"Apakah persedian ayam bakar kita sudah habis? jika sudah aku akan menyuruh Riko untuk mengisinya kembali." ucap sebuah suara yang lantas mengejutkan Vanya.
Prang....
Suara nampan yang jatuh beserta piring di atasnya, membuat beberapa pelajar dan juga petugas kantin lantas langsung menatap ke arah Vanya, sedangkan Vanya yang kini menjadi pusat perhatian hanya terdiam dengan tubuh yang kaku tepat ketika ia mendengar sebuah suara yang Vanya yakini, sama persis dengan suara yang Vanya dengar ketika bersama Mikaila di taman kemarin.
Seorang laki laki yang berpakaian koki terlihat mendekat ke arah Vanya dan langsung menyentuh bahunya, membuat Vanya semakin di buat terkejut akan kehadiran orang tersebut yang sama sekali tidak ia inginkan kehadirannya.
"Apakah kamu baik baik saja." ucap pria tersebut yang lantas semakin membuat Vanya terkejut.
"Lita" ucap Vanya tanpa sadar yang lantas membuat mimik wajah pria tersebut berubah seketika.
Vanya yang sadar ia telah keceplosan menyebut nama Lita, perlahan lahan mulai mundur dan menggeser tubuhnya agar tidak terlalu dekat dengan pria tersebut, membuat pria itu semakin merasa kalau Vanya sepertinya telah mengetahui sesuatu tentang dirinya.
Pria itu menatap ke arah Vanya yang terlihat nampak gelisah saat ini dan seperti enggan untuk menatap matanya, membuat seulas senyum lantas tercetak jelas di wajah pria itu ketika melihat tingkah Vanya yang seperti itu.
"Maaf kak Reno saya tidak sengaja menumpahkannya, saya akan membersihkannya." ucap Vanya kemudian.
Dengan perasaan yang tidak karuan Vanya langsung mengambil posisi berjongkok dan mulai memunguti beberapa makanan yang sudah berserakan di lantai dengan gerakan yang bergegas. Keputusannya untuk mencari pembunuh Lita memanglah berasal dari dirinya sendiri. Hanya saja, entah mengapa? ketika bertemu langsung dengan pemilik suara berat tersebut, Vanya seperti mati kutu dan kehilangan semangat 45 nya yang terus ia tunjukkan kepada Mikaila kala keduanya membicarakan ingin mencari pembunuh Lita.
Pria tersebut yang ternyata adalah Reno sang koki kantin, lantas ikut mengambil posisi berjongkok dan mulai membantu Vanya memunguti satu persatu makanan dan juga pecahan piring yang berserakan di lantai, hingga ketika jarak keduanya semakin dekat dengan sengaja Reno malah memegang tangan Vanya dan membuat Vanya langsung terdiam kaku seketika di saat Reno memegang tangannya.
Keringat dingin mulai membasahi dahinya, membuat Reno terlihat semakin bahagia ketika melihat wajah panik dan juga khawatir dari Vanya barusan. Reno kemudian mulai mendekatkan dirinya ke arah Vanya dan membisikkannya sesuatu.
"Apa kau mengetahui sesuatu tentang ku?" ucap Reno dengan nada yang berbisik membuat Vanya langsung membeku dengan seketika di tempatnya.
Reno yang tadinya hanya bermaksud memancing, lantas menjadi semakin yakin ketika melihat ekspresi wajah Vanya yang seperti itu. Setelah membisikkan pertanyaan tersebut, Reno kemudian bangkit dari posisinya dan memberikan kode kepada Riko untuk mendekat ke arahnya.
"Bantu dia membersihkan kekacauan ini kemudian berikan dia makanan yang baru." ucap Reno memberikan perintah yang langsung di balas anggukan kepala oleh Riko.
Reno kemudian melangkahkan kakinya berlalu pergi meninggalkan Vanya dan juga Riko di sana dengan senyum yang merekah sambil terus melangkahkan kakinya.
"Sepertinya aku punya mainan baru!" ucap Reno dengan tersenyum simpul sambil melangkahkan kakinya meninggalkan area kantin dan pergi ke suatu tempat.
***
Sementara itu Allen dan juga Mikaila terlihat melangkahkan kakinya keluar dari ruang kemanan dengan wajah yang lesu. Keduanya kemudian mengambil duduk di sebuah bangku yang tak jauh dari tempat mereka keluar barusan dengan perasaan yang kecewa sekaligus bercampur dengan lelah karena usaha yang mereka berdua lakukan sama sekali tidak membuahkan hasil apapun.
Mikaila nampak mendengus kesal ketika tak satupun orang yang ia temui merupakan pemilik suara berat yang ia dengar ketika di taman bersama dengan Vanya kemarin. Membuat Mikaila berdecak kesal kala ia tidak berhasil menemukan apapun walau ia sudah berkeliling hampir ke semua tempat di sekolah ini.
Allen yang melihat wajah cemberut Mikaila hanya bisa menghela nafasnya dengan panjang, kemudian kembali menatap lurus ke depan.
"Apa kau yakin? suara yang kalian berdua dengar bukanlah hanya sebuah halusinasi semata?" ucap Allen kemudian yang lantas membuat Mikaila langsung menoleh ke arahnya.
Mikaila yang mendengar pertanyaan dari Allen barusan terdiam sejenak, Mikaila menarik kembali ingatannya mundur ke waktu kemarin mencoba mengingat ingat kejadian yang ia dan Vanya alami ketika berada di taman sekolah. Jika di tarik kesimpulan memang Mikaila dan Vanya tidak sampai melihat wajah keduanya namun jika untuk Viola, suara wanita tersebut benar benar terekam jelas di ingatannya jadi Mikaila rasa, ia tidak akan salah mengenali seseorang karena Mikaila yakin bahwa itu adalah Viola begitu pula dengan Vanya yang juga berada di sana ketika itu.
Hanya saja satu yang menjadi pertanyaan dari Mikaila sejak kemarin, mengapa Viola hanya menanggapi dengan enteng jika memang pria yang bersamanya kala itu adalah seorang pembunuh siswi di sekolahnya? seakan akan hal yang di lakukan oleh pria itu bukan hanya di lakukan sekali dua kali melainkan sudah sering sekali, hingga membuat Viola menganggapnya sebagai hal yang wajar.
"Apa menurut mu aku harus menanyakannya langsung kepada bu Viola?" ucap Mikaila pada akhirnya yang membuat Allen langsung menatapnya dengan tatapan yang terkejut akan ucapan polos dari Mikaila barusan.
"Jangan gila kamu!" ucap Allen kemudian dengan menatap kesal ke arah Mikaila karena tidak pernah berpikir dahulu sebelum berbicara.
***
Sementara itu Vanya yang sudah menemukan jawaban dari pertanyaannya tentang siapa pemilik suara berat yang ia dan Mikaila dengar waktu itu, lantas langsung melangkahkan kakinya kembali dengan langkah kaki yang bergegas hendak menuju kembali ke arah gudang sesuai dengan kesepakatannya bersama Allen dan juga Mikaila sebelumnya.
Vanya melangkahkan kakinya dengan bergegas menuju ke arah gudang, petang itu suasana di sekitar lorong kelas nampak sudah sepi dan gelap, sepertinya seluruh siwa sudah kembali ke asrama masing masing yang kian membuat suasana begitu mencekam bagi Vanya saat ini.
Tap tap tap
Suara langkah kaki yang beradu dengan lantai keramik sekolah tersebut mulai terdengar memenuhi telinga Vanya, hingga kemudian suara langkah kaki yang berbunyi kembar membuat Vanya langsung dengan spontan menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke arah belakang mencoba mencari suara langkah kaki siapa yang baru saja ia dengar.
Perasaan takut tiba tiba mulai menyerang Vanya ketika ia menoleh ke arah belakang dan tidak ada siapapun di sana kecuali dirinya. Mengetahui sesuatu sudah kian menjadi tidak beres, membuat Vanya langsung mempercepat langkah kakinya, hingga kemudian sebuah benda besar dan juga keras yang mengenai area tengkuknya lantas langsung membuatnya terjatuh dan pingsan seketika.
Bruk....
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments