Sudah jam setengah delapan malam, semua rekan kerja Sarah sudah menyelesaikan laporan yang mereka print untuk kembali di salin dengan tulisan tangan oleh Sarah. Berikut semua gambar diagram yang di gambar oleh Tano.
Sisilia yang sejak tadi ponselnya berdering karena sang putri sedang rewel di rumah pun hanya bisa meminta suaminya menemani sang anak karena dia sedang lembur dan pekerjaan ini tak bisa di tunda.
Karyawan yang rumahnya jauh, dan juga khawatir tidak ada taksi online malam hari sampai daerah mereka pun di persilahkan untuk pulang duluan. Sisilia juga minta pada Rahayu untuk membeli makan malam untuk yang lembur malam ini.
Melihat semua orang yang wajahnya lelah dan stress, apalagi ponsel Sisilia sejak jam lima sore tadi selalu berdering membuat Sarah menjadi tidak enak pada yang lain. Karena dia tahu, Tristan sengaja memberikan perintah tidak masuk akal ini untuk membalas tamparan yang dia berikan pada Tristan saat pertemuan pertama mereka.
"Bu, teman-teman. Aku tinggal menyalinnya, akan ku lakukan dengan cepat. Kalian pulang saja. Aku yakin dalam setengah jam semua ini akan selesai!" ucap Sarah yang memang yakin kalau sebentar lagi semuanya akan selesai. Karena tunggal 4 dokumen lagi yang harus dia salin dengan tulisan tangan.
Meski yang lain tak ingin meninggalkan Sarah, namun karena sang anak terus menangis mencari Sisilia. Akhirnya Sisilia pun memutuskan untuk pulang. Lagipula dia juga yakin kalau Sarah akan segera menyelesaikan semua pekerjaan nya sebentar lagi.
Yang lain juga sama, mereka yakin bisa menyalin tugas itu dengan tepat waktu. Hanya Tano yang tidak ingin pulang.
Setelah yang lain pergi, Tano duduk di sebelah meja kerja Sarah. Tempat yang biasa di duduki Arumi.
"Kamu tidak pulang?" tanya Sarah pada Tano dengan menoleh sekilas kemudian kembali pada pekerjaannya yang belum selesai.
"Rumah ku dekat dari sini, tidak ada yang menungguku di rumah seperti Bu Sisilia. Aku rasa lebih baik aku menemani mu di sini, agar kamu tidak merasa sendirian!" jawab Tano begitu diplomatis.
Sarah sampai terkekeh pelan. Pasalnya Tano itu jarang bicara. Sekali bicara pada Sarah dengan kalimat yang panjang seperti itu membuat Sarah sangat terhibur.
"Baiklah, kamu bisa dengarkan musik jika bosan!" ucap Sarah.
"Baiklah!" sahut Tano.
Pria yang usianya baru masuk kepala tiga beberapa minggu yang lalu itu langsung meraih handset dari tas kerjanya dan mendengarkan musik dari ponselnya.
Sementara itu setelah makan malam bersama Richard, Tristan kembali ke kantor. Ingin tahu apa Sarah sudah selesai dengan laporannya atau belum, Tristan pun berjalan menuju ruangan divisi keuangan. Dia berjalan sangat cepat, Tristan memang begitu langkahnya memang cepat. Karena kakinya panjang dan jenjang. Mungkin hanya Richard, asisten pribadi yang bisa menyamai langkah Tristan.
Begitu sampai di depan ruang divisi keuangan, Tristan menghentikan langkahnya melihat lampu ruangan itu masih menyala terang sementara ruangan lain lampunya sudah padam.
"Richard, bilang pada operator. Padamkan lampu divisi keuangan, buang-buang daya saja!" perintah Tristan yang langsung membuat Richard garuk-garuk kepala.
"Tapi tuan muda, bukankah tuan muda memerintahkan nona Sarah untuk menyelesaikan...!"
Belum juga Richard selesai bicara. Tristan langsung menoleh ke arah belakang tanpa berbalik. Lirikan Tristan itu begitu tajam. Bahkan lebih tajam dari silet.
"Siapa bos mu?" tanya Tristan cuek.
Richard menelan salivanya dengan susah payah sebelum menjawab.
"Ka... kau tuan muda!" jawab Richard dengan nada suara takut.
"Kalau begitu lakukan perintahku. Besok, aku tidak ingin melihat wanita itu di perusahaan ini!" seru Tristan pada Richard.
"Ta... tapi tuan. Tuan besar...!"
"Kenapa dengan ayah?" tanya Tristan pada Richard setelah dia berbalik menghadap ke arah Richard.
"Tuan besar menyukai nona Sarah, kata tuan Samsudin nona Sarah tidak boleh di pecat dari perusahaan ini!" jelas Richard yang takut bosnya memecat Sarah malam ini juga.
Tristan langsung menatap serius ke arah Richard.
"Apa maksudmu? kenapa aku tidak boleh memecat wanita aneh itu?" tanya Tristan kesal.
"Kata tuan Samsudin, nona Sarah sudah menyelamatkan tuan Kevin yang hampir tenggelam di pantai!" terang Richard lagi.
Tristan langsung mengangkat dagunya, dan terlihat mengeraskan rahangnya. Dia kembali melihat ke arah Sarah yang sedang serius mengerjakan laporan ditemani seorang pria yang mendengarkan musik di sampingnya.
"Jadi begitu, baiklah. Kalau tidak boleh di pecat, artinya jika dia yang mengundurkan diri boleh kan?" tanya Tristan yang tak bisa di jawab oleh Richard.
"Baiklah, pergi ke ruang operator dan padankan lampu ruangan divisi keuangan sekarang!" seru Tristan lalu meninggalkan ruangan itu menuju ke ruangannya.
Richard langsung menepuk dahinya sendiri karena kesal.
"Ih, tuan muda ini. Ck... maafkan aku nona Sarah. Aku akan bawakan baterai untukmu nanti!" ujar Richard yang langsung pergi ke ruangan operator untuk melaksanakan perintah Tristan.
Richard memang meminta operator memadamkan listrik di ruangan divisi keuangan. Tapi dia juga meminjam sebuah baterai, atau senter besar milik satpam yang kemudian di bawa keruangan divisi keuangan yang pasti sekarang sudah gelap.
"Hah, mati lampu!" pekik Sarah yang terkejut tiba-tiba lampu di ruangan itu padam semuanya.
"Ck.. aku periksa dulu!" ujar Tano yang langsung menggunakan senter ponselnya mengecek sakelar lampu yang ada di ruangan itu.
Setelah memeriksa beberapa sakelar lampu, dan melihat ke luar jendela. Tano menyimpulkan kalau lampu di ruangan itu sengaja di padamkan. Masalahnya gedung lain di dekat perusahaan itu terang.
"Sepertinya sengaja di matikan. Aku tidak pernah lembur, apa memang jam segini lampu kantor di padamkan?" tanya Tano pada Sarah yang sering ikut lembur.
"Aku tidak tahu, aku hanya ikut lembur sampai jam 7, tidak pernah sampai separuh ini. Ponselku lowbat, bagaimana ini?" tanya Sarah yang sudah mulai kesal dan frustasi.
Tano lalu mendekati Sarah.
"Aku akan menerangi tulisan mu dengan senter di ponselku!" ujarnya lalu mengarahkan sinar cahaya dari ponselnya ke arah pekerjaan Sarah.
"Terimakasih banyak ya!" jawab Sarah lalu lekas kembali mengerjakan pekerjaan nya.
Namun cahaya yang tidak terlalu terang itu membuat mata Sarah menjadi sangat lelah. Kecepatan menulisnya sudah semakin berkurang.
"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Rano khawatir.
"Iya, aku tidak apa-apa!" jawab Sarah dengan cepat agar Tano tidak cemas.
Padahal mata Sarah benar-benar sudah sangat lelah, dan kepalanya juga sangat pusing karena cahaya minim dari ponsel Tano.
Tiba-tiba Sarah dan Tano yang serius menoleh ke arah pintu karena suara langkah kaki yang begitu cepat.
"Apa itu?" tanya Sarah yang mulai merasa takut.
"Tenang Sarah, selama ini aku belum pernah dengar cerita horor tentang kantor ini. Lagipula set4n kan tidak mungkin ada langkah kakinya, mereka terbang kan?" tanya Tano yang membuat buku kuduk Sarah malah jadi merinding.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
devaloka
yg ini lebih horor dari setan bang 🤭🤭🤭
2023-06-13
1
Etik Widarwati Dtt Wtda
ceo kejam
2023-06-12
0
Susi Sidi
Tristan gelo.. ditabok bucin.. baru nyaho loe.. 😠😠
2023-06-03
0