Pada jam istirahat, Sarah dan Arumi pun berniat ingin pergi ke kafe dekat kantor karena Arumi begitu penasaran dengan apa yang terjadi pada sahabatnya itu. Kalau mereka makan siang di kantin, kemungkinan karena keadaan kantin yang akan sangat ramai saat jam istirahat seperti ini, maka Sarah tidak akan bisa bebas bercerita pada Arumi. Sedangkan Arumi sudah kepo maksimal pada apa yang sedang menimpa sahabatnya itu.
Namun baru saja mereka akan masuk ke dalam kafe. Pemandangan yang ada di salah satu sudut meja membuat Sarah menghentikan langkahnya di depan Arumi yang masih memegang handel pintu kafe.
Arumi yang melihat Sarah memandang ke arah meja di pojok kafe itu pun membelalakkan matanya dengan lebar ketika dia melihat dua insan manusia yang dia kenal sedang saling berpelukan.
Lebih tepatnya begini, Alan ada di depan meja sedang berdiri membelakanginya pintu kafe dan Hera sedang memeluknya dari belakang sambil bicara dan terus mengeratkan pelukannya pada Alan tanpa rasa malu padahal sudah banyak pada pengunjung yang menyaksikan peristiwa itu di dalam kafe.
"Hera, Alan!" lirih Arumi.
Sarah dengan mata berkaca-kaca pun berbalik dan hendak meninggalkan kafe itu. Namun Arumi menahan Sarah agar jangan dulu keluar.
"Kita pergi saja Arumi!" ucap Sarah yang air matanya sudah mulai menggenang lagi di pelupuk matanya.
Arumi yang melihat Sarah seperti itu, menahan tangis dan terlihat sangat sedih pun sudah bisa menebak apa yang menyebabkan Sarah menjadi sedih sejak pagi. Dan membuatnya mematikan ponselnya selama dua puluh empat jam tanpa mengabarinya.
Arumi menepuk bahu Sarah perlahan.
"Alan selingkuh?" tanya Arumi dengan suara pelan.
Sebenarnya Arumi bahkan tak tega bicara seperti itu. Dia tahu sahabatnya itu akan sangat merasakan sakit di dalam hatinya jika dia menanyakan hal itu. Tapi dia perlu memastikan apa yang dia duga itu benar.
Tanpa bicara, Sarah hanya menatap sendu ke arah Arumi sambil mengangguk sekali dengan pelan.
Arumi langsung tersulut amarah, kalau di film kartun maka kepala dan telinga Arumi sudah mengeluarkan asap saat ini.
"Gak bisa di biarin!" ketus Arumi yang langsung bergegas menghampiri dua orang yang sudah membuat hati Sarah sakit itu.
Arumi langsung menghampiri Alan dan Hera yang tak tahu malu karena tetap dalam posisi seperti itu meskipun mereka tahu ini tuh tempat umum. Sarah yang melihat Arumi menghampiri Alan dan Hera dengan langkah cepat, langsung mengikuti sahabatnya itu. Niat Sarah menghalangi Arumi, Sarah bahkan berusaha menangkap tangan Arumi, namun Arumi terlalu cepat melangkahnya.
"Arumi sudah, tidak usah...!"
Alan yang mendengar suara Sarah langsung berbalik dan berusaha untuk melepaskan tangan Hera yang memeluknya dengan erat.
Namun baru akan berbalik, Arumi sudah menarik tangan Hera yang mendekap Alan dari arah belakang. Dengan kasar, Arumi menghempaskan tubuh Hera yang memang sangat mudah baginya melakukan itu. Mengingat Arumi adalah pemegang sabuk hitam di karate sampai sekarang.
Brukkkk
Karena dorongan Arumi, Hera sampai terjungkal ke belakang bahkan sampai menabrak meja pengunjung lain dan menumpahkan minuman di meja itu. Dua pengunjung yang ada di meja itu yang juga adalah dua orang wanita langsung berdiri dan tampak marah.
"Hei, rusuh banget sih!" keluh pengunjung wanita berambut blonde dengan gigi di pagar.
Tanpa basa-basi dan masih dengan mengeraskan rahangnya, Arumi lantas mengepalkan tangannya sangat kuat dan...
Bughhh
Satu buah bogem mentah mendarat di wajah Alan yang tampan, tepatnya di hidung mancung Alan yang seperti tanjakan Cipali.
Alan terhuyung ke belakang, sambil memegang hidungnya yang terasa sakit hingga dia harus membungkuk, bahkan sedikit berjongkok dan terus menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri menahan rasa sakit atas pukulan Arumi.
"Dasar pria bren9sek! tahu tidak seperti apa Sarah bekerja keras untukmu hah!!" kesal Arumi memaki Alan tanpa perduli sudah banyak pengunjung kafe yang memperhatikan mereka.
Sarah langsung menarik tangan Arumi.
"Sudah Arumi, kira pergi saja!" ucap Sarah mencoba menarik Arumi yang sepertinya masih belum puas hanya mendaratkan satu pukulan saja pada Alan.
Alan yang mendengar suara Sarah berusaha untuk berdiri tegak dan mengejar Sarah yang sudah menarik Arumi menjauh darinya.
"Sarah... augh! tunggu Sarah!" seru Alan berusaha untuk mengejar Sarah namun masih sulit menahan rasa sakit di hidungnya.
Hera yang sudah berdiri dan merapikan pakaiannya akibat terjatuh tadi langsung mendekati Alan.
"Alan, hidungmu.. astaga Alan, hidungmu berdarah!" seru Hera terkejut karena hidung Alan sangat merah, memar, dan mengeluarkan darah.
Ketika Alan menyeka bawah hidungnya ternyata benar. Hidungnya berdarah, dengan cepat Alan segera meraih tissue yang ada di atas meja di dekatnya dan mengusap darah itu.
"Kita ke rumah sakit Alan, lukamu parah!" ajak Hera yang sedikit khawatir pada kondisi Alan, hanya sedikit saja tapi.
Alan yang di rangkul Hera yang ingin membantunya berjalan, malah menghempaskan tangan Hera.
"Lepaskan aku! ini semua gara-gara kamu. Aku heran, kenapa kamu bisa menyusul ku kemari. Sialll!" keluh Alan yang memilih untuk pergi ke rumah sakit sendiri.
"Alan!" panggil Hera namun di acuhkan oleh Alan yang terus berjalan keluar dari kafe.
"Mbak... mbak... belum bayar loh itu minumannya!" kata pelayan mencegah Hera untuk keluar.
Hera langsung menatap kesal pada pelayan itu, lalu mengeluarkan dua lembar uang pecahan seratus ribuan pada pelayan wanita yang wajahnya jutek itu.
"Nih!" kesal Hera lalu menyusul Alan yang sudah tidak terlihat lagi saat Hera keluar dari kafe.
Sementara Sarah yang masih coba meredakan amarah Arumi, mengajak Arumi ke sebuah jalan yang sepi di belakang kafe itu. Tidak akan ada yang menyangka kalau mereka akan pergi ke tempat itu.
"Kenapa di ajak pergi sih Sarah? aku tuh pengen bikin laki-laki gak tahu malu, gak tahu di untung, gak tahu diri, gak punya iman tuh tuh babak belur dulu!" kesal Arumi sambil mengepalkan tangannya dan meninju-ninju kearah udara kosong.
Sarah hanya diam, sambil bersandar ke tembok yang ada di belakangnya.
"Aku sempat berpikir semua yang dikatakan Alan itu adalah kebenaran yang tulus yang datang dari dasar hatinya, aku berharap dia benar-benar hanya khilaf dan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. Tapi aku salah, meskipun Alan benar-benar merasa bersalah, tapi hal seperti yang aku lihat tadi pasti akan terjadi lagi bukan? wanita yang pernah selingkuh dengannya tidak akan mungkin melepaskan nya dengan mudah bukan?" lirih Sarah yang membuat Arumi yang tadinya kesal setengah mati jadi menghela nafas sedih.
Air mata kembali menetes dari mata Sarah. Siapapun tidak akan mudah untuk melupakan hubungan yang sudah terjalin selama empat tahun. Karena rasa sakit itu pasti akan sangat dalam.
Arumi yang melihat Sarah begitu sedih langsung memeluk sahabatnya itu.
"Sarah, setidaknya kamu tahu belangnya Alan itu saat kalian belum terlalu serius. Sarah, dengarkan aku, laki-laki seperti dia jangan pernah kamu beri kesempatan lagi. Sekali pria itu selingkuh, selamanya dia tidak akan pernah berubah. Tidak ada kesempatan kedua bagi pengkhianat! jangan pula kamu tangisi laki-laki seperti itu! air matamu terlalu berharga!" ucap Arumi panjang lebar sambil sesekali mengusap punggung sahabatnya yang masih terisak.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
S
arumi yang cerdas,smoga saja sarah tidak buta cintanya
2024-03-07
1
Linda Z
Arumi 👍
2023-09-11
2
Sahira Sahira
telat bacanya ,telat juga koment y,
but .. i like story' y,keren😍
2023-07-13
1