Bab 6 - Mencari Tahu Tentang Pria

Maudy menggelengkan kepalanya dengan cepat, ia menghapus semua percakapan di dalam memori otaknya yang akan ia ucapkan kepada sahabatnya.

"Maudy!" panggil Karen.

"Ya," wanita itu tampak gelagapan.

"Apa kamu sedang ada masalah?" tanya Karen.

"Tidak," jawabnya sembari menyeka air matanya.

"Lalu, kenapa kamu menangis?"

"Aku menangis karena sekarang ku sudah menjadi seorang istri," jawab Maudy.

"Astaga, aku pikir kamu memiliki masalah dengan seseorang. Tapi, kenapa baru sadar sekarang?"

"Aku baru menyadari lelahnya menjadi seorang istri," Maudy berkata bohong.

Karen menghela nafasnya.

"Tapi, nikmat juga menjadi istri. Tidur ada yang temani dan pelukan," Maudy membayangkan jika hal itu benar terjadi.

"Jangan membuatku iri, aku harus mencari di mana calon suamiku," celetuk Karen.

"Maaf, Karen. Aku bukan menyindir atau membuat iri. Ku hanya meluapkan rasa senang saja, maklum sudah lama aku jomblo tiba-tiba diajak menikah dengan pria tampan seperti Zayn."

"Aku senang jika kamu bahagia," ucap Karen.

"Terima kasih," Maudy tersenyum.

"Ya sudah, kalau begitu tanda tangani ini!" Menyodorkan berkas.

Maudy menandatanganinya.

"Aku boleh minta izin pulang lebih awal?"

"Mau ke mana?"

"Aku mau membawa Intan ke rumah sakit," jawab Karen.

"Ya sudah, semoga Intan cepat sehat," ucap Maudy.

"Terima kasih," Karen pun keluar dari ruangan.

Maudy menutup wajahnya di meja, hampir saja ia melanggar perjanjian dengan suaminya. Ia tak mau membuka keburukan lelaki yang 2 hari lalu menikahinya, meskipun hatinya perih.

Perih tanpa luka, itulah yang dirasakannya saat ini. Menikah diawali dengan paksaan ternyata suaminya bukan pria normal.

"Apa yang harus aku lakukan? Sampai kapan aku bertahan?" jeritnya dalam hati.

-

Sorenya, selepas pulang bekerja. Maudy masuk ke mobil dengan cepat melepaskan earphone dari telinganya.

"Apa aku mengganggu waktu teleponmu?"

"Tidak," jawab Zayn singkat.

"Syukurlah!" Maudy tersenyum lega.

Zayn tersenyum tipis.

"Aku lapar, bisakah kita singgah untuk mengisi perut ini?"

"Bisa," jawabnya singkat lagi.

Zayn mengendarai kendaraan dengan pelan sambil mencari penjual makanan yang sesuai selera hari ini. "Kamu mau makan apa?"

"Ehmm...apa, ya?"

"Jangan bilang terserah, aku paling benci. Biasanya para wanita selalu mengatakan hal begituan!" Zayn memberitahu sebelum dilontarkan istrinya.

"Mau saja diucapkan, eh ternyata kamu sudah paham dan mengerti," ujar Maudy.

"Kebiasaan para wanita memang begitu, kan. Bilang terserah, giliran si pria yang pilih malah wajahnya cemberut!"

Maudy tertawa sedang, "Kamu bicara seakan tahu semuanya tentang wanita, apa sebenarnya kamu pria normal?"

"Aku hanya bicara fakta saja!"

"Apa kekasihmu seperti itu?" tanya Maudy.

"Tidak tahu juga."

"Sikapmu sangat mencurigakan!" Maudy menatap dengan tatapan menyelidik.

Zayn hanya tersenyum sinis.

"Bagaimana jika suatu saat aku berhasil menaklukkan hatimu?"

"Itu tidak mungkin, sampai kapanpun kamu tak mampu meluluhkan hatiku!"

"Aku semakin tertantang untuk melakukannya," Maudy berkata dengan yakin.

"Siapkan tisu sebanyak mungkin untuk menghapus air matamu kelak!" Zayn meledek.

"Baiklah!" Maudy menyetujuinya.

Zayn akhirnya memilih restoran yang menyediakan menu makanan khas Internasional.

Maudy yang diajak suaminya, menerimanya dengan senang hati apalagi makan gratis.

"Apa kamu sering ke sini?" tanya Maudy sekedar berbasa-basi.

"Hanya sesekali."

"Oh."

"Sudah cepat pesan, aku mau pergi lagi," ujar Zayn.

"Mau ke mana?"

"Bukan urusanmu."

"Oh, maaf kalau begitu."

