Bab 12 - Selalu Romantis

Semakin hari hubungan Maudy dan suaminya berjalan hangat. Zayn sangat begitu perhatian dan romantis dengan dirinya.

Zayn selalu memberikannya bunga, tas, coklat dan pakaian.

Hal itu membuat Maudy yakin jika suaminya sudah membuka hati untuknya. Bukan hanya dirinya saja yang senang, tetapi kedua orang tuanya dan mertuanya turut bahagia.

"Zayn, setiap hari kamu selalu memberikan aku bunga. Aku bingung harus meletakkannya dimana lagi," ujar Maudy.

"Kamu tinggal susun saja bunga-bunga ini dikamar sebelah," ucap Zayn.

"Seperti mau buka toko saja," celetuk Maudy.

"Biar ruangan kamar kita wangi," Zayn mengecup kening istrinya.

Maudy tersenyum bahagia.

Ponsel Zayn berdering, ia menatap layar alat komunikasi itu lalu meminta izin pada istrinya dan Maudy mengizinkannya.

Berjalan ke kamarnya, Maudy meletakkan buket bunga mawar yang baru saja diberikan suaminya. Bunga yang sudah kelihatan layu, ia keluarkan dari kamarnya.

Ketika hendak membuka kenop pintu kamar, mata Maudy tanpa sengaja melihat sebuah kertas yang menyembul dari kantong jas suaminya yang tergantung.

Maudy penasaran ia berjalan mendekati jas suaminya, baru saja tangannya menyentuh kertas tersebut terdengar suara pintu terbuka. Gegas, Maudy menarik tangannya dan mengurungkan niatnya.

"Ayo kita makan, aku sudah sangat lapar," ajak Zayn.

"Ayo!" Maudy melangkah keluar kamarnya.

Di meja makan, "Zayn!" Maudy memanggilnya lembut.

"Ya."

"Mulai besok kamu tak perlu membelikan aku tas dan pakaian lagi," ujar Maudy.

"Kenapa? Apa kamu tidak suka?"

"Bukan begitu."

"Lalu?"

"Terlalu banyak dan tidak terpakai, lebih baik uangnya kamu simpan untuk biaya anak kita kelak," jawab Maudy.

"Kamu sungguh aneh, disaat wanita lain senang dibelikan sesuatu oleh suaminya setiap hari kamu malah menolaknya," ucap Zayn.

"Ini sudah banyak, Zayn. Aku hanya membawa tas satu saja. Di lemari ada sepuluh tas pemberianmu, belum lagi tas yang aku beli sebelum nikah totalnya ada tujuh belas dan itu menurutku terlalu berlebihan," ungkap Maudy.

"Baiklah, aku tidak akan membelikanmu lagi tapi jika kamu ingin tinggal katakan saja padaku!"

"Baik, Suamiku!" Maudy tersenyum.

Zayn membalasnya dengan senyuman juga.

Selesai makan malam, Zayn memilih duduk di balkon sementara Maudy di dalam kamar membaca buku.

Hampir sejam melakukan aktivitas masing-masing, keduanya di serang kantuk. Zayn merebahkan tubuhnya di samping istrinya.

Hari ini keduanya tidak melakukan pergulatan di ranjang karena hampir tiap malam Zayn meminta jatah.

Maudy memejamkan matanya sambil mendekap tubuh suaminya.

Baru saja Zayn memejamkan matanya, ponselnya berdering.

"Zayn, itu siapa sih' setiap malam selalu meneleponmu?" tanya Maudy meskipun matanya terpejam.

"Laporan kantor mungkin," jawab Zayn.

"Apa dia tak tahu waktu memberikan laporan setiap malam?" protesnya.

"Mungkin dia pikir kita belum tidur," jawab Zayn.

"Sudah sana, jawab teleponnya. Aku sangat mengantuk!"

"Iya, aku akan menjawabnya!" Zayn pun keluar kamar.

Sejam kemudian, Zayn kembali ke kamarnya. Namun, ia tak menemukan istrinya lantas ia mencarinya di kamar mandi.

Maudy keluar dari tempat itu.

"Aku pikir kamu ke mana," ujar Zayn.

"Aku tidak mungkin ke mana-mana, kenapa kamu lama sekali menerima teleponnya?"

"Teleponnya hanya lima menit, cuma tadi aku bermain game," Zayn memberikan alasan.

"Oh, begitu. Yuk, lanjut tidur lagi!" Maudy merangkul lengan suaminya.

Zayn pun pura-pura tidur, ketika istrinya sudah terlelap. Ia kembali keluar kamar dan membalas pesan seseorang.

Setelah urusannya dengan seseorang itu, Zayn kembali ke kamar dan tidur.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***