Bab 7 - Pergi Liburan

Beberapa hari kemudian......

Maudy dan suaminya bersiap berangkat ke Dubai, keduanya saling berpegangan tangan tentunya karena di depan kedua orang tua mereka.

"Mama harap setelah kalian pulang dari sana, ada kabar bahagia," celetuk Dinda.

"Do'akan saja, Ma." Maudy menampilkan senyum kepalsuan.

"Kami semua selalu mendoakan yang baik untuk kalian," ujar Dinda.

"Terima kasih, Ma." Maudy kembali tersenyum.

"Kalau begitu, kami berangkat!" pamit Zayn pada kedua orang tuanya dan mertuanya.

"Ya, jangan lupa ketika tiba di sana kabarin papa," ucap Tian.

"Iya, Pa."

Zayn dan Maudy berjalan beriringan setelah menjauh dan tak tampak dari pandangan kedua orang tua, mereka melepaskan genggamannya.

"Sampai kapan kita harus berpura-pura seperti ini?" tanya Maudy.

"Sampai kamu mulai menyerah dan mengajukan gugatan!"

"Kamu berharap kita berpisah?"

"Tidak tahu." Zayn melangkah dengan cepat menaiki pesawat.

Setibanya di hotel, Maudy menjatuhkan tubuhnya di ranjang. "Huh, sungguh melelahkan!"

-

Malam harinya, setelah mengisi perutnya dan hendak tidur. Maudy membuka isi kopernya, ia mengerutkan keningnya. Piyama yang biasa ia gunakan tak ada. Ia membongkar semua isinya, tetap tak menemukannya.

"Aku sangat yakin tadi memasukkannya, tapi kenapa sekarang semuanya lingerie?" gumamnya.

Zayn baru saja masuk kamar, terkejut dengan pakaian istrinya yang berserakan. "Apa yang kamu lakukan?"

"Aku mencari pakaian tidurku!"

Zayn mengambil salah satu lingerie berwarna merah, " Ini apa? Kenapa tipis sekali?"

Maudy dengan cepat merampasnya dan menyembunyikannya di belakang tubuh.

"Kamu mau memakai itu?"

Maudy menggeleng.

"Cepat bereskan pakaianmu ini!" titahnya.

"Ya."

Maudy akhirnya memakai lingerie yang tidak terlalu seksi, terpaksa karena tak ada piyama.

Keluar dari kamar mandi, Maudy menutupi dadanya dengan telapak tangan kirinya dan tangan kanannya menarik ujung lingerie agar menutupi paha mulusnya.

Zayn sekilas melihatnya lalu berkata, "Aku tidak akan tergoda!"

Maudy menurunkan tangannya, "Astaga, kenapa aku lupa jika suamiku ini tidak normal?" sindirnya.

"Aku tahu kamu sengaja membawa pakaian begitu agar aku tertarik dan tergoda."

"Aku bukan sengaja, tapi sepertinya ada yang menukarnya."

"Aku tidak percaya!"

"Ya sudah, kalau tidak percaya." Maudy merebahkan tubuhnya di samping sang suami.

Zayn berusaha menahan salivanya ketika melihat tubuh istrinya yang sangat begitu mulus, apalagi belahan dadanya.

"Jangan berisik, aku mau tidur!"

"Iya, cerewet!"

Maudy pun terlelap tidur, sampai tidak sadar selimut yang ia pakai tersingkap.

Zayn menutupi paha istrinya dengan membuang wajahnya, ia berusaha agar tidak tergoda.

Zayn menutupi seluruh tubuh istrinya dengan selimut sehingga matanya tidak ternoda.

****

Zayn terbangun ketika mendengar suara istrinya bersenandung di samping ranjangnya.

Mata Zayn membulat ketika melihat Maudy setengah bugil sedang memakai handbody lotion. Zayn gegas menutup matanya dengan telapak tangannya.

"Pagi, suamiku!"

"Hmm..."

"Kenapa wajahmu ditutup? Bukankah tidak selera dengan wanita?"

"Astaga!" batinnya.

Zayn menurunkan tangannya.

"Kenapa kamu hanya memakai itu saja?"

"Ini di kamar hanya kamu yang melihatnya. Tak menjadi masalah, kan?"

"Tidak."

Maudy mendekati suaminya, dengan cepat ia naik ke atas tubuh Zayn dan duduk di paha pria itu.

Zayn berusaha agar benda pusakanya tak bangkit, apalagi melihat Maudy yang hanya menggunakan penutup payu**ra dan bagian va-gina.

"Aku seksi, kan?"

"Tidak."

"Menurutmu apa pria lain menyukaiku seperti ini?"

Zayn mendorong tubuh istrinya karena tidak senang dengan pertanyaannya.

"Hai, apa salahku?"

"Kamu adalah istriku, jangan pernah berpakaian terbuka di depan pria lain!"

Maudy tertawa.

"Aku serius, jangan membuat malu keluargaku!"

"Aku juga ingin mendapatkan pria normal yang mampu memuaskan ku di ranjang!"

Zayn mengeraskan rahangnya, ia mencengkram erat lengan istrinya.

Maudy malah semakin tertawa meledek.

"Bisakah kamu tidak memancing kemarahan ku, Maudy?"

"Kenapa kamu harus marah?"

"Aku hanya tidak ingin mempermalukan keluarga ku!"

"Lalu, bagaimana dengan penyakit menyimpangmu itu? Bukankah juga membuat malu keluarga?"

Zayn tak ingin memperpanjang perdebatan memilih pergi ke kamar mandi.

Sementara itu, Maudy mendongakkan kepalanya ke atas berusaha agar air matanya tidak menetes.

_

Zayn selesai mandi, ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan istrinya. "Di mana dia?"

Zayn gegas memakai pakaiannya, ia lalu keluar mencari Maudy.

Hampir 20 menit mengelilingi hotel, matanya tertuju pada seorang wanita yang sedang menikmati kopi dengan pemandangan laut. Zayn berusaha menahan amarahnya.

Melangkah dengan cepat menghampirinya, "Kenapa tidak memberitahu aku jika kamu keluar dari kamar?"

Maudy sejenak menatap namun kembali memandangi lautan sembari menyeruput kopi.

"Kenapa kamu keluar tanpa seizinku?"

"Memangnya kamu siapa?" tanpa menoleh.

"Aku suamimu."

Maudy dengan cepat menoleh, "Benarkah? Apa kamu yakin dengan ucapanmu itu?"

Zayn menutupi wajahnya dengan satu telapak tangannya berusaha menahan kesal.

"Berapa lama kita di sini?"

"Seminggu."

"Lama sekali, ya. Rasanya aku ingin pulang besok saja," celetuknya.

"Aku bosan di sini, ingin segera pulang."

"Bagaimana kita percepat saja? Aku bingung harus melakukan apa di sini, lagian juga aku hanya liburan seorang diri," sindirnya.

"Aku akan menemanimu keliling kota ini," Zayn menawarkan diri.

Maudy tersenyum senang mendengarnya.

-

-

Setelah seharian jalan-jalan dan belanja akhirnya rasa kantuk menyerang. Selesai mandi, Maudy menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang.

"Tolong geser tubuhmu itu!"

Maudy tetap acuh.

Zayn akhirnya mendorong tubuh istrinya, kemudian merebahkan tubuhnya di sampingnya.

Maudy yang matanya sudah terpejam, tak sadar malah memeluk tubuh Zayn.

Sontak, pria itu kaget dan berusaha menyingkirkan tangan dan kaki Maudy dari tubuhnya.

"Apa aku seksi?" Maudy meracau.

"Tidak, kamu sangat jelek dan ku membencimu!"

Tangan Maudy dengan cepat menampar pelan pipi Zayn, "Aku jelek?"

Zayn memegang pipinya, "Dia lagi tidur atau pura-pura, sih?"

Maudy tak meracau lagi.

****

Matahari telah bersinar terang, Maudy terbangun menoleh ke sampingnya. Namun, tak ada suaminya. Menyibak selimut lalu turun dari ranjang.

Maudy berjalan ke kamar mandi, terdengar sayup-sayup seseorang berbicara. Penasaran, ia pun mendekati asal suara.

"Kamu tenang saja, selama liburan dengannya aku tidak menyentuhnya. Aku hanya mencintaimu!" Zayn berkata melalui ponselnya.

Seketika hati Maudy menjadi berantakan, suaminya ternyata memiliki kekasih.

Perlahan memundurkan langkahnya menuju kamar mandi, di tempat itu ia menumpahkan air matanya.

Hampir 30 menit dia berendam di bathtub, masih terngiang-ngiang dipikirannya dua kata yang diucapkan suaminya di ponsel kepada seseorang rindu dan cinta.

"Jika dia sudah memiliki kekasih, kenapa mau menerima perjodohan ini? Apa tujuan sebenarnya dia menikahiku?" gumamnya.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya, "Apa masih lama?" teriak Zayn dari luar.

"Sebentar!" jawabnya.

Maudy pun gegas menyudahi aktivitasnya di kamar mandi.

Membuka pintu, tanpa bicara ia melewati suaminya yang berdiri dihadapannya.

"Nanti temani aku menemui klien, ya!" pinta Zayn.

"Aku tidak bisa," tolaknya.

"Kenapa?"

"Aku sangat malas mau ke mana-mana."

"Papa meminta kamu menemani aku?"

"Katakan saja pada papa jika aku sedang sakit," jawab Maudy asal.

"Aku tak mau, papa pasti sangat khawatir!"

"Baiklah, aku akan ikut."

Zayn menarik ujung bibirnya dan kelihatan senang.

Jam 11 siang, Zayn dan istrinya pergi ke restoran menggunakan taksi. Sesampainya di sana 2 orang pria muda sudah menunggu mereka.

Salah satu pria tampak terpesona dengan kecantikan Maudy.

Zayn berjabat tangan dengan kedua pria itu, sembari melemparkan senyuman. "Perkenalkan istri saya!"

Maudy mengulurkan tangannya kepada kedua pria itu sambil tersenyum tipis.

"Istri anda sangat cantik sekali!" puji pria yang bernama Hans.

"Terima kasih, " ujar Zayn.

Maudy duduk di sebelah suaminya, memilih diam dan mendengarnya saja sesekali tersenyum singkat.

Hans, tak hentinya mencuri pandang ke arah Maudy dan Zayn menyadarinya jika istrinya berhasil membuat kliennya tak fokus.

Bukan hanya sekali, Zayn bertemu calon klien membawa wanita. Beberapa karyawan cantik pernah menemaninya agar dapat memikat dan memuluskan perjanjian.

Zayn dan Hans sebelumnya juga pernah bertemu, cuma hari ini pria itu tak hentinya menatap disampingnya.

"Eheem..."

Mendengar suara deheman Zayn, membuat Hans kembali menatapnya.

"Bagaimana dengan rencana kita?" tanya Zayn.

"Saya setuju saja," jawab Hans.

"Kalau begitu, kita akan tanda tangani kontrak setelah kembali ke sana," ujar Zayn.

"Baiklah," Hans mengiyakan.

Keempatnya menikmati makan siang bersama.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!