Eps 15

   Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya mereka pun berhasil menemukan sebuah minimarket yang kebetulan ada di pinggir jalan raya, walaupun masih menyimpan rasa was-was akibat sejauh mata memandang mereka belum sekalipun melihat zombie yang ada di jalanan, kecuali ketika ada di kantor polisi dengan keadaan sudah tak lagi bergerak karena zombie dari awal memang sudah mati

"Syukurlah, masih ada toko yang buka disini" ucap Sinta dengan memandang bangunan toko tersebut dengan senang, walau tidak terlihat lengkap tetapi persediaan untuk makanan mungkin masih ada yang layak di konsumsi 

"Ayo,.. Kita masuk, kedalam" ajak Beni dengan senyum senang 

Kreaattt… 

Bunyi pintu yang terbuat dari alumunium yang terbuka dengan begitu pelan namun bersuara hingga dalam sekejap terdengar bergema didalam toko, apalagi waktu itu ruangan tersebut sangat gelap dan sunyi yang ada hanya meja kasir dan talang pilar yang terdapat poster promo dan beberapa rak penuh makanan dan produktif yang diperlukan rakyat sipil 

"Sepertinya tidak ada orang?" gumam beni yang berjalan masuk kedalam toko dengan langkah kaki penuh kewaspadaan dengan disusul oleh Sinta dan Ahmad 

"Apa ada orang?" sambung Beni yang memanggil dengan sedikit lantang, tapi ketika ditunggu beberapa saat tidak ada respon dari dalam terhadap suara beni, sehingga dapat dipastikan kalau toko tersebut tidak ada penghuni

"Sepertinya tempat ini sudah aman" ujar Beni dengan melangkah lebih dalam, namun seketika langkahnya terhenti karena melihat sebuah saklar disebuah dinding tembok permanen, dengan sigap beni langsung melangkah untuk menghidupkan lampu namun hasilnya nihil, karena toko tersebut sudah padam dengan yang namanya listrik 

"Sial,.. Bahkan disini listrik pun, redup" gumam beni dengan wajah jengah karena melihat situasinya

"Sudahlah, kita gunakan saja senter hp kita yang masih terisi daya, dari pada mengeluh terus" sahut Ahmad yang membuka handphone dan mengaktifkan mode senter sehingga dalam sekejap muncul cahaya yang menerangi isi ruangan 

Jika dilihat mungkin seperti pada umumnya dimana makanan snack masih terbungkus rapat dengan kemasan dan itu sudah ada di raknya masing-masing layaknya market lainnya. 

Karena mereka semua membawa sebuah ransel dipunggung masing-masing, akhirnya mereka mulai mengisinya sepuas hati tanpa memikirkan biaya pembelian makanan. "Apa tidak apa-apa, jika kita mengambil makanan ini semua?" tanya sinta yang berada didekat beni sambil memegangi Hp

"Memangnya kenapa?"

"Aku takut kalau makanan ini sudah terkontaminasi dengan radiasi" 

"Tidak perlu khawatir, karena seluruh makanan disini telah dikemas dengan rapat kemungkinan sangat minim kalau ada bakteri memasuki makanan ini, dan lagi radiasi dari kota juga tidak sampai disini, kok" jelas beni dengan detail 

"Begitu yah" 

"Baiklah, sudah saatnya untuk kita pergi dari sini, tapi sebelum pergi isi perut kalian sebanyak-banyaknya, supaya tidak kelaparan" titah beni kemudian pergi meninggalkan Sinta ditempat 

Dalam waktu singkat dalam mengumpulkan makanan tiba saatnya dimana mereka berkumpul di pojok ruangan dengan makanan dihadapan seperti halnya roti, makanan ringan, hingga drink beranekaragam seperti ingin berpesta, dengan senter Hp sebagai penerang 

"Mungkin setelah ini kita akan menghadapi bahaya lainnya, tapi sebelum itu makan terlebih dulu disini" ajak beni dengan membuka bungkus roti lebih dulu dan melahapnya sendiri yang disusul oleh ahmad dan sinta sampai siang itu mereka makan untuk mengisi stamina

"Bagaimana dengan Bagus?" tanya Ahmad untuk membuka pembicaraan

"Entahlah, sepertinya dia ingin terus bersama Manda deh" sambung sinta 

"Kalau begitu, Bagus suka dong sama dia?" 

"Bisa jadi, tapi kita gak bisa asal bunyi tanpa bukti" jawab Sinta

"Dunia kaya gini aja, masih sibuk pacaran" 

"Sudahlah, gak baik ngomongin orang lain" potong Sinta. Dimana percakapan mereka didengar oleh Beni yang sembari tadi melahap roti ditangan 

"Setelah ini kita akan pergi kemana, ben?" tanya Ahmad kepada temannya 

"Nggak tahu, lagian kita belum tahu tujuan masing-masing" 

"Sebaiknya tidak usah melihat orang tua ku, kita skip saja mereka" usul Sinta 

"Heh, kenapa?" 

"Ibu dan ayahku, waktu belum kejadian mereka ingin pergi ketempat pamanku yang tinggal di kota, jadi kemungkinan mereka selamat tidak ada" timpal Sinta dengan wajah sedih

"Yasudah, mungkin memang harus ketempat Ahmad lebih dulu deh" 

"Aku tinggal di area 12, berarti tidak jauh dari sini, kalau kamu ben?" jawab sekaligus pertanyaan dari Ahmad 

"Aku tinggal di area 11 berarti kita berada di komplek yang beda" balas Beni 

"Kalau gitu kita semua ketempat mu dulu" 

"Baiklah kalau gitu, setelah ini kita akan melewati jalan tikus, yang berada dipinggir jalan sebelum perempatan jalan umum" 

"Sepertinya kita akan melewati jalan besar ini lebih lama lagi deh" sambung Ahmad dengan senyum kecut 

"Yah, seperti itulah" 

Usut demi usut jam berganti dimana hati menunjukkan pukul 12 siang dan matahari terik mulai menyinari seluruh jagat raya, khususnya kota Indonesia yang ada Beni, Ahmad dan Sinta berjalan di jalan besar yang tak berpenghuni sama sekali, jadinya mereka bisa melewati tanpa perlu mengeluarkan tenaga

"Sebenarnya sayang banget kalau makanan sebanyak itu ditinggal, mungkin sebentar lagi semuanya bakal kadarluarsa" keluh Ahmad sambil berjalan bersama yang lainnya 

"Yah.. Mau gimana lagi, memangnya kamu mau makan semuanya sekaligus, atau bawa semua pakai mobil truk" celoteh Beni dengan kesal karena temannya Akhir-akhir ini banyak sekali mengeluh ketimbang bersyukur 

"Hehe.. " bunyi Ahmad yang cengengesan.

"Sebentar lagi kita bakal sampai di perempatan gang, jadi semua harap hati-hati" ujar Sinta dengan serius 

"Gak usah terlalu serius juga kali, lagian kita bisa kok kalahin semua zombie dengan tangan kosong" ucap Ahmad yang asal bunyi 

"Jangan anggap remeh mereka" sambung Beni dengan datar 

"Iyah-iyah, bercanda doang, nggak usah terlalu serius juga lah" 

Beni hanya bisa menghembuskan nafas panjang sambil memegangi perut yang terselip sebuah senjata api yang baru pertama kali dirinya lihat 

Ketika dalam perjalanan mereka mulai menghentikan langkah karena saat itu seluruh orang di sana terkejut dengan apa yang telah mereka lihat, dimana bangunan dan perumahan maupun kendaraan sudah berantakan seperti kapal sehabis perang, apalagi bangunan di sana sudah hancur lebur seperti terjadi sebuah goncangan khususnya jalan raya

"Jangan bilang ini semua dampak dari asteroid tersebut?" gumam Ahmad 

"Yah.. Dimana terjadi gempa berskala menengah dimana disebabkan oleh lempengan bumi yang bergeser setelah mengalami hantaman keras dari permukaan, atau istilahnya gempa tektonik" jelas Beni 

"Aku tidak menyangka jika dampaknya akan separah ini" ujar Sinta yang berdiri diantara mereka berdua

"Berarti kalau seperti ini, jalur menuju perempatan sudah tertutup, tinggal kita melewati jalan tikus sebelah situ" tunjuk Beni dimana ada sebuah gang kecil yang berada diantara perumahan 

"Lagian juga gak ada pilihan lain" sambung Beni sambil berjalan mendahului teman-temannya 

Didalam gang sempit mereka terus berjalan, karena tidak seperti disamping sekolah karena gang yang diinjak oleh Beni adalah jalan tikus sedangkan disamping sekolah merupakan jalan sumber alternatif 

"Kenapa aku merasa tak enak yah" gumam Beni yang berjalan lebih dulu setelah itu Sinta dan Ahmad

"Jangan bicara seperti itu, kalau kamu ngomong kaya gitu nanti aku malah kepikiran" balas Sinta dengan posisi dibelakang Beni 

"Haha.. Sorry" bunyi Beni yang disertai tawa kecil sambil meneruskan langkahnya  

Waktu terus berlalu sampai dimana mereka berada di ujung gang dan menembus jalan yang merupakan rute berbeda dari sebelumnya namun sebelum keluar, beni menyelidiki sesuatu dari balik tembok dengan mengintip ke kanan dan kiri supaya tidak berpapasan dengan zombie. 

Dan dalam menyelidiki beni hanya menemukan zombie beberapa yang berada di samping kanan dengan letak cukup berjarak. "Sepertinya aman, jadi setelah keluar kita akan berjalan ke arah kiri, dan ingat kalian tetap berada dibelakang ku!!" titah beni kepada dua teman hingga keduanya hanya menganggukkan kepala 

 

Dan mereka pun mulai berjalan dengan sangat hati-hati tanpa menimbulkan kegaduhan yang berjalan di trotoar. 

"Jika di ukur jaraknya lumayan jauh" batin beni dengan mengeluarkan keluh kesah

Karena posisi berada dan rumah tempat dia bernaung sangat berjarak, tapi beruntungnya beni tidak membawa motor ke sekolah pada hari itu, karena percuma saja membawa kendaraan pribadi jika tidak bisa membawanya keluar dari area sekolah, yang korbannya adalah Sinta dan Ahmad dimana motor mereka masih terjebak disekolah 

Perjalanan mereka terus berlanjut tanpa ada masalah yang menghampiri sampai tidak terasa mereka hampir sampai di area komplek tempat beni tinggal, walaupun sebentar lagi sampai namun terasa kaki untuk menginjak perkarangan rumah sangatlah berat dalam hati karena apapun hasil yang diterimanya nanti dia harus kuat 

Disebuah komplek perumahan dimana tempat beni tinggal, mungkin hanya beberapa meter hingga sampai rumah, tampak begitu sangat sunyi karena semua hilang seperti di telah bumi, kesunyian tanpa ada yang menjarah namun tiba-tiba terdengar suara zombie yang berlari mendekati mereka dari salah satu rumah 

Aaaagggrrkkhhh…. 

Raungnya dengan berlari mendekati beni. Tentu saja Ahmad dan Sinta dengan serentak terkejut bukan main apalagi zombie tersebut berlari dengan cukup cepat, walau jumlahnya hanya seorang tetapi monster tersebut memiliki kekebalan jadinya susah untuk ditaklukkan dalam waktu singkat. Tapi semua salah karena dalam satu tinjuan zombie tersebut langsung terpental kebelakang 

Bugh.. 

 Tinju beni dengan sekali serangan yang mengincar arah kening karena sangat beresiko jika ia mengincar gigi. "Aaagggrrkkhh.." zombie itu semakin meraung dengan ganas kemudian bangkit berdiri dan melompat kearah beni 

Tapi hasilnya tak berhasil karena sebelum menabrak mangsa, beni telah lebih dulu melancarkan tendangan tepat di arah rahang samping dalam satu serangan tidak hanya memberi jarak tapi juga menghancurkan tulang rahang yang bisa merobek mangsanya 

"Cih.. Merepotkan" gumam beni dengan menatap zombie bangkit lagi dengan kedua kaki dan tangannya yang kelihatannya semakin agresif 

"Pakai ini ben!" potong Ahmad dengan menodongkan sebuah palu sebagai senjata karena dalam menghabisi lawan seperti monster, sangat dianjurkan memakai senjata keras ataupun tajam agar lebih efektif dan efisien dalam menggunakan tenaga 

"Tidak perlu, karena aku memiliki dendam dengan makhluk kotor ini" ucap beni dengan memandang dengan tatapan tajam dan sinis 

Ketika zombie kembali menyerang dengan kuat beni menggunakan serangan boxing yang bernama teknik JAB, hingga dalam waktu singkat zombie tersebut terjeda karena berusaha untuk mengambil keseimbangannya, akan tetapi sebelum sepenuhnya berhasil beni langsung menyerang lagi dengan kaki mengincar wajah 

Karena dia berfikir jika menggunakan celana panjang tidak akan meninggalkan sebuah luka nantinya. 

Bugkhh… 

Serangan begitu bertenaga yang dilakukan oleh beni membuat zombie tersebut terpental kebelakang dengan wajah penuh darah hitam, sampai-sampai noda tersebut mengotori celana putih milik beni yang berasal dari sekolah 

"Maafkan aku karena sudah menggunakan celana ini untuk melakukan kekerasan, seharusnya ada OSIS yang menghalangi ku" gumam beni dengan secepat mungkin melompat kearah wajah zombie dengan posisi kedua kaki mendarat lebih dulu hingga dalam waktu singkat. Boom..

Wajah zombie tersebut hancur dengan mengerikan yang tentu saja disaksikan oleh Ahmad dan Sinta sampai pada waktu tersebut Sinta muntah karena melihat ke brutalnya beni dalam menghabisi zombie, tetapi disisi lain berbeda dimana beni hanya tersenyum puas setelah melampiaskan kemarahan dan kekesalannya kepada monster yang telah merenggut segalanya 

"Kamu gak apa-apa, sin?" tanya beni yang menatap Sinta sudah terkulai lemas 

"Aku gak apa-apa kok" 

"Haha… lain kali kamu harus membiasakan diri dengan hal-hal seperti ini" ujar beni dengan tawa 

"Gila,.. Ada apa dengan beni, entah kenapa dalam semalam dia langsung berubah drastis, jika seperti ini justru malah dialah yang akan terlihat seperti monster sungguhan" batin Ahmad yang melihat beni senyum sendiri sambil memperhatikan zombie yang dibunuhnya 

"Kamu gak apa-apa ben?" tanya Ahmad

"Aku, Kenapa?" bukannya menjawab justru beni malah bersifat seolah tak terjadi apa-apa yang kemudian mengajak temannya untuk melanjutkan perjalanan. Sehingga tak selang beberapa lama akhirnya mereka sampai disebuah rumah yang dikatakan bertingkat dan terbuat dari tembok permanen 

"Disini!!" tunjuk beni yang memperhatikan rumahnya

"Kamu ada kuncinya?" tanya Sinta 

"Ada" 

"Yasudah mari masuk" ajak Ahmad tetapi tidak ada respon dari beni sehingga ia memukul pundak temannya dengan tenaga. "Ada apa?" tanya Ahmad dengan senyum heran 

"Gak ada kok, mari masuk" akhirnya mereka pun memasuki rumah tempat beni tinggal tentu dengan langkah perlahan sambil memperhatikan halaman rumah yang biasanya digunakan dika untuk latihan bela diri dan sebagainya 

Cklek.. 

Pintu utama sudah terbuka dan masuklah beni ke dalam rumah, dan tempat yang dituju adalah kamar neneknya setelah melihat ruangan tersebut alangkah terkejutnya beni ketika sudah melihat sang nenek tertidur di ranjang dengan badan telah kaku yang kondisi tubuh telah kurus kering sampai-sampai banyak lalat yang menari disekitar tubuh 

"Bangs*t.." umpat beni dengan pelan seakan-akan tidak ingin membuat neneknya mendengar kata kasar yang keluar dari mulut cucu nya 

"Ben" panggil Ahmad yang melihat wajah beni sudah bergelimang air mata, tetapi bukan itu yang terutama melainkan sudut bibir beni mengeluarkan darah karena sudah digigit sebagai pelampiasan rasa sedih yang menumpuk di hati

"Sinta, bisa keluar sebentar" bisik Ahmad ke telinga Sinta sehingga mereka pun keluar secara bersama ke halaman depan rumah. Sedangkan beni terus menangis disamping ranjang neneknya karena lagi dan lagi dirinya mulai kehilangan semuanya dimulai dari kebahagiaan hingga sumber kehangatan yang asalnya dari keluarga 

Walaupun kebahagiaan dari luar, baru saja dirasakan olehnya beberapa waktu yang lalu setelah dia memulai kehidupan sebagai siswa biasa tanpa menaruh perasaan yang inferior ataupun introvert kepada lingkungan sekolah. 

BERSAMBUNG… 

Episodes
1 Eps 01
2 Eps 02
3 Eps 03
4 Eps 04
5 Eps 05
6 Eps 06
7 Eps 07
8 Eps 08
9 Eps 09
10 Eps 10
11 Eps 11
12 Eps 12
13 Eps 13
14 Eps 14
15 Eps 15
16 Eps 16
17 Eps 17
18 Eps 18
19 Eps 19
20 Eps 20
21 Eps 21
22 Curhat I
23 Eps 22
24 Eps 23
25 Eps 24
26 Eps 25
27 Eps 26 (Part²)
28 Eps 27 (Part²)
29 Eps 28 (Part²)
30 Eps 29 (Part²)
31 Eps 30 (Part²)
32 Eps 31 (Part²)
33 Eps 32 (Part²)
34 Eps 33 (Part²)
35 Eps 34 (Part²)
36 Eps 35 (Part²)
37 Eps 36 (Part²)
38 Eps 37 (Part²)
39 Eps 38 (Part²)
40 Eps 39 (Part²)
41 Eps 40 (Part²)
42 Eps 41 (Part²)
43 Eps 42 (Part²)
44 Eps 43 (Part²)
45 Eps 44 (Part²)
46 Eps 45 (Part²)
47 Eps 46 (Part²)
48 Eps 47 (Part²)
49 Eps 48 (Part²)
50 Eps 49 (Part²)
51 Eps 50 (Part²)
52 Eps 51 (Part³)
53 Eps 52 (Part³)
54 Eps 53 (Part³)
55 Eps 54 (Part³)
56 Eps 55 (Part³)
57 Eps 56 (Part³)
58 Eps 57 (Part³)
59 Eps 58 (Part³)
60 Eps 59 (Part³)
61 Eps 60 (Part³)
62 Eps 61 (Part³)
63 Eps 62 (Part³)
64 Eps 63 (Part³)
65 Eps 64 (Part³)
66 Eps 65 (Part³)
67 Eps 66 (Part³)
68 Eps 67 (Part³)
69 Eps 68 (Part³)
70 Eps 69 (Part³)
71 Eps 70 (Part³)
72 Eps 71 (Part³)
73 Eps 72 (Part³)
74 Eps 73 (Part³)
75 Eps 74 (Part³)
76 Eps 75 (Part³)
77 Eps 76 (Part³)
78 Eps 77 (Part⁴)
79 Eps 78 (Part⁴)
80 Eps 79 (Part⁴)
81 Eps 80 (Part⁴)
82 Eps 81 (Part⁴)
83 Eps 82 (Part⁴)
84 Eps 83 (Part⁴)
85 Eps 84 (Part⁴)
86 Last Chapter
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Eps 01
2
Eps 02
3
Eps 03
4
Eps 04
5
Eps 05
6
Eps 06
7
Eps 07
8
Eps 08
9
Eps 09
10
Eps 10
11
Eps 11
12
Eps 12
13
Eps 13
14
Eps 14
15
Eps 15
16
Eps 16
17
Eps 17
18
Eps 18
19
Eps 19
20
Eps 20
21
Eps 21
22
Curhat I
23
Eps 22
24
Eps 23
25
Eps 24
26
Eps 25
27
Eps 26 (Part²)
28
Eps 27 (Part²)
29
Eps 28 (Part²)
30
Eps 29 (Part²)
31
Eps 30 (Part²)
32
Eps 31 (Part²)
33
Eps 32 (Part²)
34
Eps 33 (Part²)
35
Eps 34 (Part²)
36
Eps 35 (Part²)
37
Eps 36 (Part²)
38
Eps 37 (Part²)
39
Eps 38 (Part²)
40
Eps 39 (Part²)
41
Eps 40 (Part²)
42
Eps 41 (Part²)
43
Eps 42 (Part²)
44
Eps 43 (Part²)
45
Eps 44 (Part²)
46
Eps 45 (Part²)
47
Eps 46 (Part²)
48
Eps 47 (Part²)
49
Eps 48 (Part²)
50
Eps 49 (Part²)
51
Eps 50 (Part²)
52
Eps 51 (Part³)
53
Eps 52 (Part³)
54
Eps 53 (Part³)
55
Eps 54 (Part³)
56
Eps 55 (Part³)
57
Eps 56 (Part³)
58
Eps 57 (Part³)
59
Eps 58 (Part³)
60
Eps 59 (Part³)
61
Eps 60 (Part³)
62
Eps 61 (Part³)
63
Eps 62 (Part³)
64
Eps 63 (Part³)
65
Eps 64 (Part³)
66
Eps 65 (Part³)
67
Eps 66 (Part³)
68
Eps 67 (Part³)
69
Eps 68 (Part³)
70
Eps 69 (Part³)
71
Eps 70 (Part³)
72
Eps 71 (Part³)
73
Eps 72 (Part³)
74
Eps 73 (Part³)
75
Eps 74 (Part³)
76
Eps 75 (Part³)
77
Eps 76 (Part³)
78
Eps 77 (Part⁴)
79
Eps 78 (Part⁴)
80
Eps 79 (Part⁴)
81
Eps 80 (Part⁴)
82
Eps 81 (Part⁴)
83
Eps 82 (Part⁴)
84
Eps 83 (Part⁴)
85
Eps 84 (Part⁴)
86
Last Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!