Bab 16 - Maudy Kesal dan Curiga

Pagi ini keduanya bersiap-siap akan pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kandungan Maudy.

Wanita itu memasangkan dasi suaminya yang menjadi rutinitasnya setiap pagi.

"Kamu sangat tampan, Zayn!" pujinya.

"Ya, aku memang sangat tampan," Zayn berkata dengan bangga.

Maudy tertawa kecil.

"Kamu sangat cantik jika tertawa begitu," puji Zayn.

"Terima kasih, Suamiku!"

"Ayo kita sarapan!" Zayn menggandeng tangan istrinya.

Menarik kursi buat Maudy ketika mereka sampai di meja makan.

Keduanya duduk saling berhadapan dan menikmati masakan.

Selesai sarapan keduanya berangkat ke rumah sakit, Zayn melajukan kendaraannya dengan sangat hati-hati. Ya, dia tak ingin calon bayinya tergoncang.

Begitu sampai, keduanya memasuki ruang praktek sang dokter.

Dokter wanita itu menjelaskan kondisi calon bayi mereka yang kini memasuki usia 9 minggu.

Zayn menggenggam erat tangan istrinya selama proses pemeriksaan kehamilan.

Selesai memeriksa calon bayi mereka, Zayn menyuruh istrinya untuk pulang naik taksi.

"Kamu tidak mengantarkan aku dulu ke rumah?"

"Maaf, aku sudah terlambat."

"Ya sudah, mau bagaimana lagi. Aku tidak bisa memaksamu, pergilah!" ucap Maudy pelan.

Zayn mengecup keningnya lalu berlari ke arah mobilnya.

Maudy menyetop taksi bersamaan dengan mobil Zayn keluar dari parkiran rumah sakit.

Begitu di dalam taksi, Maudy meminta sopir untuk mengikuti mobil suaminya.

Maudy tak memperdulikan kandungannya, ia harus membuktikan rasa penasarannya selama ini.

"Pak, tolong jangan terlalu dekat dengan mobil itu nanti kita ketahuan," titahnya.

"Baik, Mba."

Dari dalam taksi, Maudy melihat suaminya memasuki sebuah kafe. Ia tersenyum lega karena lelaki yang menikahinya beberapa bulan lalu bertemu dengan seorang pria.

Karena Zayn bukan bertemu dengan wanita lain, Maudy akhirnya memutuskan pulang ke rumah.

Sementara itu, Zayn bertanya kepadanya temannya yang duduk dihadapannya. "Apa taksinya sudah pergi?"

"Sudah," jawab Galang.

Zayn menoleh ke belakang, ia lalu menghela nafas lega.

"Sampai kapan kau membohonginya?" tanya Galang.

"Sampai apa yang aku inginkan menjadi milikku!"

"Apa kau akan meninggalkannya?"

"Aku tidak tahu, mungkin kedua orang tuaku akan marah besar jika meninggalkan dia," jawab Zayn.

"Berhentilah menyakitinya!" Galang menasehati sahabatnya.

Zayn hanya tertawa sinis.

"Dia sedang mengandung, kau tidak takut kehilangannya?"

"Tidak."

"Bagaimana dia tahu lalu ia membawa kabur anakmu?"

"Tidak akan mungkin."

"Bagaimana jika orang tuamu tahu kamu masih menjalin hubungan dengan Milka?"

"Selama kau menjaga rahasia ini, mereka tidak akan tahu," jawab Zayn santai.

"Kau memang tidak pernah berubah, Zayn."

"Kami menikah agar kedua belah pihak saling menguntungkan, dia itu juga wanita yang licik. Jadi, kami berdua impas!"

"Aku rasa tidak," Galang membantahnya.

"Kau menyukainya?"

"Aku hanya mencintai Rana, cuma sikapmu kepadanya sungguh keterlaluan!"

"Kita lihat saja nanti, siapa yang lebih licik dia atau aku!"

"Baiklah," ucap Galang mengiyakan.

-

Maudy mengirimkan pesan kepada suaminya, jika hari ini ia masak makan malam untuk mereka, meskipun harus menggunakan masker untuk menutup aroma bumbu dapur yang sangat begitu menyengat.

Zayn membalasnya dengan mengiyakan. Maudy tampak begitu senang membacanya.

Dua orang ART yang menemaninya di rumah meminta izin jika malam ini tak menginap karena ada acara kebetulan keduanya memiliki hubungan keluarga.

Maudy pun mengizinkannya karena liburnya hanya semalam saja.

Selesai membereskan piring-piring kotor, kedua ART berpamitan pulang.

Kini tinggal Maudy di rumah sendirian, karena besok pagi 2 ART yang lainnya baru datang.

Maudy sudah berdandan cantik, ia selalu melihat jam dinding.

Hingga pukul 9 malam, Zayn juga belum pulang. Maudy lalu menghubungi suaminya namun ponselnya tak aktif.

Perasaan Maudy semakin tak karuan, "Kenapa dia lama sekali?" gumamnya.

Jam 9 lewat 30 menit, Zayn baru pulang dari kantor. Ia bersikap tampak santai ketika memasuki rumahnya.

Maudy tersenyum senang melihat kedatangan suaminya, "Ayo kita makan!" ajaknya.

"Maaf, tadi aku sudah makan diajak temanku," ucap Zayn.

"Kenapa makan dengannya? Kamu 'kan sudah berjanji kepadaku!" Maudy berkata sembari menahan tangis.

"Tadi aku dipaksanya, maaf!"

Maudy yang kesal, memasukkan semua makanan ke dalam lemari es.

"Kamu yang masak semua ini?" tanya Zayn.

Maudy tak menjawabnya karena dia begitu kecewa.

Selesai memasukkan lauk pauk dan sayur ke dalam lemari es, Maudy ke kamar mengganti pakaiannya. Ia menarik selimut dan bantalnya dari ranjangnya membawanya keluar.

"Kamu mau ke mana?"

"Aku tidur di kamar tamu."

"Baiklah, jika itu memang mau kamu," Zayn begitu sangat santai berkata.

Maudy semakin tambah kesal, di dalam kamar ia menangis sesenggukan.

Zayn yang malam ini tidur tanpa istrinya tampak begitu riang. "Akhirnya dia pindah kamar dengan sendirinya!" Menjatuhkan di ranjang.

Ponsel Zayn kembali berdering ia menatap nama penelepon, wajahnya mendadak sumringah.

Zayn lalu keluar menuju balkon kamarnya. "Halo, sayang!"

"Halo, Zayn. Aku sangat merindukanmu!"

"Aku juga, sayang!"

"Kapan kita menikah?"

"Kamu yang sabar, sebentar lagi kita akan menikah."

"Tapi, kapan?"

"Setelah tujuan kita berhasil," jawab Zayn.

"Aku sudah tidak sabar hidup bersamamu, Zayn."

"Aku juga!"

Zayn lalu menutup teleponnya, ia lalu membalikkan badannya matanya membulat ketika istrinya berada di belakangnya.

"Aku hanya mengambil buku ini saja!" ucap Maudy dengan mata berkaca-kaca.

Setelah Maudy keluar dari kamarnya, Zayn bernafas lega. "Huh!" mengelus dadanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!