Air mata Sarah mengalir begitu saja tanpa bisa dia tahan atau tanpa bisa hentikan. Sarah menatap ke arah wanita yang sedang sibuk menutupi tubuhnya dengan selimut lalu kembali ke arah kekasihnya yang sudah empat tahun menjalin hubungan dengannya yang tengah menunduk dan menggaruk tengkuknya seperti telah ketahuan melakukan kesalahan sepele.
Padahal yang dia lakukan itu telah membuat Sarah hatinya hancur berkeping-keping. Mungkin karena tak bisa lagi mengelak Alan hanya bisa tertunduk malu. Dan tidak membela dirinya seperti biasanya saat dirinya melakukan kesalahan dan terus menyangkalnya.
Kali ini di depan mata Sarah dia menyaksikan sendiri kesalahan fatal Alan itu. Dia telah bercinta dengan teman dari satu panti asuhan yang sama dengan Sarah. Hera, wanita itu adalah teman satu panti asuhan Sarah yang nasibnya lebih beruntung karena di adopsi oleh keluarga kaya di kota ini. Bahkan mereka dulu satu sekolah dan satu kampus, bedanya Sarah bisa sekolah dan kuliah lewat jalur beasiswa dan Hera dari yang ayah angkatnya.
Sarah menangis, padahal baru dua bulan lalu dirinya bertemu Hera lagi setelah lulus kuliah dan mengenalkannya pada Alan.
"Tega..."
"Tega kalian berdua melakukan pengkhianatan ini padaku, teganya kalian berdua hiks hiks... !" Sarah menangis sejadi-jadinya bahkan sampai terduduk lemas di lantai.
Deraian air mata membasahi tangan dan pakaian Sarah. Alan yang merasa bersalah pun mencoba untuk duduk di depan Sarah. Karena sebenarnya dia juga cinta pada Sarah. Hanya saja dia tidak bisa menahan godaan dari Hera yang memanjakannya dengan tubuh dan harta ayah angkatnya.
"Sarah... aku!"
"Kami saling mencintai Sarah!" seru Hera yang sudah membalut tubuhnya dengan selimut hotel lalu berjalan mendekati Alan dan Sarah.
Alan berdiri dan menampakkan wajah tak senang atas pernyataan Hera barusan.
"Jangan sembarang bicara Hera, aku tidak mencintaimu...!"
Hera yang tak terima ucapan Alan itu langsung menarik Alan ke pelukannya.
"Kamu bilang kamu cinta padaku saat kamu mendapatkan pelepasan mu tadi, kamu terus menyebut namaku Alan, aku tahu kamu menyukai ku kan. Jujur saja pada Sarah, jujur saja padanya dan katakan kita sudah melakukan ini setiap hari, setelah kamu mengantarnya ke bandara...!"
"Diam Hera!" bentak Alan agar Hera menghentikan semua ucapannya.
Sarah tidak tuli, Sarah bisa mendengar semua yang diucapkan oleh Hera itu dengan sangat jelas di telinganya. Sarah mencoba menguatkan kakinya dan berusaha untuk berdiri tegak lalu menatap dua orang yang tak punya hati di depannya itu.
"Aku tidak mencintaimu, aku bilang aku hanya menyukai mu...!"
"Itu sama saja!" bantah Hera.
Sementara Alan dan Hera sedang bertengkar dan adu mulut saling menyatakan diri mereka benar dengan pernyataan mereka masing-masing yang sama-sama terdengar menyakitkan di telinga dan hati Sarah.
Sarah memilih melangkah pergi dari tempat itu, saat Sarah keluar. Alan berusaha mengejar Sarah, namun Hera terus menahannya, menghentikan Alan agar tidak bisa mengejar Sarah.
Langkah Sarah benar-benar seperti seseorang yang hilang arah. Dia bahkan berjalan ke arah yang salah, jika seharusnya dia menuju ke lift, dia malah menuju ke jalan buntu lantai hotel itu.
Sampai supir taksi yang kasihan pada Sarah, dan masih menunggunya di luar kamar yang di sewa Alan pun menghampiri Sarah.
"Mbak, mbak.. maaf. Tapi lift nya di sana!" kata supir itu.
Sarah hanya menoleh sekilas ke supir itu dan ke raja lift. Tanpa bicara Sarah berbalik dan berjalan menuju lift. Supir itu juga mengikuti Sarah.
