Eps 14

    Setelah pergi beberapa meter dengan tujuan yang tak menentu hingga pada akhirnya meninggalkan Bagus dan Manda di tempat sebelumnya, Beni pun sampai di jalan raya dimana sumber dari gang samping sekolah. "Apa yang terjadi disini?" gumam Sinta yang terkejut dengan pemandangan jalan raya, bahkan Ahmad dan Beni pun ikut membulatkan mata seakan tak percaya dengan apa yang telah mereka lihat

Karena kendaraan beroda sudah berhambur dijalanan, seperti telah di ombang-ambing oleh angin kencang tetapi jalanan tidak berpenghuni kecuali kendaraan transportasi yang telah bercecer, sehingga hal tersebut membuat mereka terkejut. "Kemana seluruh orang, bahkan zombie pun tidak terlihat?" batin Beni dengan berpikir secara singkat sebelum dia melanjutkan perjalanan dan memperhatikan seluruh kaca mobil 

Dimana dari dalam mobil tidak terlihat siapapun, "Apa mereka kabur setelah daerah ini diserang?" tanya Ahmad yang mencoba membuka opininya kepada teman-temannya. "Menurutku tidak, tetapi ada kemungkinan setelah daerah ini diserang banyak kendaraan yang berdesak-desakan tetapi tidak berhasil kabur, hingga jadi seperti ini" sambung Beni 

"Yah.. Soalnya jika dilihat dari jalan ini, seperti tidak ada kemacetan sama sekali?" ucap Sinta. Sepanjang perjalanan mereka berjalan dengan memasang tatapan siaga karena mereka tidak akan tahu apa yang bakal terjadi nantinya 

"Bagaimana kalau kita melihat keadaan rumah?" usul Beni kepada yang lain

"Kamu yakin?" tanya Sinta 

"Tentu saja, karena tiga hari dari sekarang cukup lama, jadi kita bisa memakai waktu yang ada untuk memastikan keluarga masing-masing" 

"Aku sih setuju, bagaimana dengan mu, mat?" Sinta memalingkan pandangan ke sampingnya dan melihat Ahmad hanya mengangguk sebagai jawabannya

"Jadi kita akan kemana terlebih dahulu?" lanjut Sinta yang menaruh rasa fokus ke Beni

"Supermarket, kemudian kantor polisi setelah itu kita pikiran ke mana langkah selanjutnya" 

"Kantor polisi?" bingung Ahmad dan Sinta dengan bersamaan karena setahu mereka mungkin di keadaan saat ini, polisi tidak akan berpengaruh lagi untuk

masyarakat

"Jangan salah paham, aku tidak ingin meminta bantuan terhadap organisasi mereka" 

"Lalu?" tampak Sinta bingung dengan maksud Beni, namun masih terus melangkahkan kaki untuk berjalan menelusuri jalan raya yang sebentar lagi akan sampai di perempatan dimana terdapat empat jalur utama menuju kota, desa, hingga migran ke kota sebelah

"Tujuan kita adalah untuk mengambil senjata sebagai persiapan jikalu keadaan kita sangat terdesak!!" 

"Jadi itu tujuanmu, untuk ke kantor polisi mungkin didepan ada satu kantor jadi mungkin kita bisa singgah disana terlebih dahulu sebelum ke supermarket" 

"Kenapa nggak di area sini saja?" potong Ahmad dengan mengeluh 

"Tidak, itu terlalu berbahaya, sebenarnya disini saja kita sudah mengambil resiko, dimana berjalan di tengah jalan raya dimana samping kanan dan kiri penuh bangunan bertingkat"

"Benar sih, aku takut jika kita menerobos masuk rumah akan membuat suara, apalagi kita tidak tahu jika didalam rumah tidak ada zombie" sambung Sinta 

"Oleh sebab itu sebaiknya kita jangan mengambil resiko melebihi dari ini" 

"Baiklah" ucap Ahmad yang pasrah terhadap keadaan sampai mereka mencapai di depan kantor polisi yang kantornya tidak besar tetapi lumayan berkualitas dengan terletak diantara dua rumah bertingkat. 

"Itu kantor yang aku maksud!!" Unjuk Sinta dengan menodongkan jari telunjuk kearah kantor polisi

"Tunggu" ucap Beni dengan lantang sehingga menghentikan langkah kaki teman-temannya 

"Apa yang sebenaranya terjadii?" tanya Ahmad yang lagi-lagi dibuat terkejut dengan apa yang dirinya lihat karena seluas jalan raya terlihat dari jarak 1 km dimana mobil petugas yang berbaris berjejer memenuhi jalan raya dan ada mobil armor milik militer yang sudah ada disana hanya saja dalam keadaan tidak ada driver

"Huek.." tanpa diduga Sinta langsung muntah ditempat karena melihat setumpukan mayat yang sudah tergeletak dijalanan dengan keadaan bau busuk yang menyengat ke indra penciuman 

"Apakah terjadi peperangan disini?" tanya Ahmad kepada Beni yang ada disampingnya. "Mungkin seperti itu, oleh sebab itu juga sepanjang perjalanan kita tidak melihat satu batang hidung pun dari zombie" sambung Beni dengan perasaan gusar

Karena sejauh mata memandang mereka hanya melihat mayat dari masyarakat sini, yang sudah terkapar dengan keadaan mengenaskan. "Aku yakin kekalahan mereka bukan karena kekuatan militer, tetapi jumlah zombie yang datang dari dua mata pedang" antara lain serang dari dua sisi, akan tetapi jumlah yang tiada habis ikut menjadi penentu kemenangan 

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Ahmad melihat kondisi Sinta sedikit memprihatinkan. "Kita harus tetap kesana?" ucap Beni dengan sorot mata tajam sambil memberikan palu yang sembari tadi dia bawa setelah melewati kejadian sumpahnya 

"Apa maksudnya?" 

"Kamu pegang palu ini dan tetap berada dibelakang ku, biarkan aku berjalan lebih dulu dari kalian, terutama kamu mat, aku tugaskan untuk melindungi barisan belakang, biarkan Sinta diantara kita" 

Mendengar intruksi dari temannya, Ahmad pun hanya bisa mengangguk sebagai tanda setuju. Sehingga mereka mulai berjalan, tetapi sebelum itu Beni merobek kaosnya dan menyerahkan kepada Sinta walau hanya sehelai. "Untuk apa?" tanya Sinta sambil terus menyeka mulut sehabis muntah 

"Tutup hidung dan mulutmu, utamakan jangan sampai ada bau menyengat masuk lewat hidungmu, karena wanita cukup sensitif dengan bau" titah Beni hingga Sinta hanya menurut, karena dari awal dia sudah setuju untuk mengikuti semua apa arahan dari temannya 

Sampai beberapa saat akhirnya mereka mulai berjalan melalui jejeran mayat dijalan dengan hati-hati, utamakan jangan menginjak ataupun membuat suara, awalnya Sinta ingin muntah ataupun berteriak tetapi niatnya urungkan karena itu akan membahayakan dirinya dan teman-temannya 

Sehingga sesaat dia terus menahan sampai mereka melewati garis atau pembatas jalan yang menggunakan mobil aparat keamanan, melewati mobil pun penuh dengan kehati-hatian karena jangan sampai membuat suara dari geseran tubuh dan plat mobil tetapi yang membuat Beni tak masuk akal adalah dimana dia melihat halaman polisi yang terlihat dari gerbang 

Penuh dengan mayat dan diantaranya ada zombie yang masih berdiri dengan pondasi tubuh tak kokoh sehingga makhluk tersebut goyang sana-sini, tentu saja dalam jumlah sedikit ketimbang dilapangan sekolah. "Sial" umpat beni dalam hati karena sejauh ini zombie tersebut tidak menyadari kehadiran mereka dan itu tak akan terjadi selagi 

Salah satu dari mereka tidak membuat sesuatu hal yang memicu insting zombie. "Apa yang harus kita lakukan, ben" bisik Ahmad di telinga Beni dengan jarak dekat dan pelan 

"Aku juga tidak tahu" balasan Beni membuat mereka termenung sejenak sebelum dirinya menemukan sepucuk pistol yang berada dibawah aspal yang sekilas berada di antara ditumpukan mayat. "Mungkin ini milik salah satu petugas, kepolisian" batin Beni kemudian mengambil senjata tersebut dibawa kaki kemudian memeriksa peluru yang ada di magazine 

"Luck, walaupun hanya ada 5 butir peluru namun ini sudah menguntungkan untuk ku" puji Beni kepada diri sendiri, walau dia tidak memiliki pengalaman untuk menembak menggunakan senjata api, tetapi Beni sudah sering memainkan game battleground di android 

Sampai-sampai ia memperagakan hal tersebut dengan cara membidik lawan, yaitu salah satu zombie di halaman polisi dengan sepucuk pistol tetapi sesaat kemudian baju lengannya ditarik oleh Sinta yang ada disamping sehingga Beni mulai sadar jika aksinya akan membuat teman-temannya ketakutan

"Maaf" ucap Beni dengan lirih kemudian mengunci pelatuk pistol yang kemudian menyimpannya di saku celana, untuk jenis senjata yang dipegang oleh Beni adalah pistol merk (Colt M1911) 

Walaupun belum puas dengan apa yang mereka peroleh tetapi Beni harus melanjutkan perjalanan karena mau diteruskan pun, pastinya mereka tidak akan bisa menembus segerombolan zombie yang sudah menanti mangsa, malah yang ada dia dan teman-temannya malah akan mati konyol 

Akan tetapi ketika Beni melihat ke arah selanjutnya dia sangat terkejut karena tumpukan zombie yang sebelumnya dan jalur setelahnya sangat jauh berbeda dimana jumlah mayat yang tergeletak mungkin mencapai ratusan orang atau 4:10 dari sebelumnya sampai-sampai seluruh orang yang ada di sana sangat terkejut, bisa dibilang untuk hari ini sangat banyak hal yang membuat Beni terkejut 

"Bagaimana ini?" tanya Ahmad kepada temannya dia karena cukup terbelalak dengan pemandangan yang diluar ekspektasi. "Aku gak yakin, bakal menahan hasrat wanita ku ketika berada di antara mereka semua" ucap Sinta yang bermaksud kepada responsif wanita pada umumnya ketika melihat atau merasakan sesuatu diluar dugaan 

"Mohon untuk melewati batasanmu, sin" 

Beberapa saat sinta menghela nafas panjang dari balik kain baju, kemudian berkata dengan pelan. "Baiklah, aku akan berusaha lagi" ujarnya dengan sorot mata penuh keyakinan 

"Terimakasih, kalau begitu mari kita berjuang bersama-sama" 

Walaupun jika dilihat sekilas mereka hanya mayat, tetapi ada hal yang mengganjal di hati beni dimana di antara mayat tersebut bangkit dan menyerang mereka

Ketika melangkah melewati tumpukan mayat suasana sangat mencekam dimana aura ketakutan tampak menyelimuti seluruh tubuh sampai seluruh bulu kuduk berdiri tegak, karena jika mereka membuat suara atau melakukan kesalahan yang dapat memicu zombie bereaksi akan membuat mereka kesusahan nantinya 

Walaupun dari sekian banyak mayat tidak ada jaminan untuk mereka bangkit. "Kenapa makin kesini, makin membuat firasatku gak enak yah, tidak seperti sebelumnya" batin beni sambil memfokuskan langkah kaki yang melewati mayat 

Ketika mereka berjalan secara mengejutkan bangkit seorang zombie yang berada tak jauh di antara mereka, sehingga kesan ketakutan makin bertambah tapi mereka berada di situasi yang cukup beruntung karena zombie tersebut tidak menyadari keberadaan mereka yang waktu itu sudah berada di jarak sejauh beberapa langkah saja 

Sinta terus menutup rapat mulutnya menggunakan kedua tangan dengan tubuh gemetaran, karena rasa ingin teriak selalu dia pendam sehingga membuat hati nuraninya bergejolak, terutama dalam sesaat dia mulai mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu dimana zombie telah merenggut seluruh nyawa temannya

Walau meninggalkan trauma tetapi ia selalu menutupi didepan yang lain, supaya tidak terlalu membebani temannya terutama beni yang merupakan seseorang yang spesial di hubungan pertemanan. "Jikalau kami ketahuan, dan terjebak mungkin aku yang akan mengorbankan diri agar ahmad dan beni bisa selamat, karena aku juga sudah lelah dengan semua ini" batin Sinta yang secara reflek mengeluh akan keadaan 

Akan tetapi konsentrasinya buyar dimana melihat beni memalingkan pandangan ke belakang, dengan meletakkan jari telunjuk ke buah bibir sebagai isyarat agar tidak membuat suara, walaupun sederhana tetapi Sinta mulai goyah karena keinginan ingin mati telah kalah ketika melihat beni yang berusaha untuk membuatnya terus hidup 

Sebenarnya beni dan ahmad ingin sekali mengeluh terutama dalam mencium bau yang tidak sedap, yang bisa-bisa membuat trauma untuk indra penciuman, akan tetapi mereka harus berjuang agar teman kelasnya bisa selamat, karena kejadian sebelumnya telah membuat Beni dan Ahmad terpukul, tentu saja membuat mereka berjanji akan berusaha melindungi Sinta segenap raga mereka 

Apapun keadaan yang akan mereka hadapi nantinya terutama hal ini, pastinya mereka akan berusaha sampai detik terakhir. 

Sepanjang melangkah mereka hanya melewati setupuk mayat yang telah bergeletak, bahkan zombie yang awalnya terbangun didekat mereka, lambat-laun mulai tertinggal dengan langkah yang terus dijalankan oleh mereka bertiga, sampai tidak terasa mereka telah mencapai puncaknya yang sebentar lagi akan melewati lahan kematian 

Apalagi mereka terus melangkah dengan langkah penuh keberanian. "Dengan begini kita pasti bisa melewatinya" batin Beni dengan mengunggah senyum penuh kemenangan, karena beberapa langkah lagi mereka akan menginjak aspal bersih 

Tetapi sebelum itu terjadi secara mengejutkan ada seorang tubuh bangkit yang meraung dengan mengerikan, "Aggghhhhrrrkkkk…" raung tersebut dengan disertai kebangkitan tubuh yang mendadak membuat secara reflek Sinta terkejut hingga mengeluarkan suara 

"Aaahhh-.. " sebuah nada teriakan yang keluar dari Sinta secara sekilas kemudian menutup kembali mulutnya rapat-rapat membuat Beni dan Ahmad terkejut bukan main, karena walaupun sekilas zombie tersebut dapat merespon suaranya dengan sangat peka 

"Sialan" umpat Beni dengan detak jantung terpacu sangat cepat, karena melihat reaksi zombie yang mulai agresif tentu saja ditambah dengan zombie yang sudah tertinggal, walau hanya ada dua tapi tidak ada jaminan lagi jika perlawanan mereka tidak menimbulkan suara

Sesaat zombie tersebut mulai mencari sumber suara dengan mempertajam indra pendengaran. "Apa yang harus aku lakukan" batin beni yang mematung karena tidak tahu harus berbuat apa, karena setelah zombie bereaksi mereka sudah tidak berani untuk melangkahkan kaki sehingga mereka bertiga 

Hanya berdiam diri beberapa saat sampai-sampai  beni memalingkan pandangan dan melihat wajah temannya dibelakang dengan keringat dingin bercucur deras. "Kita harus melangkah, semaksimal mungkin jangan buat suara"  bisik beni kepada sinta yang kemudian disalurkan kepada ahmad sehingga seluruhnya mendapat infomasi entah itu secara perantara ataupun langsung dari sumber 

Akhirnya mereka mulai melangkah dengan langkah yang jauh lebih perlahan hingga tidak meninggalkan suara, sampai setiap langkah terasa sangat berat dan sesak, karena nyawa mereka sudah berada diujung tanduk, andai membuat kesalahan untuk kedua kalinya, kemungkinan mereka tidak akan seberuntung sebelumnya.

Akan tetapi kali ini keberuntungan berada dipihak mereka karena beberapa langkah dapat mereka lewati hingga tanpa disadari akhirnya beni dan temannya telah menginjak aspal bersih tentu dengan meninggalkan rasa takut dan khwatir yang hampir membuat mereka gila. 

"Hampir saja, mati" sebut Ahmad yang langsung menghembuskan nafas berat dengan disertai Sinta yang langsung melepas maskernya karena aroma mayat tidak setajam sebelumnya 

"Untung saja mayat ini belum lama mati, jadinya aku tidak muntah dijalan" gumam beni dengan mengusap batang hidung sebelum terkejut mendengar ucapan dari Sinta yang terdengar lirih. "Maaf, karena aku, kalian semua hampir dalam bahaya" ucap Sinta yang diselimuti rasa bersalah 

"Sudahlah, sekarang kita harus mencari konsumsi supaya tenaga kita kembali tersuplai" ujar beni kepada kedua temannya. "Oh Iyah,.. Satu lagi, mungkin nanti ada seseorang yang kita sayangi bakal mati tapi aku mohon untuk tidak menyerah dan terus melanjutkan hidup, karena untuk apa kita berjalan sampai sejauh ini" sambung beni dengan melirik kebelakang sambil memasang sorot mata tajam. 

BERSAMBUNG… 

Episodes
1 Eps 01
2 Eps 02
3 Eps 03
4 Eps 04
5 Eps 05
6 Eps 06
7 Eps 07
8 Eps 08
9 Eps 09
10 Eps 10
11 Eps 11
12 Eps 12
13 Eps 13
14 Eps 14
15 Eps 15
16 Eps 16
17 Eps 17
18 Eps 18
19 Eps 19
20 Eps 20
21 Eps 21
22 Curhat I
23 Eps 22
24 Eps 23
25 Eps 24
26 Eps 25
27 Eps 26 (Part²)
28 Eps 27 (Part²)
29 Eps 28 (Part²)
30 Eps 29 (Part²)
31 Eps 30 (Part²)
32 Eps 31 (Part²)
33 Eps 32 (Part²)
34 Eps 33 (Part²)
35 Eps 34 (Part²)
36 Eps 35 (Part²)
37 Eps 36 (Part²)
38 Eps 37 (Part²)
39 Eps 38 (Part²)
40 Eps 39 (Part²)
41 Eps 40 (Part²)
42 Eps 41 (Part²)
43 Eps 42 (Part²)
44 Eps 43 (Part²)
45 Eps 44 (Part²)
46 Eps 45 (Part²)
47 Eps 46 (Part²)
48 Eps 47 (Part²)
49 Eps 48 (Part²)
50 Eps 49 (Part²)
51 Eps 50 (Part²)
52 Eps 51 (Part³)
53 Eps 52 (Part³)
54 Eps 53 (Part³)
55 Eps 54 (Part³)
56 Eps 55 (Part³)
57 Eps 56 (Part³)
58 Eps 57 (Part³)
59 Eps 58 (Part³)
60 Eps 59 (Part³)
61 Eps 60 (Part³)
62 Eps 61 (Part³)
63 Eps 62 (Part³)
64 Eps 63 (Part³)
65 Eps 64 (Part³)
66 Eps 65 (Part³)
67 Eps 66 (Part³)
68 Eps 67 (Part³)
69 Eps 68 (Part³)
70 Eps 69 (Part³)
71 Eps 70 (Part³)
72 Eps 71 (Part³)
73 Eps 72 (Part³)
74 Eps 73 (Part³)
75 Eps 74 (Part³)
76 Eps 75 (Part³)
77 Eps 76 (Part³)
78 Eps 77 (Part⁴)
79 Eps 78 (Part⁴)
80 Eps 79 (Part⁴)
81 Eps 80 (Part⁴)
82 Eps 81 (Part⁴)
83 Eps 82 (Part⁴)
84 Eps 83 (Part⁴)
85 Eps 84 (Part⁴)
86 Last Chapter
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Eps 01
2
Eps 02
3
Eps 03
4
Eps 04
5
Eps 05
6
Eps 06
7
Eps 07
8
Eps 08
9
Eps 09
10
Eps 10
11
Eps 11
12
Eps 12
13
Eps 13
14
Eps 14
15
Eps 15
16
Eps 16
17
Eps 17
18
Eps 18
19
Eps 19
20
Eps 20
21
Eps 21
22
Curhat I
23
Eps 22
24
Eps 23
25
Eps 24
26
Eps 25
27
Eps 26 (Part²)
28
Eps 27 (Part²)
29
Eps 28 (Part²)
30
Eps 29 (Part²)
31
Eps 30 (Part²)
32
Eps 31 (Part²)
33
Eps 32 (Part²)
34
Eps 33 (Part²)
35
Eps 34 (Part²)
36
Eps 35 (Part²)
37
Eps 36 (Part²)
38
Eps 37 (Part²)
39
Eps 38 (Part²)
40
Eps 39 (Part²)
41
Eps 40 (Part²)
42
Eps 41 (Part²)
43
Eps 42 (Part²)
44
Eps 43 (Part²)
45
Eps 44 (Part²)
46
Eps 45 (Part²)
47
Eps 46 (Part²)
48
Eps 47 (Part²)
49
Eps 48 (Part²)
50
Eps 49 (Part²)
51
Eps 50 (Part²)
52
Eps 51 (Part³)
53
Eps 52 (Part³)
54
Eps 53 (Part³)
55
Eps 54 (Part³)
56
Eps 55 (Part³)
57
Eps 56 (Part³)
58
Eps 57 (Part³)
59
Eps 58 (Part³)
60
Eps 59 (Part³)
61
Eps 60 (Part³)
62
Eps 61 (Part³)
63
Eps 62 (Part³)
64
Eps 63 (Part³)
65
Eps 64 (Part³)
66
Eps 65 (Part³)
67
Eps 66 (Part³)
68
Eps 67 (Part³)
69
Eps 68 (Part³)
70
Eps 69 (Part³)
71
Eps 70 (Part³)
72
Eps 71 (Part³)
73
Eps 72 (Part³)
74
Eps 73 (Part³)
75
Eps 74 (Part³)
76
Eps 75 (Part³)
77
Eps 76 (Part³)
78
Eps 77 (Part⁴)
79
Eps 78 (Part⁴)
80
Eps 79 (Part⁴)
81
Eps 80 (Part⁴)
82
Eps 81 (Part⁴)
83
Eps 82 (Part⁴)
84
Eps 83 (Part⁴)
85
Eps 84 (Part⁴)
86
Last Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!