

"Kenapa? Apa kamu ribut dengan suamimu?"

Maudy menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lalu?"

"Aku tidak bisa cerita tapi....."

"Kamu takut aku akan mentertawakanmu?"

Maudy mengiyakan.

"Jika tidak lucu, mana mungkin aku tertawa," ujar Karen.

"Entahlah, aku tidak tahu apakah ini lucu, serius atau apalah."

"Coba ceritakan!"

"Zayn tidak menyukai wanita!"

"Apa? Pria setampan, kaya dan idaman semua wanita tidak menyukaimu?"

"Bukan aku, tapi semua wanita!"

"Aku tidak percaya!" ucap Karen.

"Dia mengatakannya begitu!"

"Kamu percaya begitu saja?" tanya Karen.

"Tidak juga, sih."

"Terus apa yang membuatmu menangis?" tanya Karen lagi.

Terpopuler

Comments

Denis blora

Denis blora

aku suka karakter ceweknya,,g cengeng dan g gampang di tindas..
semangat Thor. 💪♥️

2023-09-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!