Sejam kemudian, keduanya meninggalkan restoran tersebut. Setelah mengantarkan istrinya pulang, Zayn gegas pergi.

Maudy memasuki istana suaminya.

Seorang pelayan menghampirinya, "Nona, ini ada titipan dari Nyonya Dinda!" menyodorkan sebuah amplop berukuran besar.

Maudy meraihnya sambil tersenyum, "Ya."

Pelayan wanita itu pun berlalu.

Sesampainya di kamar, Maudy membukanya matanya membulat ketika melihat isi amplop tersebut. Dua lembar tiket pesawat ke luar negeri.

"Aku kira hanya bercanda," Maudy meletakkannya di atas nakas.

-

Menjelang tidur, Maudy menyempatkan waktu untuk menelepon Aldo.

"Halo, istri orang. Ada apa meneleponku?"

Maudy menghembuskan nafasnya. "Apa besok kamu memiliki waktu?"

"Ya, aku akan menyempatkan waktu hanya untukmu!"

"Aku akan mengirimkan nama kafenya!"

"Oke."

Selesai menelepon singkat sahabatnya, Maudy merebahkan tubuhnya. Baru saja memejamkan matanya, Zayn pun pulang.

Maudy membuka matanya, kemudian bangkit dan duduk.

"Kenapa belum tidur?"

"Aku terbangun karena mendengar suara pintu terbuka," jawab Maudy berbohong.

Zayn melihat ke arah nakas, "Ini apa?"

"Tiket liburan dari mama."

Mimik wajah Zayn seketika berubah.

"Kamu tidak senang kita pergi berlibur?" Maudy memperhatikan wajah suaminya.

"Tidak!"

"Kembalikan saja pada mama, kalau kamu tak suka pergi berlibur denganku," ujar Maudy.

"Kamu ingin aku dimarahi papa?"

"Tidak."

"Kita akan pergi ke sana, tapi jangan berharap lebih!"

"Ciih, siapa pula yang mau denganmu," gerutunya. Maudy kembali merebahkan tubuhnya.

****

Keesokan harinya....

Maudy dan Aldo bertemu di sebuah kafe untuk menikmati makan siang bersama.

"Kenapa kamu ingin bertemu denganku?"

"Aku ingin bertanya sesuatu tentang pria."

Aldo mengerutkan keningnya.

"Aku dan suami menikah karena dijodohkan, kami baru saling mengenal. Ya, aku ingin tahu saja apa yang biasanya para pria inginkan atau tidak disukai."

"Maudy, bukankah sebelumnya kamu pernah menjalin sebuah hubungan?"

"Ya, aku pernah tapi itu ketika semasa sekolah. Aku belum paham saja memahami karakter pria," Maudy memberikan alasan.

"Pria itu tak suka dikekang tapi butuh diperhatikan," ujar Aldo.

"Begitu, ya. Lalu apa kamu tertarik ketika melihat wanita cantik dan seksi?"

"Sebagai pria normal, tentunya tertarik melihat wanita cantik dan seksi."

"Benar juga, ya."

"Apa Zayn tidak normal?" Aldo menatap menyelidik.

"Ya, mana mungkin aku mau menikah dengan pria yang tidak normal," jawab Maudy lagi-lagi bohong.

"Aku pikir...."

"Jangan berpikir yang aneh-aneh tentang suamiku!"

"Baiklah."

-

Malam harinya, Maudy membuka laptopnya. Ia ingin tahu bagaimana cara menaklukkan suami yang dingin, kaku dan cuek.

Hampir 30 menit berjelajah di situs mesin pencari online, kantuk pun mulai menyerangnya.

Maudy meletakkan laptopnya di nakas, ia lalu merebahkan diri dan tertidur.

Sejam kemudian, Zayn memasuki kamar. Sejak mereka menikah pria itu sering pulang larut malam di atas jam 10.

Zayn penasaran dengan laptop istrinya yang berada di nakas. Berjalan perlahan, lalu membukanya. Ia tersenyum ketika melihat daftar pencarian yang dicari istrinya itu. "Apa kamu sebegitunya penasaran dengan aku?" batinnya.

"Aku pastikan, kamu akan kecewa!" gumamnya.

Zayn gegas menutup laptop ketika menyadari istrinya bergeliat. Dengan cepat ia melangkah ke kamar mandi.

Maudy membuka matanya lalu ia arahkan ke nakas. Dengan cepat, ia bangkit duduk dan memindahkan laptopnya ke dalam tas.

"Jangan sampai ia tahu rencana aku, bisa gagal semuanya!" ocehnya.

Sementara itu, Zayn yang mengintip dari pintu kamar mandi tertawa kecil ketika mendengar ocehan istrinya. "Aku akan membuat rencanamu gagal!" batinnya menyeringai.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!