Sarah langsung memandang dengan tatapan penuh arti pada Tano. Sarah heran kenapa malah dia bertanya pertanyaan seperti itu, Sarah mana tahu hantu itu terbang atau berjalan.
"Iya kan?" tanya Tano lagi membuat Sarah malah jadi semakin bingung.
"Eh, mana aku tahu. Kalau di film-film itu kan tergantung judulnya apa, kalau dia suster ngesot, ya pasti dia ngesot, kalau dia Miss K. Sepertinya dia terbang!" jawab Sarah yang semakin tidak tenang.
"Maksudmu, namanya mungkin ya?" tanya Tano membenarkan meski dia malah semakin gugup mendengar penjelasan Sarah.
"Ah iya, lagi pula kenapa kita bahas ini?" tanya Sarah pada Tano.
"Suara langkah itu, aku yakin itu bukan hantu! setahuku hantu terbang!" ucap Tano lagi yang membuat Sarah garuk-garuk kepala.
"Sudahlah, paling itu hanya satpam yang berjaga. Berikan ponselmu, aku harus terangi lagi pekerjaan ini!" ucap Sarah yang ingin menyudahi perdebatan tentang hantu itu berjalan atau terbang.
Tano lalu mengangguk paham, pemikiran nya tak sampai pada satpam seperti yang Sarah pikirkan. Mungkin karena dia memang selama ini sama sekali tidak pernah ambil kerja lembur. Jadi ini pengalaman pertama nya berada di perusahaan pada malam hari.
"Biar aku saja!" sahut Tano yang kembali menerangi pekerjaan Sarah.
Langkah kaki itu makin cepat dan makin mendekat, Tano yang awalnya mencoba tenang pun akhirnya gugup juga. Dia bahkan berdiri di belakang Sarah. Membuat Sarah terkejut dan menoleh ke arah Tano karena sinar ponselnya juga beralih arah.
"Hei...!"
Pekik Richard membuat Tano terkejut sampai terjungkal ke belakang dan menjatuhkan ponselnya.
Brukk
Sarah langsung bertanya pada Tano apakah ponselnya baik-baik saja.
"Ponsel mu baik-baik saja?" tanya Sarah khawatir dia tidak dapat penerangan lagi. Karena ponselnya benar-benar sudah mati.
Tano berusaha untuk bangun dan berdiri dengan benar. Lalu meraih ponselnya. Sementara Richard mendekat ke arah mereka.
"Kenapa kamu malah tanyakan ponselku Sarah, aku juga jatuh?" tanya Tano berusaha protes pada Sarah.
Sarah hanya terkekeh kecil.
"Maaf, tapi aku butuh ponselmu!" jawab Sarah dengan cepat.
Lalu Sarah beralih pada Richard yang mendekat ke arah mereka.
"Tuan Richard ada apa? masih ada setengah satu jam lagi sebelum waktunya habis kan?" tanya sarah pada Richard.
Sarah bertanya seperti itu karena awalnya menyangka kalau Richard datang untuk mengambil hasil laporan yang Sarah buat atas perintah Tristan.
"Tara....!"
Seru Richard dengan gaya khasnya lalu memberikan senter besar yang dia pinjam dari security pada Sarah.
Sarah tak dapat menyembunyikan ekspresi wajah terkejutnya sekaligus senang melihat Richard memberikan nya senter besar.
"Tuan Richard ini... terimakasih banyak!" ucap Sarah dengan mata yang berkaca-kaca.
Dia benar-benar tidak menyangka meskipun hari ini dia bisa di bilang apes ketemu dengan Tristan. Tapi banyak yang tulus membantunya, dari mulai Bu Sisilia yang minta semua anggota divisi keuangan membantunya. Juga Tano si cuek yang bahkan mau menemaninya meski dia tidak pernah lembur selama ini. Juga kedatangan Richard yang membawakan cahaya di kala gelap untuknya.
Richard jadi merasa sangat tidak enak pada Sarah.
"Aku hanya bisa membantumu dengan ini. Semangat ya, kamu pasti bisa. Aku menunggumu di ruangan bos Tristan!" ucap Richard lalu berbalik hendak pergi dari ruangan itu.
Namun baru beberapa langkah, dia kembali berbalik sedikit.
"Jangan bilang aku yang kasih senter itu ya, bisa di gantung aku sama bos Tristan. Semangat!" ucap Richard lagi lalu meninggalkan ruangan itu.
Tano lalu menghampiri Sarah.
"Ternyata sekertaris melambai itu, ku pikir...!"
"Hush... jangan bilang begitu. Dia sangat baik kan?" tanya Sarah menyela Tano.
Tapi Tano langsung mengangguk, dia setuju dengan perkataan Sarah yang terakhir. Kalau Richard memang baik. Jika tidak, tanpa sepengetahuan bosnya mana mau dia bantu Sarah. Apa untungnya buat dia.
Tano langsung menyalakan senter itu, dan Sarah sangat terbantu dengan adanya senter besar itu. Dia semakin cepat mengerjakan laporannya tak seperti saat penerangan di ruangan itu hanya sebuah lampu ponsel.
Sementara itu, lima belas menit sebelum jarum jam menunjukkan pukul sembilan. Tristan sudah sangat senang, dia terus menyeringai karena merasa akan berhasil membuat Sarah menjadi penanggung jawab atas bubarnya divisi keuangan. Yang pada akhirnya dia juga akan mengundurkan diri. Tapi senyuman Tristan mendadak hilang, karena dia mendengar suara ketukan di pintu ruangannya.
Tok tok tok
"Boleh saya masuk pak?" tanya Sarah dari luar.
Tristan langsung melihat ke arah pintu.
'Tidak mungkin dia menyelesaikan nya kan?' tanya Tristan dalam hati.
"Masuk lah!" sahut Tristan dengan suara dingin.
Ceklek
Sarah membuka pintu dengan membawa setumpuk laporan di tangannya. Dia sedikit kesulitan karena laporan itu setebal hampir 15 cm. Cukup berat juga, namun karena Sarah biasa dengan mengangkat barang-barang berat di panti. Seperti jerigen air, galon air dan keranjang sayuran dan buah. Dia jadi terbiasa dan laporan setebal itu bisa dengan lumayan mudah dia bawa meskipun sambil membuka pintu.
Tristan cukup kesal, melihat laporan di tangan Sarah. Apalagi ketika melihat Sarah berjalan mendekat ke arah meja kerjanya dengan senyuman yang seperti berkata.
'Hanya begini saja, kamu pikir aku tidak bisa!'
Tatapan Sarah dan ekspresi wajahnya seperti mengatakan hal seperti itu pada Tristan. Membuat darah Tristan rasanya mendidih.
Brukk brukk brukk brukk
Sarah meletakkan semua laporan itu menjadi empat bagian.
"Laporan keuangan selama empat tahun terakhir!" ucap Sarah mantap.
Tristan terlihat mengeraskan rahangnya. Jujur saja dia sangat tidak senang ada yang berani bicara dengan sikap seperti itu di depannya.
"Karena pekerjaan saya sudah selesai, saya pamit tuan!" ucap Sarah masih berusaha tetap sopan pada Tristan.
Tristan hanya diam, sambil melihat laporan-laporan yang ada di atas meja. Dia juga sama sekali tidak berniat untuk memeriksa laporan sebanyak itu. Karena lama hanya melihat Tristan terdiam, Sarah pun memutuskan untuk keluar dari ruangan itu.
Setelah Sarah keluar, Tristan benar-benar terlihat kesal. Dia mengepalkan tangannya dan...
Brakkkkk
Tristan mendorong semua laporan itu dari atas mejanya hingga berserakan ke lantai. Ternyata tidak semudah itu membalas kekesalan nya pada Sarah.
'Lihat saja, aku pasti bisa membuatmu menyesal telah berurusan dengan ku!' kecam Tristan dalam hatinya melihat ke arah pintu.
Sementara itu, Sarah dan Tano sudah berada di luar perusahaan. Sarah sudah memesan taksi online. Tano memang menawarkan untuk mengantarkan Sarah pulang, namun Sarah menolak.
"Rumahmu dan rumah ku beda arah Tano, kalau kamu mengantarku, kamu bisa pulang larut malam. Sudahlah aku pulang sendiri saja, aku sudah pesan taksi online!" terang Sarah.
Tano yang sudah berada di atas motornya pun hanya bisa mengangguk paham. Dia melihat di dekat pos satpam dan masih ada beberapa orang satpam disana. Karena yakin Sarah akan baik-baik saja dia pun berkata.
"Ya sudah, kamu hati-hati ya!" ucap Tano yang langsung di balas anggukan oleh Sarah.
Setelah Tano pergi Sarah kembali melihat ponselnya. Dan ternyata ponselnya sudah mati.
"Aduh, gimana ini?" tanya Sarah bingung.
Bertepatan dengan itu sebuah minibus berhenti di depannya.
"Mbak Sarah ya?" tanya supir tersebut.
Sarah mengangguk, dan karena mengira kalau mobil itu adalah taksi online yang Sarah pesan. Sarah pun masuk ke dalam mobil itu. Ternyata dari arah belakang, seorang wanita di dalam mobilnya langsung berkata.
"Yes, dia masuk jebakan!"
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Ica Ica
yah kna jebakan hera nenek lampir
2023-07-23
2
Anonymous
aduh
2023-07-13
1
Etik Widarwati Dtt Wtda
ada ja yg ganggu kasian bsnget y ...sarah ini pasti yg ngrebut pacarnya
2023-06-12
1