Bab 3 - Mencoba Gaun

Dengan cepat Maudy menoleh, "Dokter!" tersenyum ramah.

Dewa membalas senyumannya.

"Tidak usah, Dok!" Maudy menolaknya.

"Tidak apa-apa, kita makan bersama!" ajaknya.

"Saya segan, Dok."

"Tidak perlu segan, ayo!" Dewa menarik tangan wanita itu.

Keduanya duduk berhadapan.

"Apa setiap hari kamu pulang jam segini?" tanya Dewa.

"Tidak, Dok."

"Oh."

"Dokter juga baru pulang kerja, ya."

"Ya, tiba-tiba perut merasa lapar jadi singgah ke sini dan bertemu kamu," jelas Dewa.

"Kenapa bisa kebetulan begitu, Dok." Maudy tertawa kecil.

"Mungkin kita jodoh," ceplos Dewa.

"Hah!"

"Saya bercanda," Dewa tersenyum manis.

"Dokter, ternyata suka juga bercanda. Saya pikir orangnya terlalu serius."

"Orang-orang berpikir seperti itu," ujar Dewa. "Oh ya, panggil saya Dewa saja. Kita 'kan bukan di rumah sakit," lanjutnya.

"Baik, Kak Dewa!"

Pria itu pun tersenyum.

"Mie ayamnya sudah datang!" ujar Maudy ketika penjual mie menyajikan 2 mangkok dihadapannya.

"Silahkan dimakan!" ucap Dewa.

Maudy menikmati mie ayam begitu lahap karena ia benar-benar lapar.

Dewa meraih tisu lalu tangannya membersihkan sudut bibir wanita yang ada dihadapannya.

Sontak Maudy terkejut mendapatkan perlakuan begitu, gegas ia berkata. "Terima kasih, saya bisa sendiri!"

Dewa dengan cepat menarik tangannya, "Maaf!"

Maudy tersenyum kaku, ia pun makan lebih banyak menunduk.

"Bagaimana kabar Pak Rama?" Dewa bertanya agar menghilangkan kecanggungan keduanya.

Maudy mengangkat sedikit wajahnya. "Ayah baik, Kak Dewa!"

"Syukurlah," Dewasa tersenyum lega.

Maudy tersenyum samar.

"Tadi pagi saya kebetulan melintas di depan rumah kamu sepertinya lagi kedatangan keluarga atau saudara dari jauh," ujar Dewa.

"Calon keluarga, Kak."

"Kakakmu akan menikah?" tanya Dewa.

"Bukan, tapi saya."

Dewa tak sengaja menjatuhkan sendoknya hingga mangkoknya berbunyi.

"Sebulan lagi, kami akan menikah," ujar Maudy tak semangat.

"Wah selamat!" Dewa mengulurkan tangannya.

Maudy menyambutnya, "Terima kasih!"

"Jangan lupa undang saya, ya!"

"Pastinya!"

-

Maudy tiba di rumah pukul 10 malam, ketika hendak membuka pintu Wina menghampirinya.

"Kamu dari mana saja?"

"Habis makan mie ayam, Bu."

"Kamu tidak jadi bertemu dengan Zayn."

"Jadi, cuma orang-orang yang menangani pernikahan kami sudah pada pulang ketika aku datang."

"Lalu kamu pergi makan mie ayam dengan siapa?"

"Awalnya sendiri tapi bertemu dengan Dokter Dewa."

"Maudy, kamu sebentar lagi akan menikah jangan pernah dekat dengan pria manapun."

"Bu, aku dan Dokter Dewa hanya kebetulan bertemu. Pasti pria itu yang sudah memberitahu Ibu dengan siapa saja aku bertemu!" Maudy menebak.

"Ya, dia menyuruh Ibu untuk mengingatkan kamu. Dia mengancam akan membatalkan pernikahan," ujar Wina.

"Belum saja menikah, dia sudah berani mengancam begitu," gerutunya.

"Maudy, dia tak mau keluarganya malu karena melihat tingkahmu."

"Bu, aku tidak akan membuat malu keluarganya apalagi kalian. Ibu tenang saja," ucap Maudy kemudian masuk ke kamarnya.

****

Keesokan sorenya, Maudy mendatangi sebuah toko yang menjual gaun pengantin pernikahan dan pesta.

Dia datang ke sana karena perintah sang ibu yang begitu semangat dirinya menikah dengan pria kaya raya.

Zayn telah tiba lebih awal 5 menit, wajahnya dingin tanpa senyuman. Memperhatikan jam di tangannya lalu berkata," Kenapa kamu selalu datang terlambat?"

"Anda cukup cerewet juga, ya!" Maudy menyindir.

"Tuan, Nona, mari saya tunjukkan contoh rancangan yang akan kalian gunakan," ujar seorang wanita yang bekerja sebagai pegawai toko.

Keduanya pun mengikuti wanita itu.

"Nona, mau pilih model yang seperti apa?" tanya pegawai toko dengan ramah.

"Terserah calon suami saya saja," Maudy melirik pria yang ada disampingnya.

"Kenapa harus aku?"

"Seleraku sangat rendah, jadi ku meminta kamu saja yang memilihkannya untukku!" jawab Maudy.

"Dia memakai apa saja juga tetap cantik, terserah mau warna dan bentuk seperti apa," jelas Zayn asal.

Pegawai toko tersebut mengerutkan keningnya.

"Apa yang dikatakan calon suami saya benar, Mba."

"Ya sudah, mari coba beberapa gaun dahulu!"

Maudy mengangguk mengiyakan, ia lalu mengikuti langkah wanita itu.

Beberapa menit kemudian, Maudy keluar menunjukkannya kepada calon suaminya gaun berwarna putih yang menampakkan leher jenjangnya dan sedikit belahan dadanya.

Zayn tampak terpaku melihat kecantikan calon istrinya.

"Bagaimana dengan gaun ini, Tuan?"

"Ya, itu juga cantik."

"Tapi, aku tidak suka," ujar Maudy.

"Kenapa, Nona?"

"Terlalu seksi!"

"Ya sudah, ganti!" titahnya.

Hampir 1 jam, Maudy mencoba berbagai gaun membuat Zayn merasa bosan.

"Bagaimana dengan ini, Tuan?"

Gaun kelima berwarna putih tulang, lengan panjang, menutupi dada hingga leher.

"Inilah juga cantik!" jawab Zayn malas.

"Saya mau yang ini saja, Mba."

"Baiklah, Nona!"

Keluar dari toko, Zayn lebih dahulu berlalu. Maudy sampai berdecak kesal dengan tingkah calon suaminya itu.

Maudy pun meninggalkan toko.

-

Zayn tiba di sebuah kafe, ia memeluk seorang wanita yang memberikan kecupan singkat dipipinya.

"Kenapa lama sekali?" tanyanya dengan manja.

"Wanita itu sangat lambat memilih gaun!"

"Pasti wanita itu cantik menggunakan gaun pengantin," tampak cemburu.

"Tapi, kamu lebih cantik!" puji Zayn.

"Kenapa kamu mau saja dijodohkan dengannya?"

"Berapa kali aku katakan jika ini hanya pernikahan bisnis yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Jadi, kamu jangan cemburu kepadanya."

"Bagaimana tidak cemburu, Zayn. Kalian akan satu rumah dan selalu bertemu," ungkap wanita bernama Milka.

"Tapi, aku janji tidak akan menyentuhnya!"

"Aku tidak yakin."

"Aku juga melakukan ini untuk kita juga kedepannya. Apa kamu menerima aku tanpa apa-apa?"

Milka menggelengkan kepalanya.

"Aku melakukannya agar kamu bahagia dan apa yang ingin kamu mau bisa terwujud," ujar Zayn.

Milka menarik sudut bibirnya, apa yang dikatakan kekasihnya itu ada benarnya. Karena ia tak ingin hidup miskin apalagi menderita.

Ya, Zayn adalah tambang emas miliknya karena pria itu akan memberikan apapun yang ia inginkan meskipun dirinya harus mengalah.

"Apa aku boleh minta sesuatu?"

"Minta apa?"

"Aku tidak mau melihat pernikahan kalian, apa aku bisa minta tiket liburan agar tak kesal kamu duduk di pelaminan dengannya."

"Baiklah, aku akan memberikannya. Kamu mau ke mana?"

"Jepang."

"Baiklah, aku memberikan tiket dan seluruh biaya penginapanmu di sana selama seminggu."

"Wah, sayang. Terima kasih banyak."

Zayn mengusap pipi Milka dengan lembut dan tersenyum, "Aku tidak mau melihatmu bersedih!"

Milka tersenyum senang.

"Aku tidak bisa berlama-lama, ku harus pulang. Mama nanti curiga, jangan sampai hubungan kita ketahuan oleh mereka, kalau tidak semua rencana gagal."

"Baik, sayang. Mereka tidak akan tahu, pulanglah."

Zayn meletakkan sejumlah 10 lembar uang berwarna merah.

"Ini apa, sayang?"

"Buat kamu senang-senang."

Lagi-lagi Milka merasa bahagia, "Terima kasih!"

"Ya, aku duluan!" Zayn lalu meninggalkan kafe.

"Uh, beruntungnya aku. Dapat tiket liburan dan uang, memang Zayn pria idaman," gumamnya tersenyum.

Milka lalu menghubungi temannya dan mengajaknya pergi ke klub malam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!