Malam harinya
Seperti biasa, tepat pukul 12 malam Mikaila selalu saja gelisah dan tidak bisa tidur seakan akan Mikaila seperti merasa tengah di awasi oleh seseorang, namun ketika ia membuka matanya ruangan kamar yang ia tempati benar benar kosong tidak ada siapapun kecuali Rini yang tengah tertidur pulas.
Bahkan malam ini, juga sama seperti malam malam sebelumnya Mikaila merasakan seperti tengah di awasi oleh seseorang, Mikaila yang seperti mulai terbiasa lantas mencoba untuk mengabaikan segalanya, hingga sebuah suara ketukan yang berulang terus terdengar dan semakin mengganggunya, barulah Mikaila mendengus dengan kesal dan mulai bangkit dari tidurnya.
"Ini sudah kelewatan" ucap Mikaila dalam hati sambil bangkit dari posisi tidurnya.
Suasana yang gelap dan juga hening lantas langsung Mikaila rasakan, ketika baru menyadari bahwa saat ini tengah terjadi pemadaman listrik di asrama, membuat bulu kuduk Mikaila mulai perlahan lahan bangkit dan terasa meremang di saat memandangi sekitar dan hanya terlihat kegelapan di sana.
Dok dok dok dok
Suara ketukan tersebut kembali terdengar dengan jelas di telinga Mikaila yang kali ini berasal dari lemari tua tempat Mikaila menaruh pakaiannya. Perasaan tidak enak dan juga takut perlahan lahan mulai memenuhi hatinya, membuat Mikaila berulang kali lantas menelan salivanya dengan kasar ketika mendengar kembali bunyi suara ketukan tersebut yang sumbernya berasal dari lemari tua di kamar asramanya.
"Rin... apa itu kamu?" ucap Mikaila dengan nada yang lirih sambil menatap lurus ke arah lemari tua tersebut di tengah kegelapan malam dan juga listrik yang padam.
Dok dok dok
Suara itu kembali terdengar seakan menjawabi pertanyaan dari Mikaila barusan, dengan perasaan yang ragu dan juga takut yang mendatanginya, perlahan lahan Mikaila mulai bangkit kemudian meraba area meja belajarnya untuk mencari pemantik api yang bisa ia gunakan untuk menyalakan lilin di sana.
Sebuah benda kotak panjang mulai terasa menyentuh tangannya, membuat perasaan Mikaila sedikit menjadi lebih lega ketika mendapatkan pemantik api tersebut.
Mikaila terlihat mulai menyalakan satu buah lilin di tangannya untuk memberikannya penerangan saat itu di tengah gelapnya pemadaman listrik di asrama. Hingga ketika suara ketukan tersebut mulai terdengar kembali, dengan spontan Mikaila langsung berbalik badan dan menatap ke arah almari tua itu dengan tatapan yang ketakutan.
"Hanya suara angin... ya suara angin saja..." ucap Mikaila dengan nada yang yakin sambil melangkahkan kakinya secara perlahan mendekat ke arah lemari tua tersebut.
Perlahan tapi pasti Mikaila mulai melangkahkan kakinya mendekat ke arah lemari tua itu sambil membawa penerangan yang berasal dari cahaya lilin yang ia pegang dengan erat di tangannya. Hingga ketika langkah kaki Mikaila berhenti tepat di depan pintu lemari tersebut, Mikaila mulai membuka pintu tersebut secara perlahan dan langsung terkejut ketika melihat sesosok hantu berambut panjang hingga menutupi seluruh mukanya tengah berdiri dengan memakai baju terusan putih, membuat Mikaila langsung dengan spontan menjatuhkan lilinnya dan mundur hingga terjungkal ke belakang.
Clap
Tepat dengan terjatuhnya tubuh Mikaila dengan posisi yang terduduk, lampu ruangan yang semula gelap langsung menyala seketika, membuat Mikaila yang semula melihat dengan samar ke arah sosok tersebut, lantas langsung menghentikan teriakannya ketika Mikaila hapal betul dengan perawakan dari sosok tersebut.
"Rini!" pekik Mikaila sambil bangkit berdiri dari posisinya.
