Eps 12

   Sudah hari ke-3 dari bencana yang disebabkan oleh Asteroid luar angkasa yang menyebarkan organisme parasit yang mengendalikan otak manusia untuk berbuat mereka menjadi manusia liat, dampaknya tidak hanya bagi rakyat golongan dewasa tetapi bagi anak sekolah, lansia, hingga anak-anak yang tak tahu-menahu akan apa yang terjadi pada masa tersebut

Pagi itu terlihat di sebuah kelas 12 dimana Beni dan teman-temannya sedang mempersiapkan semuanya dalam upaya melarikan diri dari sekolah terkutuk, yang sedang didominasi oleh monster pemakan manusia 

"Kamu yakin kalau semua akan aman, ben?" tanya Ahmad dengan melilit tangannya dengan kain untuk mengantisipasi jika zombie menyerang khususnya ketika dia mengigit, karena dengan setetes air liur yang masuk lewat peredaran darah sudah mampu mengubah kepribadian manusia secara menyeluruh

"Yakin, tak yakin, kita harus bergerak sekarang, bukan hanya untuk melarikan diri tapi untuk mencari makanan, karena sumber makanan disini telah habis" 

"Semoga saja, kita semua bisa selamat dari serangan zombie!!" gumam Ahmad dengan lirih 

"Aku yakin, kalau kita pasti bisa keluar dari sini dengan selamat" ujar Beni dengan mengunggah senyum tipis. 

Tidak lama datang Sinta ke hadapan mereka bedua yang kebetulan sedang mempersiapkan diri dengan jarak jauh dari rombongan teman yang lain, "Gimana, jika kita tidak berhasil keluar dari sekolah ini?" tanya Sinta dengan merangkut ransel dipundak 

"Jangan overthinking dulu, walaupun aku tidak bisa meyakinkan kalian semua namun setidaknya percaya lah denganku" tukas Beni dengan hangat 

"Hmm.. Aku akan selalu percaya denganmu" balas Sinta yang membalas dengan senyuman tipis 

                                       ****

"Walau tidak memiliki keyakinan yang seratus persen untuk selamat setidaknya kita akan berusaha sampai detik darah penghabisan, jadi aku mohon kedepannya kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa kabur dari sini" Seru Beni yang berdiri didepan teman-temannya dengan sebuah meja di hadapan yang terletak sebuah kertas putih bergambarkan denah

Pukul 8 pagi mereka sudah siap secara mental dan jasmani, karena semua sudah dipersiapkan dihari sebelummya, tentu dengan kesepakatan bersama yang dimana mereka akan meninggal sekolah pada hari ke-2 setelah terjebak di sekolah 

Beni yang waktu itu berdiri di depan teman-temannya sambil menunjuk satu jari telunjuk ke sebuah kertas sebagai isyarat. "Kita akan pergi lewat gerbang samping karena menurut ku disana masih bisa kita jangkau tentu saja dengan keyakinan zombie yang sedikit ketimbang lapangan depan kita" 

"Memang benar mungkin jika lewat gerbang utama pasti akan sangat dekat, tetapi zombie yang ada disana jauh lebih banyak ketimbang dengan jalur lainnya, apalagi semua itu dapat kita lihat dari sini" sahut Bagus dengan melipat tangan

"Tetapi tetap saja, kita masih membutuhkan senjata, karena dengan jumlah kita yang sekarang, pastinya akan sulit melindungi semuanya" sambung Ahmad dengan ikut nimbrung dalam obrolan 

"Mungkin kita nanti bakal kesulitan dalam melawan mereka, tetapi aku ada satu cara untuk mengatasi persolaan tersebut" ucap Beni dengan serius sambil mengernyitkan alis 

"Bagimana caranya?" tanya Ahmad 

"Namun sebelum itu aku ingin bertanya kepada kalian, jika dalam perang, apakah yang paling penting?" 

Pertanyaan tersebut membuat seluruh orang disana memutar otak, dengan yang paling pertama angkat bicara adalah Ahmad. "Senjata" ucapnya dengan percaya diri. "Salah" hardik beni dengan tangkas

"Jumlah kah?" sahut Bagus yang mengikuti permainan beni. "Salah juga" jawab lawan bicara dengan cepat 

"Lalu?" bingung Ahmad setelah mendengar sebuah kata 'salah' karena semua opini dia dan Bagus tidak sesuai

"Mungkin memang senjata dan jumlah termasuk dalam bagiannya, tetapi tanpa strategis kita hanya domba liar yang tidak memiliki gembala" 

"Jadi yang paling kita butuhkan adalah strategi?" tanya Bagus 

"Lebih tepatnya adalah formasi, karena jika tidak begitu kita akan melawan mereka secara individu bukan bersama-sama" 

"Benar juga, kalau begitu jelaskan!!" titah Bagus yang memasang tampang serius 

"Jadi aku, kamu dan Komang akan menjadi penyerang inti, dimana kita akan berada di garis paling depan, dengan tujuan mengalahkan zombie yang akan menghalangi tujuan" 

Disaat Beni menjelaskan tentu saja semua orang mendengarkan dengan seksama, walaupun disana sudah ada 19 siswa tetapi tidak ada seorang pun yang dibiarkan begitu saja, jadinya Beni akan melindungi semuanya dengan kekuatan dan kemampuan yang dia miliki  

"Aku berada diantara kalian berdua sebagai ujung tombak, kamu (Bagus) akan berada di sayap kiri, sedangkan komang berada di sayap kanan, dengan tujuan menghalangi zombie yang akan menyerang dari titik buta" jelas Beni dengan serius 

"Sementara Cahaya akan berada digaris dua untuk melindungi inti yaitu dimana para wanita bekumpul, dan tugas Ahmad adalah garis terakhir sebagai penghalang atau mengantisipasi jikalau zombie menyerang dari belakang, mungkin ini akan terdengar berat bagi Ahmad, tetapi aku percayakan posisi ini pada mu!!" sambungnya 

"Terdengar bagus, tapi apa nggak terlalu berisiko bagi yang didepan"  ucap Sinta 

"Memang cukup berbahaya, tetapi kita harus percaya kepada kemampuan kita masing-masing" tukas Beni dengan mengernyitkan alis seraya memberi sebuah isyarat keberanian, sampai-sampai Sinta tertegun dengan tatapan Beni 

"Tapi ada hal yang perlu kalian ingat, khususnya kalian semua" tunjuk Beni kepadamu gerombolan gadis yang kurang dipercaya. "Jangan pernah meninggalkan formasi, jika tak ingin mati!!" cetus Beni dengan datar

Dan tentunya seluruh orang hanya menganggukkan kepala sebagai tanda pengertian terhadap maksud dari

ketua kelas. 

                                     ****

      Ckreeeth… (Pintu kelas terbuka)

Sehingga terlihat Beni yang mengintip dari dalam untuk memantau keadaan diluar. "Sepi, kemana semua isi penghuni sekolah" batinnya yang merasa heran karena koridor sekolah tampak sangat sepi walaupun ada beberapa mayat manusia yang sudah di mutilasi yang sudah dipastikan karena monster kanibal tersebut 

Sesaat mengintip situasi akhirnya Beni memasukkan kembali kepalanya kedalam ruangan dan berkata dengan lirih. "Ingat!!, apapun yang terjadi atau yang kalian lihat jangan sampai mengeluarkan suara" ucap Beni dengan memberi peringatan kepada sekelompok siswa wanita yang lain, dan mereka menganggukkan kepala

"Bagus, komang!!" panggil Beni kepada dua temannya, dan keduanya mengangguk kepala seraya memancarkan tatapan penuh persiapan, kemudian Beni keluar lebih dulu dan berjalan ke kiri karena jalurnya memang ke halaman samping sekolah karena disana sudah ada gerbang kecil untuk tempat dimana jalur evakuasi 

Yang diikuti Bagus dan Komang setelah itu Cahya dengan urutan sama seperti formasi yang telah direncanakan, dengan posisi Ahmad dengan urutan paling terakhir sambil membawa palu yang tangan terlilit kain

"Komang pakai ini" ucap Beni sambil memberikan sebuah cutter yang diambil dari saku sedangkan Bagus tak membawa apapun kecuali memakai sepatu futsal karena damage yang diberikan dengan memakai aksesorisnya akan jauh lebih kuat ketimbang menggunakan sepatu biasa 

Awalnya tidak ada yang membahayakan sampai mereka mencapai ambang cahaya antara tepi bangunan dan halaman yang disana hanya ada rumput hijau yang pendek, walaupun tidak luas, namun biasanya itu selalu dipergunakan oleh siswa laki sebagai jalur balap lari, hingga ada juga sebagai rekeyasi tempat pacaran 

"Semuanya telah berubah" gumam Beni yang melihat rerumputan yang telah bersimbah darah dan bagian manusia yang tak layak dipertontonkan kembali, semua telah hilang dan tidak seperti sedia kala bagaikan kenangan yang hangus diterpa angin 

Namun disaat Beni mengamati lapangan dia melihat segerombolan zombie yang hanya berdiri dengan meraung-raung tak jelas tidak jauh dari tempatnya berada. "Jadi mereka zombienya, tapi kenapa aneh" batin Beni karena dia mulai mengingat sesuatu yaitu sebuah mimpi dimana 

Mimpi pertama sama seperti yang dilihatnya sekarang, sedangkan mimpi kedua adalah dimana dia melihat zombie bermata merah. Bagus dan Komang yang melihat mulai merasa mual akibat bau amis dan busuk tercampur aduk di perut, terutama kepada mayat yang sudah di mutilasi oleh Zombie 

"Memang gila!!" umpat Bagus dengan menutup mulut dan hidungnya rapat-rapat. "Kita harus bergegas sekarang" sahut Beni dengan melilitkan potongan kain sebagai sarung tunjuk 

Ketika Beni dan kedua temannya sudah menginjakkan kaki di rumput tiba-tiba terdengar suara teriak dari balik punggung, tentu saja tidak hanya Beni yang terkejut tetapi zombie yang ada dihalaman sekolah pun ikut terkejut, semua itu berasal dari wanita yang dilindungi apa sebabnya dia menjerit adalah rasa terkejutnya terhadap apa yang dirinya lihat

Aaaaaahhhhhhh… 

"Diam!!" cetus Beni dengan memalingkan pandangan tentu saja dengan sorot mata penuh rasa amarah, akan tetapi itu bukan lagi masalah karena zombie dari dua arah sudah mulai mengejarnya terutama dari arah belakang dimana sudah ada segerombolan yang berlari dengan jarak jauh 

"Lari!!.." ucap Beni dengan lantang sehingga seluruh orang yang ada langsung berlari sesuai dengan rute, ketika mereka berlari Beni, Bagus dan Komang yang berada digaris depan terus menjatuhkan zombie dengan segala cara, seperti Komang menggunakan cutter yang dikombinasikan dengan siku sehingga memberi damage yang tentu saja ada jeda untuk zombie bangun 

Sementara Bagus, dia selalu menggunakan tinju berkecepatan semu sehingga zombie yang tidak memiliki insting dan kepekaan dengan gamblangnya terkena serangan, jika Beni dia turut membantu temannya dengan memakai kedua tangan yang telah dibungkus oleh kain sehingga memberi dorongan yang cukup menjatuhkan zombie sesaat 

Tetapi tugas Ahmad jauh lebih berat karena dia harus melumpuhkan kembali zombie yang dijatuhkan oleh garis depan, karena mau bagaimanapun serangan instan tidak mampu untuk membunuhnya, sampai-sampai Ahmad yang jarang olahraga pun tidak mampu menahan 4 zombie sekaligus karena memukul dua kali saja nafasnya sudah tersengal lelah

Sampai ada satu zombie yang lolos dari jangkauan Ahmad dan menyerang wanita yang seharusnya dilindungi. "Aaaaaahhhh…  tolong" teriaknya dengan seru sambil meringis kesakitan dihadapan Ahmad dengan gadis yang lain, tentunya karena kejadian tersebut banyak yang berhamburan meninggalkan formasi 

"Jangan berpencar!!" teriak Beni sambil memalingkan pandangan dari lawan, hingga tampa sadar ada satu zombie yang menyerangnya dari depan

Bughh… 

Bagus yang melihat tentu tak bisa tinggal diam hingga dalam waktu singkat dia langsung menyerang dengan kaki yang menarget lengan samping sehingga zombie tersebut terpental ke samping kanan dimana Komang ada untuk menjaga sayap kanan

"Jangan memalingkan padanganmu" ujar Bagus dengan datar. "Terimkasih" ucap Beni yang melihat kebelakang sekilas lalu kembali lagi ke depan dimana job nya sebagai garis depan. Sementara cahya yang melihat salah satu temannya diterkam berusaha untuk menolong akan tetapi karena dirinya gendut dan lemah membuat dia tak mampu menumbangkan satu zombie saja, apalagi dia tak menggunakan senjata 

Sementara Ahmad masih terfokuskan untuk menyerang lawan dibelakang yang seperti tiada habis, karena seusai dihajar garis depan, kembali dipukul oleh Ahmad tetapi zombie tersebut tetap bangkit seperti tidak merasakan sakit. "Aaaah.." teriak Ahmad dengan memukul kepala zombie yang hendak menerkam dirinya 

Sehingga dalam waktu singkat bajunya bersimbah darah hitam dan kepala zombie hancur karena palu yang di pukul tepat kepala. "Sialan" umpat Ahmad yang ingin menolong belakang tetapi datang lagi zombie yang menyerang, dan itu benar-benar tiada habis 

Cahya yang menyerang zombie dengan tinju tidak dapat menahan zombie, yang malahan zombie tersebut malah memakan dengan lahap gadis malang tersebut tepat bagian leher, sampai gadis tersebut mati dengan mengenaskan, Manda dan seluruh gadis yang lain hanya bisa melihat tanpa melakukan pertolongan sedikit pun 

Karena mau bergerak sangat susah apalagi seluruh tubuh sudah terbujur kaku, "Dasar monster" umpat Cahya dengan menarik zombie dengan bergelimang air mata karena gadis yang dimakan adalah teman dekatnya di kelas 

  Aaaaggghhhrrrkkk… 

Raungan zombie dengan melompat menyerang cahya dengan menggigit leher ketika ia sedang menarik zombie. "Aahh… Argh… tolong" ringisan dari cahya yang sudah terkulai di rumput, disaksikan oleh seluruh gadis yang ada disana, sehingga mereka langsung berhamburan tanpa mempedulikan formasi karena bagi mereka keselamatan jauh lebih utama 

"Jangan pergi" seru Ahmad dengan keras dan lantang, sambil memperhatikan seluruh wanita mencoba memanjat jendela kelas untuk masuk kembali ke kelas, tetapi dari semua yang pergi, ada beberapa gadis yang masih diam ditempat dengan jongkok sambil menutup telinga dan mata yang menangis dengan seru 

"Sialan" Ahmad langsung menarik lengan gadis yang masih terpuruk untuk melanjutkan berlari karena garis depan terus berjuang sangat keras agar bisa membuka jalan bagi mereka, setelah dua gadis tersebut mulai berjalan ahmad mulai menarik lagi dua garis antara lain Manda dan Sinta untuk lanjutkan pelarian dengan disusul olehnya 

Karena zombie yang mengejar dibelakang sangat banyak, sampai-sampai Manda sudah tidak memiliki niat untuk menyelamatkan saudaranya, akibat pikiran yang terlanjur buyar kemana-mana setelah berkali-kali melihat sesuatu yang mengerikan di depan mata. 

Sementara dilain situasi yaitu garis depan atau lebih tepatnya berada disayap kanan, Komang sudah mencapai batas dimana cutter yang diberikan beni telah patah dan disikunya tergigit oleh zombie, apalagi badannya sudah panas dingin, tentu saja dia merasa kalau hidupnya akan sebentar lagi

Walapun itu bukanlah hasil yang diinginkan olehnya karena komang melawan zombie untuk bisa bertahan hidup, akan tetapi hasilnya justru ditengah perlawanan, tanpa sengaja dia mendapat gigit dari zombie walau tidak dalam karena itu hanya tergoresan gigi tapi tetap saja darahnya keluar dan itu merupakan jalur untuk parasit menguasai tubuhnya 

"Brengs*k" umpat komang dengan lirih kemudian berkata kepada teman yang telah berjuang bersamanya dimana bertarung menjadi garis depan

"Sepertinya aku pengen istirahat deh" 

"Hah?" bingung beni dengan nafas terengah-engah akibat tenaganya telah terkuras habis. "Aku capek, jadi kalian saja yang berjuang seterusnya, oke" sehut Komang dengan wajah yang terlihat pucat 

"Jangan-jangan kamu?" kini Beni terlihat membulatkan mata dengan sempurna karena terkejut akibat sesuatu yang tak diinginkan telah terjadi terhadap temannya. 

BERSAMBUNG… 

Episodes
1 Eps 01
2 Eps 02
3 Eps 03
4 Eps 04
5 Eps 05
6 Eps 06
7 Eps 07
8 Eps 08
9 Eps 09
10 Eps 10
11 Eps 11
12 Eps 12
13 Eps 13
14 Eps 14
15 Eps 15
16 Eps 16
17 Eps 17
18 Eps 18
19 Eps 19
20 Eps 20
21 Eps 21
22 Curhat I
23 Eps 22
24 Eps 23
25 Eps 24
26 Eps 25
27 Eps 26 (Part²)
28 Eps 27 (Part²)
29 Eps 28 (Part²)
30 Eps 29 (Part²)
31 Eps 30 (Part²)
32 Eps 31 (Part²)
33 Eps 32 (Part²)
34 Eps 33 (Part²)
35 Eps 34 (Part²)
36 Eps 35 (Part²)
37 Eps 36 (Part²)
38 Eps 37 (Part²)
39 Eps 38 (Part²)
40 Eps 39 (Part²)
41 Eps 40 (Part²)
42 Eps 41 (Part²)
43 Eps 42 (Part²)
44 Eps 43 (Part²)
45 Eps 44 (Part²)
46 Eps 45 (Part²)
47 Eps 46 (Part²)
48 Eps 47 (Part²)
49 Eps 48 (Part²)
50 Eps 49 (Part²)
51 Eps 50 (Part²)
52 Eps 51 (Part³)
53 Eps 52 (Part³)
54 Eps 53 (Part³)
55 Eps 54 (Part³)
56 Eps 55 (Part³)
57 Eps 56 (Part³)
58 Eps 57 (Part³)
59 Eps 58 (Part³)
60 Eps 59 (Part³)
61 Eps 60 (Part³)
62 Eps 61 (Part³)
63 Eps 62 (Part³)
64 Eps 63 (Part³)
65 Eps 64 (Part³)
66 Eps 65 (Part³)
67 Eps 66 (Part³)
68 Eps 67 (Part³)
69 Eps 68 (Part³)
70 Eps 69 (Part³)
71 Eps 70 (Part³)
72 Eps 71 (Part³)
73 Eps 72 (Part³)
74 Eps 73 (Part³)
75 Eps 74 (Part³)
76 Eps 75 (Part³)
77 Eps 76 (Part³)
78 Eps 77 (Part⁴)
79 Eps 78 (Part⁴)
80 Eps 79 (Part⁴)
81 Eps 80 (Part⁴)
82 Eps 81 (Part⁴)
83 Eps 82 (Part⁴)
84 Eps 83 (Part⁴)
85 Eps 84 (Part⁴)
86 Last Chapter
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Eps 01
2
Eps 02
3
Eps 03
4
Eps 04
5
Eps 05
6
Eps 06
7
Eps 07
8
Eps 08
9
Eps 09
10
Eps 10
11
Eps 11
12
Eps 12
13
Eps 13
14
Eps 14
15
Eps 15
16
Eps 16
17
Eps 17
18
Eps 18
19
Eps 19
20
Eps 20
21
Eps 21
22
Curhat I
23
Eps 22
24
Eps 23
25
Eps 24
26
Eps 25
27
Eps 26 (Part²)
28
Eps 27 (Part²)
29
Eps 28 (Part²)
30
Eps 29 (Part²)
31
Eps 30 (Part²)
32
Eps 31 (Part²)
33
Eps 32 (Part²)
34
Eps 33 (Part²)
35
Eps 34 (Part²)
36
Eps 35 (Part²)
37
Eps 36 (Part²)
38
Eps 37 (Part²)
39
Eps 38 (Part²)
40
Eps 39 (Part²)
41
Eps 40 (Part²)
42
Eps 41 (Part²)
43
Eps 42 (Part²)
44
Eps 43 (Part²)
45
Eps 44 (Part²)
46
Eps 45 (Part²)
47
Eps 46 (Part²)
48
Eps 47 (Part²)
49
Eps 48 (Part²)
50
Eps 49 (Part²)
51
Eps 50 (Part²)
52
Eps 51 (Part³)
53
Eps 52 (Part³)
54
Eps 53 (Part³)
55
Eps 54 (Part³)
56
Eps 55 (Part³)
57
Eps 56 (Part³)
58
Eps 57 (Part³)
59
Eps 58 (Part³)
60
Eps 59 (Part³)
61
Eps 60 (Part³)
62
Eps 61 (Part³)
63
Eps 62 (Part³)
64
Eps 63 (Part³)
65
Eps 64 (Part³)
66
Eps 65 (Part³)
67
Eps 66 (Part³)
68
Eps 67 (Part³)
69
Eps 68 (Part³)
70
Eps 69 (Part³)
71
Eps 70 (Part³)
72
Eps 71 (Part³)
73
Eps 72 (Part³)
74
Eps 73 (Part³)
75
Eps 74 (Part³)
76
Eps 75 (Part³)
77
Eps 76 (Part³)
78
Eps 77 (Part⁴)
79
Eps 78 (Part⁴)
80
Eps 79 (Part⁴)
81
Eps 80 (Part⁴)
82
Eps 81 (Part⁴)
83
Eps 82 (Part⁴)
84
Eps 83 (Part⁴)
85
Eps 84 (Part⁴)
86
Last Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!