Pagi itu semua orang sudah di sibukkan dengan kegiatan yang mereka lakukan sebelum melepas kepergian Mikaila.
Fara yang memasukkan sendiri barang barang keperluan putrinya ke dalam mobil tidak kuasa menahan air matanya. Fara benar benar tidak sanggup jika harus berpisah dengan Mikaila, apalagi dalam situasi yang dadakan seperti ini.
"Sudahlah... anak mu kan pergi untuk belajar bukan untuk berperang, jadi hentikan sikap mu ini karena sama sekali tidak enak di pandang." ucap Danu dengan nada yang enteng.
Fara yang mendengar ucapan dari Danu hanya melengos dengan kesal pada suaminya itu.
"Memang tidak pergi berperang tapi setidaknya harusnya kita yang mengantar Kaila ke sana, tapi kamu malah ngotot mang Ujang yang harus mengantarnya, tidakkah kamu kasihan dengan putri kita?" ucap Fara dengan nada yang ketus sambil melangkahkan kakinya hendak masuk kembali ke mansion.
"Aku minta maaf, ini peraturan dari sekolah jadi aku tidak punya pilihan lain, lagi pula seperti katamu bukan? hanya setahun... setahun itu waktu yang singkat bukan?" ucap Danu mencoba untuk menghibur istrinya yang tengah kesal.
Fara yang mendengar ucapan Danu barusan, lantas langsung menghentikan langkah kakinya dan menatap dengan tatapan yang tajam ke arah Danu.
"Pokoknya jika terjadi apa apa pada putri kita, papa yang harus bertanggung jawab!" pekik Fara dengan kesal kemudian masuk ke dalam meninggalkan Danu seorang diri di sana.
"Aku tidak mungkin salah lah, apa yang aku lakukan untuk kebaikan Mikaila..." ucap Danu dengan nada yakin sambil mengikuti langkah kaki istrinya masuk ke dalam.
***
Pada akhirnya mau tidak mau, suka tidak suka Mikaila harus tetap berangkat juga. Perpisahan yang terjadi di antara Fara dan juga Mikaila berlangsung dengan dramatis dan penuh haru, sedangkan ketika bersama dengan Danu, Mikaila hanya menyalami tangan pria itu saja tanpa memeluknya dengan haru karena masih kesal akan keputusan dari Danu yang menyuruhnya untuk pindah.
"Apa aku sudah keterlaluan ya?" ucap Danu dalam hati sambil melihat kepergian mobil yang membawa Mikaila menuju ke sekolah barunya.
"Mengapa diam? apa sekarang kamu menyesal? jika menyesal cepat kejar dan bawa Kaila kemari bukan hanya diam saja!" pekik Fara ketika melihat wajah sendu suaminya.
Danu yang mendengar ucapan dari Fara hanya melirik sekilas kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam.
"Tidak akan ada penyesalan karena ini demi kebaikan Mikaila." ucap Danu sambil berlalu pergi.
"Hu benar benar menyebalkan!" ucap Fara dengan nada yang kesal menatap punggung suaminya yang terlihat melangkahkan kakinya masuk ke dalam.
***
Perjalanan memakan waktu cukup lama, hingga membuat Mikaila tampak bosan karena sedari tadi hanya menatap pepohonan tanpa melakukan hal lainnya di dalam mobil.
"Lagi pula cuma ponsel saja, mengapa tidak boleh di bawa sih benar benar menyebalkan!" gerutu Mikaila dalam hati sambil menatap ke arah luar kaca jendela mobilnya.
Mikaila terus menatap satu persatu pepohonan dengan tatapan yang lesu, hingga samar samar ia seperti melihat bayangan hitam tidak jauh dari laju mobilnya. Awalnya hanya seperti bayangan namun semakin dekat dan semakin dekat, membuat Mikaila bahkan sampai mengusap matanya berulang kali karena mengira ia telah berhalusinasi saat ini.
Diliriknya sekilas mang Ujang yang berada di kursi pengemudi, mang Ujang terlihat lempeng dan masih menyetir dengan santai. Membuat Mikaila langsung menghela nafasnya dengan lega karena apa yang dia lihat ternyata hanyalah halusinasinya semata dan tidak lebih.
"Syukurlah ternyata bukan" ucap Mikaila dengan lega.
Mikaila menyenderkan sebentar kepalanya di kursi penumpang dan memejamkan matanya sebentar untuk mengusir kebosanannya. Hingga sebuah suara ketukan pintu dari luar lantas mengejutkannya dan membuat Mikaila langsung dengan spontan membuka matanya.
Tok tok tok
Mikaila yang terkejut, dengan spontan menatap ke arah kiri dan langsung di suguhi dengan bayangan hitam pekat yang tadi ia lihat di celah celah pepohonan, hanya saja kali ini penampakannya terlihat dengan jelas melayang dan membentuk gumpalan asap, namun di sertai dengan bayangan kepala yang melayang di atasnya.
"Apa itu!" pekik Mikaila yang terkejut akan kehadiran sosok makhluk tersebut tepat melayang di samping mobilnya.
Jangan datang! pergi!
Ucap sosok itu secara berulang kali, namun karena Mikaila yang sudah terlebih dahulu ketakutan dan terkejut akan kehadirannya, sampai tidak mendengar dengan jelas ucapan dari sosok makhluk tersebut dan langsung berteriak dengan kencang dan histeris.
"Aaaaaa pergi! pergi...." teriak Mikaila dengan histeris hingga sebuah tepukan di pundaknya mendadak membangunkannya dengan spontan.
"Non... non Mikaila... non..." ucap mang Ujang sambil menepuk pundak Mikaila dengan pelan dan langsung membangunkannya dari mimpi buruk yang baru saja ia alami.
Mikaila yang terkejut lantas dengan spontan langsung membuka matanya dengan lebar sambil menatap ke arah sekeliling. Peluh keringat bahkan sudah membasahi dahinya padahal mobil yang di tumpangi Mikaila full AC.
"Mang Ujang!" ucap Mikaila ketika melihat Ujang sudah berdiri tepat di pintu mobil.
"Sudah sampai non." ucap Ujang dengan nada yang sopan, ia tahu nona kecilnya itu terkejut karena di bangunkan ketika tertidur dengan pulas barusan.
"Iya mang makasih udah bangunan aku tadi." ucap Mikaila sambil tersenyum yang lantas membuat Ujang kebingungan namun tidak berani bertanya lebih lanjut akan maksud dari ucapan Mikaila barusan.
Tidak ingin memikirkan terlalu dalam maksud dari ucapan Mikaila, Ujang kemudian lantas memutari mobil dan membuka bagasi untuk menurunkan perlengkapan milik Mikaila dari sana.
Sedangkan Mikaila masih mencoba untuk mengatur nafasnya yang agak sedikit berat atau shock, karena memang ini pertama kalinya ia bermimpi namun benar benar terasa jelas, seakan semua itu tadi adalah nyata dan bukan hanya sekedar bunga tidur semata.
Setelah merapikan sedikit rambut dan juga bajunya yang berantakan, Mikaila kemudian lantas melangkahkan kakinya turun dari mobil bersiap untuk melihat sekolahan sekaligus asrama baru yang akan ia tinggali selama menjadi murid di sekolahan ini.
**
Hawa dingin sekaligus mencekam terasa menusuk memasuki setiap pori pori kulit Mikaila, benar benar menyeramkan mungkin itu adalah kesan pertama yang Mikaila rasakan ketika mulai melangkahkan kakinya memasuki area sekolahan ini.
"Apa papa tidak salah memilih sekolahan? kenapa kesannya horor sekali?" ucap Mikaila dalam hati sambil terus melangkahkan kakinya memasuki area sekolahan.
Tepat di area pintu masuk ke dalam sekolah, seorang wanita dengan pakaian klasik di mana ia mengenakan motif berenda di area lehernya layaknya pakaian yang di kenakan oleh noni noni belanda beratus ratus tahun silam, terlihat tengah berdiri seakan menyambut kedatangannya.
Mikaila yang melihatnya sepertinya dia adalah seseorang yang penting di sekolah ini, lantas melangkahkan kakinya dengan cepat menghampiri wanita itu.
"Mikaila Celina Putri selamat datang di Enigmatis High School." ucap wanita itu dengan senyum yang ramah menghiasi wajahnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Queen Bee✨️🪐👑
yaa pakk yaaaa😌
2023-01-10
0