"Aku sudah bilang aku hanya menyukaimu, bukan cinta. Kita hanya saling menyenangkan dan saling memenuhi kebutuhan saja, kenapa mengatakan hal yang tidak pernah ku katakan seperti itu pada Sarah?" tanya Alan kesal pada Hera sambil memakai celana dan bajunya.
Hera yang juga sudah mulai memakai pakaiannya berusaha bersiap dengan cepat. Dia tidak mau sampai Alan berhasil mengejar Sarah dan akhirnya mereka berbaikan. Karena sesungguhnya Hera sama sekali tak suka kalau sampai Sarah kembali lagi pada Alan.
Bukan karena Hera sangat mencintai Alan, atau tak ingin Alan jauh darinya. Tapi karena Hera memang tidak ingin Sarah bahagia dan mendapatkan apapun yang lebih dari apa yang dia dapatkan. Sejak kecil memang Hera sudah punya perasaan seperti itu, rasa tidak ingin kalah dari Sarah. Ketika ayah angkat Hera mengadopsi Hera, sebenarnya kandidat utamanya adalah Sarah. Namun Hera membujuk Sarah dengan menjadikan ibu panti dan semua yang ada di panti sebagai alasannya. Dia bilang pada Sarah semua tidak ada yang tega melepaskan Sarah dan berpisah dari Sarah, tidak ada yang bisa memasak dan membantu ibu panti mengurus adik-adik di panti. Hingga saat itu Sarah menolak untuk di adopsi dan akhirnya Hera yang di adopsi oleh keluarga kaya itu.
Setelah selesai berpakaian, buru-buru Alan meraih ponsel dan dompetnya lalu berjalan dengan cepat menuju pintu kamar hotel. Dia masih berharap bisa mengejar Sarah, dia ingin minta maaf. Dia benar-benar tidak ingin hubungannya yang berlangsung selama empat tahun itu berakhir seperti ini. Berakhir begitu saja, toh Sarah juga tidak terlalu pelit padanya. Jika ada yang Sarah juga berusaha memenuhi apapun permintaan dari Alan.
Namun ketika akan membuka pintu, Hera kembali menarik Alan.
"Jangan pergi, kamu kan tahu sendiri kamu yang pertama bagiku. Apa kamu tega meninggalkan aku, bagaimana kalau aku hamil?" tanya Hera.
Alan menghentikan langkah dan menarik kembali dari handel pintu. Dia segera berbalik dan memegang kedua bahu Hera dengan lumayan kuat.
"Kamu mau menjebak ku ya? kamu berbohong kalau aku yang pertama bagiku, tidak sulit menembus mu. Kamu juga bilang sudah minum pil penunda kehamilan, jangan katakan kamu menipuku, karena aku tidak akan memaafkan mu!" kesal Alan pada Hera.
"Aku tidak menipumu, kau memang yang pertama. Tidak tahu kenapa begitu mudah di tembus tapi kamu yang pertama, dan aku juga meminum pilnya setiap hari tapi itu sebulan yang lalu, setelah itu aku tak berani meminumnya lagi. Ayah dan ibu akan tahu jika aku ke apotik dan beli pil itu lagi!" kata Hera memberikan alasan.
Bagi orang yang bisa berpikir jernih, mungkin alasan dari Hera itu terdengar tidak masuk akal. Namun bagi Alan yang pikirannya sedang kacau hanya bisa mengacak-acak rambutnya karena pusing akibat ulahnya sendiri.
Tadinya dia pikir dia sudah main cantik, tidak pakai kendaraan sendiri karena akan menimbulkan kecurigaan, juga tak pernah melakukan nya di apartemen. Agar tidak meninggalkan bukti. Dan Sarah juga bilang akan kembali lusa, Alan benar-benar tidak menyangka kalau Sarah akan menemukannya dalam keadaan seperti itu dengan Hera. Hingga dia sama sekali tidak bisa menyangkal sedikit pun apa yang sudah Sarah lihat dengan mata kepalanya sendiri.
"Ck... sangat menyusahkan. Baiklah, sebaiknya kita periksa ke dokter sekarang. Jika kamu hamil maka... !" Alan menghela nafasnya panjang.
"Kamu akan menikahi ku kan?" tanya Hera penuh harap.
"Mau bagaimana lagi?" tanya Alan yang merasa sudah ditipu oleh Hera tapi dia juga tidak bisa lari dari tanggung jawab.
'Ck... aku ini masih mencintai mu Sarah, tapi semua ini juga gara-gara kamu yang tak pernah mau di sentuh. Huh... semoga Hera tidak hamil, aku tidak mau kita berpisah Sarah!' batin Alan.
Alan pun menunggu Hera selesai bersiap. Setalah itu mereka memutuskan untuk pergi ke rumah sakit untuk memeriksa apakah Hera hamil atau tidak.
***
Sementara itu, di pantai...
Ketika Sarah masih menangis mengingat semua masa lalunya dengan Alan. Tiba-tiba saja matanya bergerak ke satu arah. Dan dari arah yang Sarah lihat itu seorang anak kecil, seorang anak laki-laki kecil dengan pelampung di kedua lengannya sedang berjalan sendirian ke arah laut.
Sarah melihat ada seorang wanita duduk dipinggir pantai, tapi dia terlihat sedang bicara dengan seseorang di telepon.
Menyadari hal yang lebih mendesak itu, Sarah langsung berdiri dan berlari menuju ke arah wanita yang lebih dekat dengan anak laki-laki yang usianya mungkin sekitar empat atau lima tahun itu.
"Mbak... mbak... itu anaknya mau ke laut!" teriak Sarah.
Tapi perempuan itu malah tidak menghiraukan Sarah, karena posisinya memang membelakangi anak yang sudah berjalan ke arah laut dan air laut sudah sampai pada betis nya.
"Mbak... itu anaknya!" teriak Sarah lagi.
Tapi si perempuan itu masih tidak mendengar teriakan Sarah. Sarah yang tak mau ambil resiko karena para pengunjung juga sudah mulai banyak yang pergi dari pantai karena hari sudah semakin terik.
Sarah berlari kencang ke arah anak itu. Bahkan saat kaki Sarah sudah beradu dengan ombak, Sarah tetap berusaha untuk berlari. Pakaian nya lumayan mendukungnya berlari cepat. Sarah bahkan sudah tidak tahu dimana kedua sepatunya dia lepas tadi saat berlari.
"Dek, jangan kesana. Dek, kemarilah!" teriak Sarah berusaha memanggil anak yang malah kesenangan saat ada ombak besar datang padanya.
"Dek, ya Tuhan.. dia malah senang kena ombak!" keluh Sarah.
Benar saja, belum sampai tangan Sarah menjangkau anak itu. Ombak besar sudah membuatnya terjatuh dan terseret.
"Ya Tuhan!" pekik Sarah yang langsung menceburkan dirinya kelaut dan berenang mendekati anak itu.
Sarah berusaha keras menjangkau anak itu, sangat susah payah. Namun akhirnya perjuangan Sarah membuahkan hasil. Sarah dapat menjangkau anak itu.
"Kevin..!!" teriak seorang kakek dari bibir pantai.
Perempuan yang tadi sibuk menelpon langsung menjatuhkan ponselnya karena terkejut. Saat dia berbalik, dia syok bukan main melihat Kevin tenggelam dan sedang berusaha diselamatkan oh seorang wanita.
"Tuan muda Kevin!" lirihnya ketakutan.
Mata kakek tua itu melotot tajam pada perempuan yang sedang ketakutan itu. Saat Sarah berhasil membawa anak itu ke bibir pantai, sang kakek dan dua orang yang sepertinya adalah pengawal dari kakek itu langsung menyambut Kevin.
Sarah pun terduduk lemas di bibir pantai. Kakek itu langsung meminta para pengawalnya membawa Kevin ke rumah sakit. Tapi dia berbalik dan mengajak Sarah pergi bersamanya.
"Nak, terimakasih telah menyelamatkan cucuku. Ayo kita ke rumah sakit, biar kamu di periksa!" ujar kakek itu yang sangat ramah.
Sarah pun menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Tidak usah kek, aku tidak apa-apa. Bawa saja anak itu ke rumah sakit. Cepat kek!" kata Sarah.
"Siapa namamu, dimana rumah mu?" tanya sang kakek yang tidak mau jika tidak membalas kebaikan Sarah.
"Aku Sarah kek, aku tinggal di panti asuhan Bunda Tiara!" jawab Sarah.
Kakek itu pun mengangguk paham, tapi dia pergi dengan cepat karena mencemaskan Kevin. Cucunya.
Melihat Kevin yang di gendong pengawal dan di ikuti kakek tua yang wajahnya sangat cemas itu. Sarah sadar, hidupnya akan terlalu sia-sia jika hanya menangisi Alan terus.
'Aku tidak boleh hancur karena mas Alan, adik-adik di panti masih butuh aku!' batin Sarah menguatkan dirinya kembali.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Linda Z
good ... good 👍👍
2023-09-11
2
Linda Z
cowo beban lu Alan 👎👎
2023-09-11
2
Linda Z
dr kecil udah licik jahat nih si Hera..... dah dewasa jadi iblis jalang.
2023-09-11
2