Setelah drama yang malah semakin membuat Sarah terluka hatinya itu. Arumi mengajak Sarah untuk pergi ke kantin kantor saja. Karena waktu makan siang mereka tinggal beberapa menit lagi.
"Ujung-ujungnya makan burger kantin juga ya?" tanya Arumi sambil memasukkan burger utuh dengan menekannya sedikit ke arah mulutnya.
Satu gigitan besar membuat mulut Arumi penuh. Dia yang melihat Sarah hanya memandangi burger yang ada di atas piring di hadapannya pun menghela nafasnya panjang. Setelah menelan burger yang sudah dia kunyah. Arumi lantas berkata.
"Jika hanya di pandangi, perutmu tidak akan terisi. Kalau perutmu tidak terisi otakmu tidak akan dapat asupan gizi dan oksigen yang cukup, kalau itu terjadi semua pekerjaan mu tidak akan bisa di kerjakan dengan cepat. Kalau pekerjaan tidak bisa selesai maka uang kerajinan mu akan di potong, lalu jika yang kerajinan mu di potong adik-adik panti harus berusaha keras untuk menambah pemasukan panti...!"
Arumi menjeda kalimatnya karena Sarah sudah meraih burger itu dan memakannya perlahan. Arumi tersenyum lirih dan memiringkan kepalanya, dia memang paling tahu apa yang bisa membuat Sarah bersemangat dan mengesampingkan segala masalah pribadinya.
Bagi Arumi, Sarah itu adalah sosok perempuan muda yang pekerja keras dan sangat bertanggung jawab. Kasih sayangnya pada adik-adik pantinya tidak ada yang bisa menandinginya.
Buktinya saja, meski patah hati, ibarat kata sudah tidak ada semangat hidup lagi, mau makan pun tak tertelan, tapi begitu Arumi menyebutkan adik-adik pantinya. Sarah langsung menelan semua makanan yang ada di atas piringnya.
Saat mereka sedang makan dengan agak buru-buru karena jam istirahat memang akan segera berakhir sebentar lagi. Beberapa orang sedang menggosipkan tentang pengganti pak Subagio.
"Gak jadi dateng? kok bisa?" tanya Mila dari bagian keuangan.
"Iya, tadi atasan ku yang bilang. CEO baru kita sedang ada urusan penting katanya, dia akan datang besok saat pelantikan nya saja menggantikan pak Bagio!" jelas Sinta dari bagian HRD.
"Oh, syukurlah. Aku belum selesaikan laporan bulanan ku, jangankan laporan bulanan. Laporan mingguan saja belum!" ucap Mila lega.
"Iya, dengar-dengar ya CEO yang baru itu galaknya bukan main. Kita semua dari HRD aja di wanti-wanti sama Bu Arista supaya kerja dengan benar, jangan banyak cengar-cengir, terus kalau gak di tanya gak usah ngomong di depan CEO baru itu, katanya gitu. Pasti orangnya killer banget kan?" tanya Sinta.
Mila sampai bergidik ngeri.
"Ih, kalau Bu Arista udah bilang gitu. Pasti killer lah. Ya ampun, kasihan amat tuh bagian sekertaris!" sahut Mila lagi.
"Seneng lah mereka, pak Tristan kan masih muda. Ganteng lagi!" bantah Sinta.
Mila langsung melebarkan matanya.
"Serius, bukannya gantinya pak Bagio itu juga bapak-bapak tua ya?" tanya Mila.
"Siapa bilang, namanya tuh pak Tristan. Biar kata di panggil pak juga, umurnya katanya masih kepala dua loh. Dan dia itu anak bungsunya pak Arya Hutama!" jelas Sinta yang jelas banyak tahu karena dia dari bagian HRD.
"Wah, kalau ganteng sih biar galak juga gak papa deh!" sahut Mila cekikikan.
Arumi memperhatikan teman-teman kerjanya itu yang sedang bercakap-cakap. Tapi Sarah sama sekali tidak perduli, setelah menghabiskan makanannya, Sarah pun langsung meminum habis jus jeruk di gelasnya.
"Arumi, sudah selesai kan. Ayo kita kembali ke ruangan kita!" ajak Sarah.
Tapi saat Sarah akan bangun. Arumi memegang tangan Sarah.
"Eh Sarah, kayaknya kita salah deh. Gantinya pak Bagio anaknya tuan besar! wah... perlu Googling nih. Siapa itu Tristan Hutama!" ucap Arumi yang langsung meraih ponselnya.
"Nanti ajalah, sekarang balik kerja dulu. Besok juga ketemu kan sama orangnya!" sahut Sarah yang merasa waktu istirahat mereka sudah berakhir dan harus segera kembali bekerja.
Mendengar ucapan Sarah, Arumi pun menyimpan kembali ponselnya ke kantong blazernya.
"Okelah, ayok!"
Mereka pun kembali bekerja. Tapi saat akan masuk ke dalam ruangannya. Sarah lagi-lagi harus menghela nafas tak berdaya. Karena Alan ada di depan pintu. Arumi yang memang masih sangat kesal dengan pria yang menyakiti sahabatnya itu yang maju di depan Sarah.
"Ini kantor, aku gak mau cari ribut. Aku cuma mau bicara dengan Sarah!" seru Alan sebelum Arumi membuka suara.
"Kalau tahu ini kantor, ngapain masih berdiri di situ. Kerja sama!" bentak Arumi kesal pada Alan.
"Aku sudah bilang, aku mau bicara dengan Sarah. Semua ini salah paham...!"
"Aku gak mau bicara sama kamu! sebaiknya kamu pergi. Oh ya, mulai detik ini hubungan kita berakhir!" ucap Sarah dengan mata merah dan berkaca-kaca.
"Sarah...!"
Alan berusaha mendekati Sarah, berusaha menyentuh tangannya. Namun belum bisa melakukan itu Arumi berdiri dengan tangan di kepal-kepal di depan Alan.
"Sarah, ini salah paham. Aku sudah mengakhiri hubungan ku dengan Hera. Dia saja yang datang ke kafe mengikuti ku dan memelukku dari belakang... aku sudah tidak perduli lagi dengannya!" jelas Alan panjang lebar.
"Saat kamu memutuskan berselingkuh dengan Hera, apa kamu perduli denganku, dengan hubungan kita?" tanya Sarah membuat Alan terdiam.
"Sarah tapi aku masih mencintai kamu... aku hanya khilaf sesaat Sarah. Aku mengaku salah...!"
"Mas ini kantor, apa kamu ingin semua orang tahu apa yang kamu lakukan?" tanya Sarah yang sudah mulai melihat beberapa orang memperhatikan mereka bertiga.
Alan menengok kanan dan kiri. Hidungnya yang masih di plester saja sudah menimbulkan banyak pertanyaan di ruangannya tadi di bagian pemasaran.
"Baik Sarah, tapi jangan katakan putus seperti ini... kita harus bicara...!"
"Tidak ada lagi yang harus kita bicarakan. Kita putus, hubungan kita sudah berakhir. Mulai sekarang aku akan urus hidupku, dan kamu mas... urus hidupmu sendiri!" tegas Sarah yang langsung berjalan cepat masuk ke ruangannya.
Alan masih tidak terima di putuskan oleh Sarah. Alan masih berusaha mengejar Sarah.
"Sarah.. tunggu..!"
Namun sayangnya Arumi langsung berdiri di depan Alan menghalangi Alan mengejar Sarah.
"Tuli ya?"
"Denger kan, kalian sudah end. Alias tamat, alias berakhir. Salah sendiri kenapa malah tertarik sama ulet bulu macam Hera. Hanya orang bodoh yang bisa selingkuh dengan cewek obralan macam Hera dan mengkhianati cewek premium macam Sarah!" sindir Arumi yang juga ikut masuk ke dalam ruang kerjanya.
Alan terdiam tak bisa berkata-kata. Ucapan Arumi benar-benar memukul telak dirinya. Dia baru sadar kalau apa yang dikatakan Arumi itu benar.
'Sarah, aku menyesal!' batin Alan.
Sementara Sarah sudah sama sekali tidak memperdulikan Alan, untuk sekilas dia menyeka air matanya yang menetes tadi. Tapi dia langsung fokus lagi pada pekerjaan nya. Dia ingat kalau bunda Tiara pernah berkata.
Jangan bersandar atau meletakkan harapan besar pada manusia, karena suatu saat jika orang itu berpaling dari kita. Kita akan jatuh sejatuh-jatuhnya.
Mengingat nasehat dari bunda Tiara itu, Sarah benar-benar tahu rasa sakitnya jatuh seperti itu. Apa yang dirasakan Sarah ini sama seperti menanggung rasa sakit yang tak berdarah.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Anfit Annisa Fitri Tangka
Berharap pd manusia qta sering kecewa, tp berharap & bersandara pada Allah qta takkan pernah kecewa.
2023-07-15
1
Anonymous
sedih ehh
2023-07-12
1
Etik Widarwati Dtt Wtda
berserah pada sang pencipta
2023-06-11
1