"Mangkanya jadi cewek jangan kegenitan, camkan itu!" ucap Vanya kemudian berlalu pergi.
Sayangnya sebuah kejutan yang tanpa di duga duga oleh Vanya sebelumnya, mendadak langsung merubah keadaan yang lantas membuat suasana kantin menjadi heboh dan tak terkendali. Mikaila yang di buat kesal akan tingkah dari Vanya lantas langsung menjegal kaki Vanya dan membuatnya hingga jatuh tersungkur ke bawah.
Bruk....
Vanya yang jatuh dengan posisi tengkurap di lantai, lantas langsung memancing beberapa siswa dan siswi lainnya yang juga sedang asyik makan di kantin.
Melihat Vanya jatuh tersungkur, Lita yang semula tertawa senang ketika melihat Vanya berhasil mengguyur air ke seragam Mikaila, lantas menjadi terkejut ketika Mikaila membalikkan keadaan dan mempermalukan Vanya di sana.
Lita bangkit dari posisi duduknya kemudian berlarian dan membantu Vanya untuk bangkit dan berdiri, sedangkan Mikaila yang semula dalam posisi duduk, lantas perlahan lahan ikut bangkit berdiri sambil mengibaskan baju seragamnya yang basah kemudian mendekat ke arah Vanya.
"Ups kamu jatuh ya? maaf... aku hanya menselonjorkan kaki ku sebentar sampai tidak tahu kalau kamu lewat situ." ucap Mikaila dengan tawa yang menggema membuat wajah Vanya lantas berubah menjadi merah seketika menahan amarahnya.
Mikaila yang belum puas akan hal tersebut, lantas kembali melangkahkan kakinya mendekat ke arah Vanya dan membisikkannya sesuatu.
"Bukan aku yang kegenitan, tapi kamu yang terlalu PD dan menganggap Allen sebuah barang milik mu yang tidak boleh di sentuh oleh seseorang, bukankah begitu?" ucap Mikaila dengan nada setengah berbisik sambil tersenyum penuh kemenangan kemudian berlalu pergi dari sana meninggalkan area kantin dengan langkah kaki yang elegan.
"Ah menyebalkan... awas saja kau ya..." ucap Vanya dengan tatapan yang kesal mengarah kepada Mikaila yang sudah berlalu pergi meninggalkan kantin.
Sedangkan Friska yang melihat kepergian Mikaila dari kantin, lantas langsung ikut pergi dan mengejar langkah kaki Mikaila dengan senyum yang mengembang. Sejak awal kedatangan Mikaila di kelas, Friska sudah mempunyai feeling jika Mikaila akan mempunyai pengaruh kuat di sekolah ini.
Nyatanya apa yang ada pikirannya memang terjadi, bahkan seorang Vanya saja Mikaila sama sekali tidak mempunyai rasa takut sedikitpun kepadanya, padahal tidak ada satupun siswi di sekolah ini yang berani berurusan dengan Vanya dan juga gengnya.
"Gila kau Kai, tidak ada satupun siswi yang berani dekat dekat ataupun berurusan dengannya, kau tahu?" ucap Friska dengan tatapan yang berbinar ke arah Mikaila seakan ia tengah mengagumi sosok Mikaila saat ini.
"Ah sudahlah itu tidak terlalu penting juga bukan?" ucap Mikaila dengan nada yang santai membuat Friska langsung mencebikkan mulutnya ketika mendengar ucapan santai dari Mikaila.
Keduanya kemudian lantas melangkah dan berlalu pergi meninggalkan beberapa pasang mata yang masih menatap lurus hingga kepergian Mikaila dan juga Friska dari sana. Tak terkecuali dengan Reno koki kantin yang juga ikut menyaksikan aksi Mikaila dalam melawan Vanya barusan.
"Aku bisa menjadikannya sebuah alasan!" ucap Reno dengan senyum yang mengembang.
**
Berita tentang Mikaila yang berhasil melumpuhkan Vanya cepat menyebar dan berkembang hampir ke seluruh lingkungan sekolah, membuat beberapa siswa di sekolah tersebut lantas mulai menatap berbeda ke arah Mikaila.
Sedangkan Mikaila yang mendengar beritanya sendiri menyebar dengan cepat hanya bisa berdecak dengan kesal karena ia tidak menyangka hanya dengan melakukan hal seperti itu saja, sudah membuatnya mencolok dan di kenal hampir seluruh sekolahan.
Mikaila terlihat mendudukkan dirinya di bangku dengan kesal dan langsung memasukkan kepalanya ke dalam lipatan sikunya, berharap dengan begitu berita berita tentangnya kian menyurut karena Mikaila membenci kata populer.
"Ada apa?" tanya Allen dengan singkat ketika melihat wajah Mikaila yang di tekuk lesu.
Mikaila yang mendengar ucapan dari Allen, lantas langsung menyembulkan kepalanya dan mendongak menatap ke arah Allen.
"Ini semua karena mu, tapi kau malah bertanya ada apa? tidakkah kau memikirkannya?" ucap Mikaila dengan nada yang kesal menatap tajam ke arah Allen.
Alen yang dituduh seperti itu tentu saja merasa bingung, Allen bahkan hanya menatap ke arah Mikaila dengan tatapan yang bingung tidak mengerti akan maksud dari ucapan Mikaila barusan.
"Bukankah aku sudah mengatakannya kepadamu? untuk jangan mendekatiku... tapi yang kamu lakukan malah duduk dan makan di hadapanku, sekarang jika sudah begini kamu malah menyalahkan ku? dasar aneh." ucap Allen dengan nada yang santai membuat Mikaila lantas langsung memutar bola matanya dengan jengah ketika mendengar ucapan dari Allen barusan.
"Jika kau mengatakannya dari awal bahwa akan seperti ini, setidaknya aku akan mendengarkan mu dan pergi dari sana, ah sudahlah berbicara dengan mu tidak ada gunanya juga toh semua juga sudah terjadi." ucap Mikaila lagi dengan nada yang kesal kemudian kembali menenggelamkan wajahnya ke dalam lipatan sikunya.
Allen yang melihat Mikaila kembali menenggelamkan wajahnya, pada akhirnya hanya menghembuskan nafasnya dengan kasar, inilah yang Allen takutkan, Allen tidak ingin Mikaila mendekat ke arahnya bukan karena tidak suka, melainkan karena takut Vanya akan beraksi berlebihan mengingat Vanya selalu saja bersikap posesif terhadap dirinya walau antara Vanya dan juga Allen tidak ada hubungan apapun selain hanya pertemanan biasa.
"Terserah apa katamu..." ucap Allen kemudian kembali meneruskan kegiatannya membaca buku.
***
Malam harinya
Lita yang baru saja menyelesaikan tugasnya, lantas terlihat tengah melangkahkan kakinya menuju ke arah asrama untuk pergi tidur.
Malam itu suasana sekolah sangatlah sepi dan hanya terdengar suara jangkrik yang beradu di tengah keheningan malam ini. Lita terus melangkahkan kakinya menyusuri area lorong kelas yang gelap di mana suasananya saat itu terasa sangat mencekam. Diusapnya tengkuknya beberapa kali karena merasakan hawa dingin tidak enak yang di sertai dengan bulu kuduk yang berdiri, membuat Lita semakin terlihat gelisah.
Bayangan kematian seorang siswi mulai kembali terlintas di benaknya ketika Lita melewati area kolam renang, membuatnya langsung mempercepat langkah kakinya. Hingga sebuah bayangan hitam yang sekelebatan muncul, lantas langsung menghentikan langkah kakinya.
Debaran jantung Lita mulai terdengar bergemuruh ketika perasaan yang tidak enak mulai mendatanginya. Lita mempercepat langkah kakinya melewati area kolam renang, berharap apa yang ada di pikirannya jangan sampai terjadi pada dirinya. Sampai pada akhirnya sebuah sosok berbaju seragam sekolah yang lusuh dengan noda penuh darah di sekujur tubuhnya, lantas terlihat mulai muncul perlahan lahan dan langsung membuat Lita terkejut dengan seketika, hingga ia jatuh dengan posisi terduduk di lantai disertai keringat dingin yang bercucuran.
Sosok itu mendekat dan terus mendekat ke arah Lita, hingga ketika jarak keduanya kian terkikis dengan posisi Lita yang mematung, teriakan dari sosok tersebut lantas langsung mengejutkan Lita.
Pergi dari sini!
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments