"Mengapa Vanya belum kembali juga?" tanya Mikaila dengan raut wajah yang penasaran menatap ke arah Allen.
Setelah menunggu beberapa jam dan tidak kunjung melihat kedatangan Vanya, pada akhirnya Mikaila dan juga Allen memutuskan untuk kembali ke asramanya sebelum peringatan untuk tidur terdengar memenuhi area sekolah.
Mikaila melangkahkan kakinya dengan perlahan memasuki kamarnya dan langsung merebahkan dirinya di ranjang empuk miliknya, tanpa mengganti terlebih dahulu pakaian seragamnya atau pergi beberes dan mandi. Hari ini benar benar terasa sangat melelahkan dan tentu saja semua sia sia karena Mikaila sama sekali tidak bertemu dengan pemilik suara berat yang ia dengar di teman bersama Vanya kemarin.
Mikaila mengerjapkan matanya berkali kali hingga kemudian Mikaila yang merasakan kantuk mulai datang menyapanya, perlahan lahan kelopak matanya tertutup dan pada akhirnya langsung berlayar ke pulau impiannya.
**
Tok tok tok
Suara ketukan pintu terdengar dengan keras, membuat Mikaila yang baru saja mengarungi lautan menuju pulau impiannya, lantas langsung mengerjap dengan berat karena terkejut akan ketukan pintu yang tiba tiba itu. Mikaila bangkit dari tidurnya dengan malas menuju ke arah pintu kamarnya untuk melihat siapa si pengetuk pintu yang mengganggu tidurnya.
Perlahan lahan Mikaila mulai membuka pintu kamarnya dengan memasang wajah yang kesal hendak langsung merutuki siapapun orang yang mengetuk pintunya secara berulang itu. Ada sedikit perasaan terkejut ketika Mikaila membuka pintu kamarnya dan melihat Vanya tengah berdiri tepat di depan pintu kamarnya, membuat Mikaila lantas langsung mengernyit dengan bingung, mengapa Vanya datang ke kamarnya malam malam.
"Ada apa? kamu bahkan tadi tidak menepati janji mu dan sekarang malah datang ke sini..." ucap Mikaila namun terpotong dengan ucapan Vanya.
"Tolong aku..." ucap Vanya dengan nada yang lirih.
Cras....
Darah segar mendadak langsung mengalir dan bermuncratan hingga membasahi bajunya, Mikaila jatuh terduduk beserta dengan potongan kepala Vanya yang langsung melompat ke arahnya ketika seorang pria bertudung hitam mengayunkan kapaknya ke arah Vanya.
Aaaaaaaaa
Teriak Mikaila karena saking terkejutnya dengan apa yang baru saja terjadi di hadapannya, Mikaila melempar potongan kepala Vanya ke sembarang arah kemudian berusaha bangkit dan kabur, namun sayangnya kaki sebelah kiri Mikaila seakan seperti di tarik oleh pria bertudung hitam itu.
"Mau lari ke mana kamu?" ucap pria tersebut dengan suara berat yang lantas membuat Mikaila langsung menelan salivanya dengan kasar.
***
Hhhhhhhhhh
Mikaila terbangun dari tidurnya dengan deru nafas yang terengah engah, seperti baru saja menyelesaikan lari maraton keliling lapangan. Mikaila menatap ke arah sekeliling kemudian melihat area bajunya memastikan apakah ada noda darah atau tidak, helaan nafas yang terdengar lega mulai berhembus keluar dari mulut Mikaila ketika ia tidak melihat noda darah di manapun termasuk pada pintu kamarnya.
Mikaila mengusap keringatnya yang mulai membasahi dahinya karena mimpi buruk tersebut. Mimpi yang seakan akan nyata membuat Mikaila menjadi khawatir akan keadaan Vanya, mengingat Vanya tidak kunjung kembali bertemu dengannya dan juga Allen di gudang tadi sore.
"Semoga saja ini bukanlah sebuah pertanda buruk." ucap Mikaila pada diri sendiri.
***
Keesokan harinya
Mikaila melangkahkan kakinya memasuki area ruang kelasnya dan langsung mengambil posisi duduk tepat di sebelah Allen. Di tatapnya Allen selama beberapa menit yang kini terlihat tengah sibuk membaca buku mata pelajaran Fisika karena akan ada kuis tepat pada jam pelajaran pertama. Allen yang merasakan tatapan aneh dari Mikaila sedari tadi, lantas langsung menutup bukunya dan meletakkannya di meja. Di tatapnya Mikaila dengan raut wajah yang penasaran, hingga kemudian helaan nafas lantas terdengar dari mulut Mikaila.
"Ada apa?" tanay Allen dengan tatapan menelisik.
"Apa kamu sudah dapat kabar dari Vanya?" tanya Mikaila pada akhirnya.
Sedangkan Allen yang mendengar pertanyaan tersebut keluar dari mulut Mikaila malah menatap Mikaila dengan raut wajah yang aneh, entahlah Allen merasa pertanyaan dari Mikaila barusan terkesan agak aneh dan sumbang. Allen mengetahui dengan yakin bahwa hubungan antara Vanya dan juga Mikaila tidak lah akur, jadi jika sekarang Mikaila menanyakan kabar tentang Vanya, bukankah itu sedikit agak aneh?
"Apakah ada sesuatu Kai?" tanya Allen dengan raut wajah yang penasaran.
"Semalam aku bermimpi buruk tentang Vanya, bahkan sangat sangat buruk... aku takut bahwa itu merupakan sebuah pertanda." ucap Mikaila dengan raut wajah yang sendu dan penuh kekhawatiran.
"Tenanglah tak perlu di pikirkan, istirahat nanti kita ke kelas Vanya untuk memastikan semuanya." ucap Allen mencoba untuk menenangkan Mikaila.
Mikaila yang mendengar saran Allen langsung menganggukkan dengan spontan. Hingga kemudian pembicaraan keduanya terhenti ketika Manda guru mata pelajaran fisika masuk ke dalam kelas dan menyapa muridnya untuk mulai pelajaran pagi ini.
.
.
.
.
.
"Terima kasih untuk partisipasi kalian dalam pelajaran saya, saya akan mengumumkan hasil kuis kita pada pertemuan selanjutnya, jangan lupa untuk mengerjakan tugas kalian, sampai jumpa di pertemuan selanjutnya." ucap Manda dengan senyum yang mengembang sebelum pada akhirnya melangkahkan kakinya keluar dari kelas tersebut.
Mikaila yang melihat Manda sudah berlalu pergi, lantas langsung bangkit dari tempat duduknya hendak mengajak Allen untuk segera pergi menuju ke kelas Vanya, namun belum sempat mengucapkannya Friska lebih dulu menghampiri mereka sehingga menggagalkan ajakan Mikaila.
"Apakah kalian mau ke kantin?" tanya Friska yang lantas membuat Mikaila langsung menoleh ke arahnya begitu mendengar suara Friska barusan.
Allen yang tahu Mikaila pasti hendak menagih janjinya tadi pagi, lantas langsung bangkit dari kursinya kemudian merangkul bahu Mikail, membuat Mikaila dan juga Friska langsung dengan spontan mendongak ke arah Allen ketika Mikaila mendapat perlakuan tersebut.
"Maaf Fris, kami berdua mau pergi ke ruang guru... apa kamu mau ikut kami?" ucap Allen kemudian yang langsung membuat Friska mengerti.
"Oh ruang guru, ku kira kalian mau pergi kencan..." ucap Friska kemudian dengan nada yang menggoda.
Mendengar ucapan Friska yang nyeleneh lantas membuat Mikaila langsung menyikut Allen agar melepaskan rangkulan tangannya sambil menatap tajam ke arah Allen, membuat Friska yang menyaksikan tingkah keduanya itu lantas langsung terkekeh geli.
"Ya ya ya... aku hanya bercanda jangan terlalu serius." ucap Friska kemudian berlalu pergi meninggalkan keduanya masih dengan tawanya yang terdengar sumbang itu.
"Ini semua gara gara kamu!" ucap Mikaila dengan kesal kemudian berlalu pergi keluar kelas.
"Kenap harus aku?" ucap Allen sambil menyusul langkah kaki Mikaila yang sudah lebih dulu berlalu.
***
Ruang kelas 12 B
Terlihat Mikaila dan juga Allen nampak melangkahkan kakinya memasuki ruang kelas tersebut dan mencari keberadaan Vanya. Kemudian menyisir setiap tempat duduk dan juga beberapa siswa yang terlihat tengah mengobrol santai saat ini. Mikaila dan juga Allen yang tak kunjung menemukan keberadaan Vanya, lantas mulai bertanya ke salah satu teman sekelas Vanya.
"Apa kalian tahu di mana Vanya?" tanya Mikaila kemudian.
"Ada apa kalian berdua mencari Vanya?"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments