Bruk....
Tubuh Vanya terjatuh seketika tepat ketika area tengkuknya di pukul dengan keras oleh seseorang. Seorang pria yang mengenakan tudung hitam, lantas tersenyum simpul ketika melihat Vanya pingsan yang tentu saja senyuman tersebut tidak akan bisa terlihat karena pria itu memakai tudung untuk menutupi area wajahnya.
Pria itu mengambil posisi jongkok sejenak, kemudian menaruh jari tangannya di area lubang hidung Vanya seperti tengah memastikan apakah Vanya sudah meninggal atau masih hidup. Setelah itu barulah pria tersebut menyeret secara perlahan tubuh Vanya menjauh dari area gudang menuju ke suatu tempat yang masih berada dalam lingkup sekolah tersebut.
**
Dari arah lorong kelas terlihat Mikaila dan juga Allen, nampak melangkahkan kakinya hendak menuju ke arah gudang sesuai dengan kesepakatan bahwa pada pukul 6 petang mereka bertiga akan berkumpul kembali di gudang dan membahas apa saja yang telah mereka dapatkan.
Mikaila melangkahkan kakinya dengan lesu ketika ia menyadari bahwa usahanya bersama dengan Allen sama sekali tidak menghasilkan sesuatu apapun, membuat Mikaila lantas mulai meragukan indra pendengarannya kala itu.
"Mungkin aku hanya salah dengar saja waktu itu, lagi pula aku juga tidak dapat melihat secara langsung orangnya, jadi belum tentu juga bukan? hal itu sesuai dengan pemikiran ku." ucap Mikaila dalam hati sambil terus melangkahkan kakinya menyusuri lorong kelas menuju ke arah gudang.
Allen dan juga Mikaila menghentikan langkah kaki mereka, ketika keduanya sampai di hutan dan mendudukkan bokong mereka ke atas kursi yang di tata tidak beraturan di gudang saat itu.
Mikaila menghela nafasnya dengan panjang selama beberapa kali, membuat Allen lantas langsung menatap ke arahnya ketika terus terusan mendengar helaan nafas dari Mikaila barusan.
"Sudahlah, mungkin dia sedang tidak ada di area sekolah saat ini, jadi kita kesulitan menemukannya." ucap Allen kemudian mencoba untuk menghibur Mikaila.
Mikaila yang mendengar ucapan Allen, bukannya tenang malah semakin resah dan terus menghela nafasnya dengan panjang. Mikaila menatap ke arah Allen cukup lama, membuat Allen lantas bertanya tanya tentang maksud dari tatapan Mikaila saat ini.
"Apakah memang seharusnya kita tidak ikut campur dalam hal ini Al? aku merasa semua yang kita lakukan hanya sia sia semata meskipun kita sudah mendapatkan satu clue penting untuk menyelesaikan kasus ini." ucap Mikaila kemudian.
"Bukankah aku sudah pernah mengatakannya kepadamu bahwa harusnya kamu tetap diam dan tidak melakukan apapun hingga tiba saatnya kelulusan, mencari dalang di balik terbunuhnya siswa siswi di sekolah ini sama halnya dengan mencari jarum di tumpukan jerami, terlihat sepele namun ternyata sangat menyusahkan." ucap Allen yang lantas membuat Mikaila langsung menatap ke arahnya.
"Aku rasa kamu mengetahui banyak hal tentang sekolah ini, bukankah begitu Allen?" ucap Mikaila kemudian yang lantas membuat Allen terdiam seribu bahasa.
Mendengar ucapan Mikaila membuat Allen langsung diam, sepertinya gadis dihadapannya ini paling bisa memancingnya mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin Allen ucapkan sama sekali. Allen menghembuskan nafasnya perlahan, pada akhirnya mau tidak mau Allen yang sudah keceplosan berkali kali di hadapan Mikaila, lantas mulai membuka suara dan menceritakan segala hal yang ia ketahui.
Allen memulai cerita panjangnya sambil menunggu kehadiran Vanya yang sedari tadi tak kunjung terlihat juga. Dalam ceritanya, Allen mengatakan bahwa pembunuhan yang terjadi di sekolah ini tidak hanya terjadi sekali dua kali atau bahkan baru baru ini, jauh sebelum ia bersekolah di sini rumor tentang sekolah ini sudah berkembang cukup luas, namun keputusan orang tua Allen yang sama halnya dengan orang tua Mikaila, pada akhirnya membuat Allen mau tidak mau lantas bersekolah di tempat ini.
Kematian satu persatu siswa di sekolah ini sudah menjadi rahasia umum di lingkungan sekolah, membuat para siswa selalu di hantui rasa ketakutan yang teramat ketika mereka bersekolah di sini selagi nama mereka belum dinyatakan lulus oleh pihak sekolah. Allen yang mulai penasaran akan kematian satu persatu siswa di sini mulai meneliti alur sekaligus ciri ciri yang bisa ia baca ketika pembunuhan tersebut terjadi.
"Apa kau tahu? ada satu ciri khusus yang selalu berulang ketika kematian para siswa tersebut terjadi." ucap Allen kemudian yang lantas membuat Mikaila langsung menatap ke arah Allen dengan tatapan yang penasaran.
"Semua alur kematian ini entah mengapa seperti terasa sama dan terus terulang, anehnya korban dari pembunuhan ini selalu saja berasal dari siswa kalangan biasa atau seseorang dari kalangan biasa yang masuk ke dalam sekolah ini lewat jalur prestasi ataupun beasiswa sejenisnya." ucap Allen lagi yang malah menambah kebingungan berkumpul di dalam otak Mikaila saat ini.
"Memang apa hubungannya dengan anak anak dari kalangan biasa?" tanya Mikaila kemudian.
Mendengar pertanyaan dari Mikaila barusan, membuat Allen lantas kembali tersenyum.
"Bukankah jika dari kalangan biasa akan lebih mudah menghilangkan kasusnya? bukankah kau pernah mendengar sebuah istilah yang mengatakan uang adalah penyelesaian semua masalah?" ucap Allen lagi yang langsung membuat Mikaila manggut manggut karena merasa ucapan dari Allen barusan masuk akal juga.
"Apakah ada orang yang kau curigai dalam hal ini?" tanya Mikaila kemudian dengan raut wajah yang penasaran.
"Bu Viola" ucap Allen dengan singkat.
Mendengar ucapan Allen barusan, membuat Mikaila terkejut bukan main. Pangkat Viola yang menjabat sebagai kepala sekolah di Enigmatis high school ini, membuat Mikaila tidak berani menyebut nama Viola walau sebenarnya ia juga curiga dengan Viola selama ini.
"Tidakkah kau curiga Kai? dalam pertahunnya sekolah ini selalu mencetak lulusan terbaik dan sekaligus orang orang sukses walau setelah mereka keluar dari Sekolah ini mereka tidak melanjutkannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi, seakan akan seperti ada magnet tersendiri yang bisa membuat sebuah pangkat dan gelar besar seakan seperti tertarik dan menempel pada setiap lulusan di Sekolah ini, bukankah dari sini saja kita sudah bisa menarik kesimpulannya bukan?" ucap Allen lagi yang langsung membuat Mikaila menatap ke arahnya.
"Ya kamu benar, seperti layaknya sebuah hubungan timbal balik... semakin banyak angka kematian, maka semakin banyak pula angka kesuksesan yang akan terjadi bagi siswa siswinya." ucap Mikaila lagi yang lantas membuat Allen langsung mengangguk dengan cepat tanda setuju akan ucapan Mikaila barusan.
Pembicaraan keduanya kemudian lantas terus berlanjut layaknya seorang detektif conan, keduanya mulai mengurai satu persatu petunjuk dan mengumpulkannya perlahan seperti menyusun sebuah puzzle yang tidak pernah seorang pun coba untuk memecahkannya. Hingga setelah keduanya merasa hari sudah mulai gelap, baik Allen maupun Mikaila lantas mulai menyadari sesuatu yang harusnya sudah terasa sejak petang tadi.
"Mengapa Vanya belum muncul juga?" ucap Mikaila kemudian.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments