Mendengar apa yang baru saja Tristan perintahkan padanya, Sarah langsung bengong. Dengan mata yang tak mengedip di belakang Sisilia.
Bukan hanya Sarah, Sisilia bahkan mengernyitkan keningnya bingung. Membuat laporan selama empat tahun dengan tulisan tangan, satu bulan bisa tiga empat lembar, setahun artinya sekitar 45 lembar, kali lagi dengan empat tahun. Sisilia sampai merinding dengan sikap arogan CEO baru mereka ini.
Melihat reaksi Sarah dan juga Sisilia, Tristan bersorak senang dalam hatinya. Namun dia merasa kalau semua ini belum cukup membuatnya senang, karena Sarah masih terlihat tenang, hanya terkejut sedikit saja.
"Jika tidak bisa di selesaikan sampai jam sembilan malam ini, lebih baik bubarkan divisi keuangan dan ganti dengan orang-orang yang lebih profesional!" pekik Tristan tanpa pikir panjang.
Bahasa gaulnya, apa yang dikatakan Tristan itu asal ceplok batok saja.
Mendengar ucapan dengan nada tinggi dari Tristan membuat semua orang yang ada di ruangan itu langsung menundukkan kepala mereka. Mereka benar-benar menganggap Tristan bos killer, mematikan, menyeramkan dan menyebalkan.
Subagio yang masih berdiri di belakang Tristan lantas maju ke depan, mensejajarkan posisi dirinya dengan Tristan lalu mencoba untuk menasehati Tristan Hutama itu.
"Nak Tristan, memeriksa laporan keuangan dan menyalinnya tidak bisa...!"
"Pak Bagio sudah tidak ada urusan lagi kan di sini. Sebaiknya pak Bagio segera pulang dan segera beristirahat atau menghabiskan waktu saja di rumah pak Bagio dengan keluarga pak Bagio!" sela Tristan.
Tristan bahkan menatap tidak senang pada Subagio. Membuat pria tua itu terlihat menghela nafasnya begitu kecewa pada penggantinya yang baru ini. Tapi dia tidak dapat berbuat apapun, dia memang sudah memasuki masa pensiun. Jika tidak, Arya Hutama juga masih enggan melepaskan pekerja sebaik pak Subagio. Seorang pekerja yang mampu memimpin perusahaan dengan predikat tanpa ada korupsi selama puluhan tahun lebih. Benar-benar luar biasa di mata Arya Hutama. Namun usia senja membuatnya harus di gantikan dengan generasi yang lebih muda.
Sebenarnya sebelumnya pak Bagio sudah di tanya oleh Arya Hutama. Apakah dia punya kandidat penggantinya, dan saat itu dia benar-benar tak bisa memilih antara banyak bawahannya. Hingga Arya Hutama yang memang ingin memberikan tanggungjawab pada Tristan pun memutuskan untuk memberikan jabatan itu pada Tristan. Sikapnya yang tegas di harapkan bisa mempertahankan predikat perusahaan itu tetap menjadi perusahaan yang bersih tanpa korupsi sama sekali. Lagipula hanya itu perusahaan yang paling dekat dengan kediaman Arya Hutama dan juga apartemen Tristan. Hingga Arya Hutama juga masih akan mudah jika akan mengawasi Tristan. Meski sudah di penghujung kepala 2, namun Arya Hutama tetap menganggap Tristan si bungsu yang harus tetap di awasi.
Kembali ke masalah perusahaan dan laporan keuangan. Sarah kini sedang menelan salivanya dengan susah payah. Jika dengan pak Bagio saja, Tristan berani bersikap kurang ajar begitu, lalu bagaimana dengan para staf dan karyawan lain yang jabatannya lebih rendah dari pak Bagio.
"Baik pak, saya akan segera buat laporannya!" ucap Sarah setelah menghirup nafas panjang.
Tristan yang awalnya masih menatap kesal pada Subagio lantas menoleh ke arah Sarah.
"Ingat, jam sembilan malam. Laporan selama empat tahun dengan tulisan tanganmu harus ada di atas meja kerjaku!" tegas Tristan.
Mendengar itu Sisilia lantas langsung mengangkat tangannya seolah memberikan interupsi pada Tristan.
"Maaf pak, tapi maksudnya tulisan Sarah? apa tidak bisa jika satu tahun laporan di tulis oleh satu orang staff keuangan...!"
Tristan terlihat melebarkan matanya, benar-benar tak senang dengan interupsi dari Sisilia.
"Aku bilang hanya tulisannya, jika aku temukan tulisan tangan berbeda. Besok pagi kalian tidak perlu datang lagi ke kantor ini!" ucap Tristan final dan langsung meninggalkan ruang meeting.
Tristan bahkan langsung pergi tanpa menyapa Subagio lagi, apalagi yang lain. Richard yang berdiri di belakangnya lantas melihat ke arah Sarah dengan pandangan simpati dan kasihan.
'Tuh kan nona Sarah, apa ku bilang. Kamu pasti habis sama tuan muda!' batin Richard yang juga tidak bisa membantu apapun untuk Sarah.
Setelah Tristan meninggalkan ruang meeting. Subagio tampak memandang ke arah Sarah dengan kasihan. Dia tidak tahu tentang dendam pribadi antara Tristan dan Sarah. Tapi Subagio merasa kalau Tristan memang keterlaluan. Subagio berdiri di depan Sarah dan menepuk bahu wanita muda berusia 26 tahun itu pelan.
"Sarah, aku tahu kamu adalah salah satu karyawati berbakat dan pekerja keras. Berusahalah dengan baik, aku yakin kamu mampu!" ucap Subagio lantas meninggalkan ruangan itu juga.
Ucapan dari pak Subagio itu mungkin hanya dua buah kalimat yang di gabung menjadi satu. Tapi bagi Sarah itu adalah kalimat yang sangat berharga. Jika pak Bagio saja percaya dia bisa, maka dia akan berusaha.
"Bu, aku akan segera mengerjakan nya!" ucap Sarah yang bergegas meninggalkan ruangan itu untuk segera mengerjakan laporan yang diminta oleh Tristan.
Sisilia terlihat menghela nafas berat. Mariana yang ada di sebelahnya hanya menepuk bahunya pelan.
"Sabar ya, CEO baru kita memang sesuatu. Aku rasa ketenangan perusahaan ini akan segera berakhir...!" ujar Mariana yang kemudian meninggalkan ruangan itu di susul yang lainnya.
Sementara itu di ruang kerjanya, Sarah sudah kembali. Dan ternyata Arumi sudah tidak ada di sana. Dia menuliskan di sebuah note yang di tempel di layar monitor komputer Sarah kalau dia ijin, karena sejak tadi mulasnya tidak berhenti. Arumi bilang dia akan ke rumah sakit saja. Sarah segera memberikan note itu pada Sisilia. Setelah itu dia benar-benar bekerja keras.
Satu jam, dua jam, tiga jam berlalu dan Sarah masih di sibukkan dengan menyalin laporan yang sudah di susun oleh rekan kerjanya. Termasuk Tano yang biasanya bersikap cuek dan acuh pada Sarah.
Saat jam makan siang, Sarah bahkan hanya titip dua buah burger dan air mineral saja pada Rahayu, salah satu rekan kerjanya di divisi keuangan. Melihat Sarah, Sisilia sebenarnya tidak tega. Tapi dia juga tidak bisa banyak membantu, paling hanya membantu menyusun laporan yang sudah di tulis tangan oleh Sarah. Atau meminta pada rekan lainnya menggambar diagram nya. Dan yang menulis dan memberi angka tetap saja Sarah.
Sementara itu di dalam ruangan barunya, ruangan CEO. Tristan hanya duduk sambil tersenyum menyeringai. Richard yang berada di belakangnya pun nampak memanyunkan bibirnya.
'Bos ini kejamnya gak pakai nanggung ya. Kasihan banget sih nona Sarah. Jarinya bisa gepeng itu megang pulpen terus nulis berjam-jam. Bos ini keturunan Arya Hutama apa komp3ni sih, Herman deh Eike!' batin Richard heran.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Ica Ica
semangat sarah kamu pasti bisa go sarah
2023-07-23
2
yuiwnye
tunggu karma yg turun dr outhor kau tristan
2023-07-09
1
Hartaty
tangannya bukan hanya Gepeng Thor ,tp kaku gak bisa balik 🤣🤣🤣
2023-06-18
1