"Mbak, saya antar ke rumah mbak nya saja ya!" tawar si supir itu.
Supir itu merasa iba pada Sarah, tadinya mau kasih kejutan ke pacar. Malah dia yang dibuat syok oleh pacarnya. Supir itu merasa juga ikut bertanggung jawab atas apa yang terjadi karena dia yang kebetulan memberitahu tentang hal itu pada Sarah. Tapi mau bagaimana lagi, supir itu juga tidak mendukung perselingkuhan. Jadi dia ingin Sarah bisa melihat pacarnya yang bahkan tak sungkan berciuman di mobil taksi online nya itu.
Sarah pun masuk kembali ke dalam mobil taksi online itu lagi.
"Rumah mbak nya dimana?" tanya supir itu.
Sarah berpikir sejenak, dia sama sekali tidak ingin di ganggu oleh siapapun saat ini.
"Ke pantai!" jawab Sarah singkat padat dan jelas.
Si supir langsung membelalakkan matanya. Dia berpikir kalau Sarah mungkin akan bunuh diri.
"Mbak, istighfar mbak. Patah hati memang menyakitkan, tapi mbak gak boleh pendek akal. Ingat keluarga mbak, ingat orang-orang yang menyayangi mbak di rumah!" ujar supir taksi itu menasehati Sarah panjang lebar.
Mata Sarah kembali meneteskan air mata.
"Mas, saya gak punya keluarga. Saya yatim piatu... hiks hiks...!" lirih Sarah membuat si supir menjadi semakin kasihan.
"Yang sabar ya mbak, tapi ini artinya Tuhan masih sayang sama mbak nya. Mbak nya tahu pacarnya selingkuh sebelum menikah, coba kalau sudah nikah...!"
Sarah melihat ke arah supir yang bicara seperti sangat perduli padahal mereka tidak kenal sama sekali. Dan yang paling penting adalah apa yang dikatakan si supir itu semuanya benar.
Sarah pun menyeka air matanya dengan kedua tangannya lalu bicara pada supir itu.
"Tenang saja mas, saya tidak akan bunuh diri kok ke pantai. Saya cuma mau menenangkan diri saja!" jelas Sarah.
Setelah mendengar penjelasan Sarah, si supir langsung mengangguk paham dan melajukan mobilnya menuju pantai.
Beberapa menit kemudian mobil taksi online yang di tumpangi Sarah sampai ke pantai. Sarah mengeluarkan lembar yang dua ratus ribu rupiah dan memberikannya pada si supir.
"Ini, mas!"
"Mbak, tadi kan cuma seratus ribu saja dari bandara!"
"Tapi mas sudah nungguin saya dan ngantar saya ke sini. Ambil ya mas. Dan ini...!"
Sarah meraih semua paper bag yang seharusnya akan dia berikan pada Alan pada si supir.
"Ini buat mas nya aja, makasih nasehatnya. Mas benar, untung saya tahu pas masih pacaran, kalau sudah nikah. Saya bisa benar-benar bunuh diri!" lirih Sarah.
Awalnya si supir menolak, dia merasa tidak enak. Tapi karena Sarah memaksa, akhirnya dia menerimanya. Supir taksi online itu mengeluarkan koper Sarah dari dalam mobilnya.
"Hati-hati ya mbak!" kata si supir sebelum mobilnya meninggalkan area pantai.
Sarah pun menarik kopernya ke sebuah kursi besi yang ada di dekat jalan. Dia lalu duduk disana sambil memandang ombak yang sedang berkejar-kejaran.
Hari masih siang, masih banyak orang yang berenang dan bermain air di tepi pantai. Dia juga ingat saat dirinya dan Alan sering pergi ke pantai. Mereka berdua berkejar-kejaran dengan kaki yang tanpa alas. Bermain air, saling menyipratkan air satu sama lain dan tertawa sangat bahagia. Tanpa terasa air mata Sarah kembali mengalir membasahi pipinya.
'Tega nya kamu mas Alan' lirih Sarah di dalam hatinya yang sangat rapuh dan terluka.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Linda Z
murahan lu Hera..... dah tiap hari, gratis lagi. cih
2023-09-11
3
himawatidewi satyawira
uwow...jujur bngt
2023-07-16
1
himawatidewi satyawira
sepele ya bang J..
alang?
2023-07-16
0