Eps 16

   Di halaman rumah dimana tempat beni bernaung yang teras rumahnya telah tumbuh rumput hijau dan arsitektur garasi kecil yang berada disamping rumah membuat suasana tampak sunyi. Kecuali sepasang remaja yang sedang ngobrol dengan mimik wajah penuh keseriusan. 

"Sinta, sepertinya kita memang harus menghibur beni sekarang" seru Ahmad kepada Sinta yang kebetulan ada dihadapannya 

"Aku juga berpikir demikian"

"Yah.. Soalnya aku tahu persis bagaimana karakteristik beni, jadi aku yakin pasti setelah mengalami kejadian ini, metalnya akan terguncang" 

"Hah" Sinta tampak terkejut dengan mengerutkan kening yang terpasang ekspresi kecewa dan sedih yang telah bersarang di pikirannya. "Aku malas mengakuinya tapi kita bisa melihat kejadian tadi, yaitu ketika beni menghabisi zombie dengan brutal" timpal Ahmad

"Lalu, kita harus bagaimana?" tampak sekali diwajah Sinta jikalu dia sedang gusar terhadap hati kecil 

"Jangan terlalu dibebani ke pikiranmu, biarkan aku saja yang menghibur karena aku sahabatnya" 

"Terimakasih" 

"Terimakasih, untuk apa?" bingung Ahmad 

"Ah.. Nggak, buat apa-apa kok, hanya ingin bilang makasih aja" 

"Hmm.. Mencurigakan"

"Maksudmu?" tanya Sinta dengan bingung sambil menundukkan kepala seperti sedang menyembunyikan rasa malu 

"Jangan-jangan kamu suka dengan dia ya?" 

"Aha.. Dia siapa, kamu jangan asal bunyi kalau aku suka dengan beni yah!!" ceplos Sinta dengan gagap sambil menaikan volume suara 

"Eh.. Siapa yang bilang kalau kamu suka sama beni?" 

Sindiran Ahmad membuat Sinta langsung berpaling dan memasang wajah merona yang berusaha untuk ditutupi dengan kedua telapak tangannya, karena hal yang baru saja di katakan oleh Ahmad bukan sekedar hal biasa baginya. 

"Oh.. Iya, bagimana perasaanmu, ketika melihat semua ini?!" bunyi Ahmad untuk memecah suasana canggung diantaranya

"Entahlah, aku pun juga bingung harus bagaimana untuk menafsirkan semua kejadian ini" jawab Sinta yang belum memalingkan pandangan yang terus membelakangi Ahmad 

"Seandainya kita terpaksa untuk berpisah atau ada salah satu dari kita yang tewas, apakah kamu bisa menerima itu semua?" 

"Jika diantara kita harus berpisah mungkin aku akan mengikuti beni, karena sembari awal aku telah berjanji untuk terus bersamanya, tetapi jika salah satu dari kita ada yang tewas maka aku yang mengharapkan hal tersebut, karena aku sudah lelah melihat semuanya"

Ahmad dengan heran mendengar semua curahkan isi hati dari temannya sehingga tanpa sadar beni telah keluar dari rumah dengan tatapan kosong, mungkin jika dilihat maka beni akan terlihat seperti sebuah boneka 

"Ben" panggil Sinta dengan lirih kemudian disusul oleh Ahmad yang berjalan mendekati temannya, yang sudah berdiri diteras rumah. "Ben, kamu gak apa-apa?" tanya Ahmad dengan berdiri di depan temannya 

"Aku gak apa-apa, mari kita lanjutkan perjalanan ke tempatmu" ajak Beni dengan lirih yang mukanya sangat muram

"Mungkin kita masih ada waktu untuk menguburkan nenek mu" 

"Kamu yakin?"

"Iyah, selagi ada alat-alatnya" ucap Ahmad dimana beni mulai mengangguk dan segera berjalan ke dalam rumah untuk mengambil cangkul dan skop sebagai media menggali 

Sehingga hari itu mereka mulai membagi tugas yang dimana Ahmad menggali lubang di samping rumah dengan media yang ada, sedangkan Beni dan Sinta mengurus jasad mayat dengan dibungkus alakadarnya karena yang paling penting adalah layaknya dalam mengubur seseorang 

Di sebuah kamar, Beni dan Sinta masih disibukkan dengan membungkus mayat dengan kain sambil berbincang-bincang dengan singkat. "Apa kamu sedih, ben?" tanya Sinta dengan memandang beni yang sibuk mengerjakan bagiannya

"Tentu saja, karena selama ini aku selalu hidup dengannya!!" 

"Memangnya dimana perginya orang tua mu?" tanya Sinta yang masih setia menatap beni 

"Sebelumnya mereka ada kerjaan di luar negeri tapi setelah beberapa saat pergi mereka tiada kabar sama sekali, bahkan paman selalu membungkam rapat mulutnya, seperti ada hal yang disembunyikan olehnya, selama itu aku tinggal dengan nenek dan paman, walaupun aku dulunya hanyalah anak adopsi yang tidak tahu asal-usul dari mana aku berasal"

Sinta yang selalu menyimak dari setiap tutur kata beni mulai paham dan mengerti kenapa segitunya beni terhadap neneknya, sampai-sampai rasa cintanya menggantikan dengan sebutir air mata. 

"Aku tidak bisa berkata banyak, tapi ada hal yang perlu aku sampaikan kepada mu" 

"Apa itu?" ucap beni dengan penasaran 

"Jangan menyerah, apapun yang akan terjadi nantinya, aku mohon agar kamu tidak pernah menyerah terhadap hidup mu" 

"Haha.. Semua tergantung dengan diriku" 

"Kenapa?" 

"Tidak ada kok, lupakan saja" beni mengelak dari pertanyaan Sinta karena ia tahu jika didalam hatinya terdapat dua unser yang saling bertolak belakang 

"Baiklah" 

Seusai mereka mempersiapkan semua, akhirnya mereka mengubur sang nenek dengan sedemikian rupa walaupun tidak wah, tapi setidaknya layak untuk disebut manusia pada umumnya

Ada penyebab dari meninggalnya nenek beni itu masih misteri karena tidak ada benda tajam ataupun luka sedikit pun di tubuh, karena ketika ditemukan jasadnya sudah kaku dan mukannya sangat pucat, ada kemungkinan jika korban meninggal akibat meminum racun yang bukan diakibatkan oleh lambung kosong 

Setelah semuanya beres akhirnya beni dan seluruh temannya yaitu Sinta dan Ahmad duduk diruang tamu sambil memperhatikan jam yang sudah menunjukkan pukul 6 sore yang kira-kira hari sudah semakin sore

"Sepertinya memang tidak akan bisa melanjutkan perjalanan kita" sebut Beni dengan wajah kecewa sambil memperhatikan keluar dari balik jendela. "Sudahlah masih ada hari esok, sekarang lebih baik kita istirahat secukupnya untuk melanjutkan perjalanan dipagi hari" sambung Ahmad dengan wajah santai 

"Hmm.. Okelah" balas beni kemudian berbalik dan menuju dapur. "Ingin kemana kamu?" tanya Sinta dengan heran melihat beni berjalan kebelakang

"Tentu saja membuat makanan, gak mungkin kan jika kita makan, makanan instan" 

"Aku bantu" tawar sinta. "Boleh" jawab beni kemudian melanjutkan langkahnya dengan diikuti oleh Sinta yang beranjak dari duduk dan mengikuti beni ke dapur 

Sedangkan Ahmad lebih baik memejamkan mata sambil menunggu diruang tamu dengan keadaan duduk disofa. 

Sementara itu di lain tempat. terlihat Bagus dan Manda terus dikejar oleh zombie yang posisinya berada disebuah gang kecil yang terdapat di sela perumahan karena beberapa saat yang lalu mereka melakukan kunjungan ke rumah Manda setelah kepergian beni dan yang lainnya 

"Manda, kumohon tenangkan dirimu" bujuk Bagus dengan lirih sambil memperhatikan Manda mulai terlelap dengan tangisan yang disembunyikan dari balik lutut yang di tekuk 

"Hiks.. Hiks.. Aku harus apa sekarang, Bagus" jawab Manda dengan isak tangis 

Sedangkan bagus tidak merespon karena masih bingung harus berkata apalagi, karena semakin kesini, hatinya semakin sakit dan tak mampu berbuat apapun. 

"Apa perlu kita cari dia?" 

Mendengar ucapan dari Bagus akhirnya Manda tersadar bahwa dirinya terlalu egois, sampai tidak memperdulikan orang disekelilingnya. Hingga detik itu kini Manda mulai berubah dengan membangun prinsipnya sendiri sebagai seorang gadis SMA ataupun veteran 

"Tidak perlu" cetus Manda kemudian menghentikan tangisannya 

"Heh,. Kenapa?" 

"Karena aku tidak boleh seperti ini terus, jika bertemu mungkin itu adalah takdir tuhan, dan aku tidak akan bisa melawannya" 

"Aku sangat senang kalau kamu sudah baikan, bukan deng, tetapi memang kamu harus mengikhlaskannya, karena keadaan kita yang sekarang sudah tidak bisa lagi untuk menuntut"

 

Mendengar nasehat dari Bagus membuat hati Manda terbuka hingga tanpa sadar dirinya mulai tertawa tipis walaupun didalam hati masih menyimpan seluruh rasa penyesalan dan kesedihan yang mendalam

"Haha.. Lalu kita harus apa?" tanya Manda yang berdiri dipinggir jalan tepatnya disamping sekolah. "Entahlah  karena beni dan yang lainnya sudah pergi duluan, jadi kita harus menentukan jalan seterusnya sendiri"

"Bagaimana kalau kita susul saja mereka?" usul Manda 

"Tidak perlu, karena aku sudah menitip pesan untuk yang lainnya jika kita akan bertemu ditempat itu dan lagian kita tidak tahu kemana arah mereka pergi"

"Benar juga, kalau begitu akan kemana kita?" bingung Manda sambil memperhatikan temannya yang sudah terkapar dengan keadaan tewas setelah beberapa saat terinfeksi oleh Virus luar angkasa  

"Lebih baik, kita ke rumahmu dulu dan pastikan jika tidak ada seseorang yang sedang membutuhkan pertolongan disana" 

"Kamu yakin?" tanya Manda sekali lagi karena merasa tak enak selalu merepotkan Bagus. "Tidak apa-apa, sekalian saja aku juga ingin mampir kerumah ku" seru Bagus kemudian mereka mulai berjalan melalui rute yang bertolak belakang dengan Beni dan yang lainnya 

Dengan penuh kekuatan mereka berjalan melewati segerombolan zombie yang menanti, tetapi tiada seorang pun yang ada dirumah Manda sehingga terpaksa mereka melanjutkan perjalan menuju rumah Bagus walaupun jarak tidak jauh tetapi jalan yang diambil olehnya sangat rawan karena banyak zombie telah hadir menunggu 

Hingga sampai dimana mereka dikejar dan masuk kedalam sebuah gang perumahan kecil yang notabene hampir sampai dirumah Bagus, karena memang rumah

Bagus berada dipinggir kota yang letaknya berada di perumahan alakadarnya

Tak.. Tak.. Tak… 

Sebuah suara langkah kaki dengan deru nafas sangat cepat, memperlihatkan sepasang remaja berlari dengan sekuat tenaga dimana Bagus berlari paling depan dengan menggandeng tangan manda yang dimana mereka membawa beban sebuah ransel penuh persediaan sehingga menguras banyak energi 

"Ha.. Hah.. Aku tidak kuat lagi, Gus" keluh Manda dengan lari mengiringi langkah temannya, sambil melihat kebelakang dan disaat itu dirinya ketakutan karena sudah banyak zombie yang berlari mengejarnya dengan sangat cepat

"Kumohon jangan menyerah" seru Bagus yang langkah kakinya terus terpacu dengan sangat kuat 

Ketika suasana sangat mencekam akhirnya mereka sampai di ujung gang dengan sebuah jalan perumahan yang terdapat rumah warga berjejer rapi diseberang jalan, karena sudah tak mampu berlari Bagus segera menarik dengan sekuat tenaga kedepan sehingga Manda yang ditarik tidak dapat menyeimbangkan pondasi tubuh sampai pada akhir dia tersungkur kejalan dengan mendapati luka di lutut 

Bugh.. 

"Awh.. Sakit" Manda meringis kesakitan karena jatuh akibat tarikan Bagus tiba-tiba sangat kuat seperti sengaja membuatnya terjatuh. "Larilah" ujar Bagus dengan datar kemudian mengambil sebatang balok kayu dipinggir jalan kemudian menatap gerombolan zombie dengan tatapan intens yang pada waktu itu masih berusaha untuk mengejar dirinya. 

"Apa maksudmu?" tanya Manda dengan bingung tetapi ketika dia berusaha untuk berdiri, tanpa sadar Manda langsung terkejut karena Bagus memberikan isyarat jika dia ingin menghajar monster yang sudah membuat dia dan Bagus kesusahan 

"Kumohon jangan nekat" ucap Manda dengan meringis karena luka di lututnya mengeluarkan darah dan karena hal tersebut Manda tahu kenapa zombie yang mengejar semakin agresif 

"Mungkin di daerah ini masih terdapat banyak zombie, jadi sebaiknya darah di lututmu di tutup dengan kain supaya tidak mengundang zombie lainnya"

"Aaaw… " Manda langsung menyentuh lukanya yang terus mengeluarkan darah kemudian membuka rensel yang mengambil sebotol air mineral sebagai pencuci luka yang kemudian menutupinya dengan sehelai robekan baju yang dia robek dari kaus sekolah, karena beruntung dia menggunakan baju dua rangkap jadi tidak bermasalah untuk nantinya walaupun rasa nyeri masih ada

Bagus yang melihat Manda masih sibuk mengobati lukanya dengan sekuat tenaga menyerang zombie dengan brutal, seakan-akan memberi kesempatan untuk Manda agar bisa mengobati luka dan beristirahat sejenak, setelah melewati mimpi buruk yang panjang

Bugh.. Bugh.. Bugh.. 

Disela perlawanan Bagus terhadap zombie tanpa sadar dirinya mulai merenungkan diri sejenak, yaitu tentang 'Kenapa dia berjuang sekeras itu untuk seorang wanita?'.

Jawabannya karena suka, akan tetapi itu masih tidak logis bagi Bagus yang rela mengorbankan segenap raga dan nyawa untuk seorang gadis. Namun itu bukanlah sebuah rekayasa semata dimana Bagus cinta buta melainkan karena kejadian 2 tahun yang lalu ketika Bagus dalam masa keterpurukannya 

                 *Hari Pertama Sekolah Di Sma*

"Gus.. Kita beneran gak masalah kalau merokok disini?" tanya seseorang remaja yang dicatat sebagai teman Bagus dari Smp ketika sedang menjelangnya agenda MPLS siswa angkatan baru, karena dihari itu Bagus tidak mengikuti kegiatan sekolah karena merasa hal tersebut tidak perlu apalagi selagi dia punya teman itu tidak masalah jika harus mengorbankan masa depannya. 

"Biarin ajalah, lagian males banget aku ikut yang begituan, buang-buang tenaga aja" keluh kesah Bagus di kelas 1 SMA sambil menghisap rokok sebatang

Pada waktu itu mereka berada dibelakang sekolah dengan sekumpulan anak-anak pelanggar aturan yang jumlahnya 4 orang tentu semua adalah angkatan yang sama jadinya merasa kalau mereka sudah aman padahal tidak karena disaat menikmati sensasi menghisap asap rokok tanpa sadar dirinya di foto oleh seorang gadis berambut panjang dengan seragam yang serupa namun lebih mengejutkan adalah name tag yang melingkar di leher

Creet.. (Suara foto dari handphone) 

"Heh?" Bagus yang bingung sambil melongo kaget ketika melihat wanita sepantaran yang ciri-ciri berambut panjang dan berkulit putih sambil menggunakan penjepit rambut di sebelah kiri yang membuatnya terlihat seperti seperti bunga sekolah

"Akan aku laporan perbuatan kalian semua kepada anggota Osis" kecam gadis tersebut kemudian berlari meninggal tepat dimana dirinya mengambil foto

"Anji*g!!" umpat Bagus yang langsung berlari mengejar gadis tersebut dengan perasaan penuh emosi

Karena gadis tersebut membawa beban yaitu ransel sedangkan Bagus tidak apalagi ditambah kalau Bagus sangat mahir dalam bidang olahraga, jadinya tidak sulit  jika dia menangkap Manda yang larinya jauh lebih lambat darinya

"Kena kau" bunyi Bagus dengan mencengkram kuat pergelangan tangan Manda sampai gadis tersebut meringis sakit. "Aaww.. Sakit" ringisnya yang berusaha untuk melepas cengkraman tersebut tapi hasilnya nihil sehingga ia hanya pasrah dengan keadaannya saat itu karena pada waktu itu mereka sama-sama belum saling berkenalan, ditambah kesan pertama mereka bertemu sangat tidak mengenakan

"Beraninya kamu mengambil foto ku, dasar wanita ******" umpat Bagus dengan emosi yang masih mengebu-ngebu seperti bara api yang semakin panas dan besar. 

BERSAMBUNG… 

Terpopuler

Comments

Andi Zafran

Andi Zafran

top cer

2023-02-18

1

lihat semua
Episodes
1 Eps 01
2 Eps 02
3 Eps 03
4 Eps 04
5 Eps 05
6 Eps 06
7 Eps 07
8 Eps 08
9 Eps 09
10 Eps 10
11 Eps 11
12 Eps 12
13 Eps 13
14 Eps 14
15 Eps 15
16 Eps 16
17 Eps 17
18 Eps 18
19 Eps 19
20 Eps 20
21 Eps 21
22 Curhat I
23 Eps 22
24 Eps 23
25 Eps 24
26 Eps 25
27 Eps 26 (Part²)
28 Eps 27 (Part²)
29 Eps 28 (Part²)
30 Eps 29 (Part²)
31 Eps 30 (Part²)
32 Eps 31 (Part²)
33 Eps 32 (Part²)
34 Eps 33 (Part²)
35 Eps 34 (Part²)
36 Eps 35 (Part²)
37 Eps 36 (Part²)
38 Eps 37 (Part²)
39 Eps 38 (Part²)
40 Eps 39 (Part²)
41 Eps 40 (Part²)
42 Eps 41 (Part²)
43 Eps 42 (Part²)
44 Eps 43 (Part²)
45 Eps 44 (Part²)
46 Eps 45 (Part²)
47 Eps 46 (Part²)
48 Eps 47 (Part²)
49 Eps 48 (Part²)
50 Eps 49 (Part²)
51 Eps 50 (Part²)
52 Eps 51 (Part³)
53 Eps 52 (Part³)
54 Eps 53 (Part³)
55 Eps 54 (Part³)
56 Eps 55 (Part³)
57 Eps 56 (Part³)
58 Eps 57 (Part³)
59 Eps 58 (Part³)
60 Eps 59 (Part³)
61 Eps 60 (Part³)
62 Eps 61 (Part³)
63 Eps 62 (Part³)
64 Eps 63 (Part³)
65 Eps 64 (Part³)
66 Eps 65 (Part³)
67 Eps 66 (Part³)
68 Eps 67 (Part³)
69 Eps 68 (Part³)
70 Eps 69 (Part³)
71 Eps 70 (Part³)
72 Eps 71 (Part³)
73 Eps 72 (Part³)
74 Eps 73 (Part³)
75 Eps 74 (Part³)
76 Eps 75 (Part³)
77 Eps 76 (Part³)
78 Eps 77 (Part⁴)
79 Eps 78 (Part⁴)
80 Eps 79 (Part⁴)
81 Eps 80 (Part⁴)
82 Eps 81 (Part⁴)
83 Eps 82 (Part⁴)
84 Eps 83 (Part⁴)
85 Eps 84 (Part⁴)
86 Last Chapter
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Eps 01
2
Eps 02
3
Eps 03
4
Eps 04
5
Eps 05
6
Eps 06
7
Eps 07
8
Eps 08
9
Eps 09
10
Eps 10
11
Eps 11
12
Eps 12
13
Eps 13
14
Eps 14
15
Eps 15
16
Eps 16
17
Eps 17
18
Eps 18
19
Eps 19
20
Eps 20
21
Eps 21
22
Curhat I
23
Eps 22
24
Eps 23
25
Eps 24
26
Eps 25
27
Eps 26 (Part²)
28
Eps 27 (Part²)
29
Eps 28 (Part²)
30
Eps 29 (Part²)
31
Eps 30 (Part²)
32
Eps 31 (Part²)
33
Eps 32 (Part²)
34
Eps 33 (Part²)
35
Eps 34 (Part²)
36
Eps 35 (Part²)
37
Eps 36 (Part²)
38
Eps 37 (Part²)
39
Eps 38 (Part²)
40
Eps 39 (Part²)
41
Eps 40 (Part²)
42
Eps 41 (Part²)
43
Eps 42 (Part²)
44
Eps 43 (Part²)
45
Eps 44 (Part²)
46
Eps 45 (Part²)
47
Eps 46 (Part²)
48
Eps 47 (Part²)
49
Eps 48 (Part²)
50
Eps 49 (Part²)
51
Eps 50 (Part²)
52
Eps 51 (Part³)
53
Eps 52 (Part³)
54
Eps 53 (Part³)
55
Eps 54 (Part³)
56
Eps 55 (Part³)
57
Eps 56 (Part³)
58
Eps 57 (Part³)
59
Eps 58 (Part³)
60
Eps 59 (Part³)
61
Eps 60 (Part³)
62
Eps 61 (Part³)
63
Eps 62 (Part³)
64
Eps 63 (Part³)
65
Eps 64 (Part³)
66
Eps 65 (Part³)
67
Eps 66 (Part³)
68
Eps 67 (Part³)
69
Eps 68 (Part³)
70
Eps 69 (Part³)
71
Eps 70 (Part³)
72
Eps 71 (Part³)
73
Eps 72 (Part³)
74
Eps 73 (Part³)
75
Eps 74 (Part³)
76
Eps 75 (Part³)
77
Eps 76 (Part³)
78
Eps 77 (Part⁴)
79
Eps 78 (Part⁴)
80
Eps 79 (Part⁴)
81
Eps 80 (Part⁴)
82
Eps 81 (Part⁴)
83
Eps 82 (Part⁴)
84
Eps 83 (Part⁴)
85
Eps 84 (Part⁴)
86
Last Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!