Sedangkan sosok tersebut yang semula menunduk hingga tidak terlihat bagian wajahnya, mendengar namanya di panggil lantas perlahan lahan mulai mendongak dan langsung tersenyum garing menatap ke arah Mikaila, membuat Mikaila lantas mendengus dengan kesal karena merasa telah dikerjai oleh Rini saat ini.
"Apa yang kau lakukan di situ Rin? kau benar benar mengejutkan ku, jika saja lampunya tidak menyala mungkin aku sudah lari ngibrit meninggalkan kamar ketika melihat mu dengan penampilan seperti itu!" ucap Mikaila sambil berkacak pinggang, namun malah membuat Rini langsung tertawa dengan nyaring ketika mendengarnya seakan ketakutan yang di rasakan Mikaila merupakan sebuah lelucon baginya.
"Hentikan tawa mu itu... bulu kuduk ku selalu saja berdiri ketika mendengar kau tertawa." ucap Mikaila lagi dengan kesal karena terus mendengar suara tawa Rini di tengah malam yang lebih mirip dengan tawa khas kuntilanak.
"Apakah iya?" tanya Rini kemudian, membuat Mikaila langsung memutar bola matanya dengan jengah.
Mikaila yang mendapat pertanyaan dari Rini barusan, lantas hanya terlihat mengacuhkannya kemudian mengambil lilin yang ia lempar tadi dan langsung kembali menuju ke arah ranjang miliknya.
"Ah sudahlah, bisakah untuk tidak lagi mengganggu ku di malam hari Rin? aku benar benar mengantuk esok paginya... bukankah kau juga bersekolah esok pagi? jadi... jangan mengganggu ku!" ucap Mikaila menggerutu sambil mulai memejamkan matanya yang kini mulai terasa berat.
"Tentu tidak akan bisa karena hanya malam hari aku bisa bertemu dengan mu di sini..." ucap Rini dengan senyum yang menyeringai namun tentu saja tidak di dengar ataupun di lihat oleh Mikaila karena Mikaila sudah pergi berlayar ke pulau impiannya.
***
Ruang kelas
Seperti hari hari biasanya, Mikaila lantas melangkahkan kakinya dengan langkah kaki yang gontai sambil sesekali menguap masuk ke dalam ruang kelas. Mikaila mendudukkan bokongnya pada tempat duduknya, kemudian menyembunyikan wajahnya ke dalam lipatan sikunya bersiap untuk memejamkan matanya sebentar.
Sedangkan Allen yang melihat Mikaila lagi lagi lesu dan mengantuk, lantas langsung menghembuskan nafasnya dengan kesal.
"Apa tidak sebaiknya kamu minta pindah kamar saja? bukankah itu lebih baik? daripada setiap harinya harus tidur di kelas seperti ini." ucap Allen dengan nada yang datar namun pandangannya masih tetap fokus menatap ke arah buku yang sedari tadi tengah ia baca.
Mikaila yang mendengar ucapan Allen barusan, lantas langsung menjembulkan kepalanya dan menatap ke arah Allen dengan tatapan yang menelisik, membuat Allen langsung mengerutkan keningnya dengan bingung ketika melihat ekspresi yang di tunjukkan oleh Mikaila saat ini.
"Apakah sebaiknya begitu? tapi... jika aku pindah bukankah kasihan Rini?" ucap Mikaila sambil mencoba berpikir dan menimbang saran dari Allen barusan.
Allen yang mendengar ucapan Mikaila kemudian langsung menutup bukunya, menaruhnya ke meja dan menatap Mikaila dengan tatapan yang lekat seakan hendak memberitahu kepada Mikaila tentang segalanya.
"Dengarkan kata kata ku namun jangan terkejut!" ucap Allen yang lantas di balas Mikaila dengan anggukan kepala.
"Apa kau yakin jika teman sekamar mu adalah manusia?" ucap Allen kemudian yang lantas membuat Mikaila menatapnya dalam dalam seakan tengah menanti jawaban dari ucapan Allen barusan.
"Apa kau sebelumnya tidak mencari tahu terlebih dahulu sekaligus mengetahui asal usul kamar asrama yang kau tempati?" ucap Allen kemudian namun kali ini dengan nada bicara yang lebih lembut dan lirih dari sebelumnya.
"Aku..."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments