Allen yang tidak mendengar suara apapun dari Mikaila, kemudian lantas menginjak kaki Mikaila dengan spontan agar ia mengeluarkan suaranya.
"Aw Len..." pekik Mikaila yang lantas membuat semua mata yang berada di ruang guru tersebut lantas menatap ke arah Mikaila.
Mikaila yang sadar menjadi pusat perhatian, lantas langsung sedikit menunduk dan menatap ke arah beberapa guru di sana seakan memberikan permohonan maaf karena sudah membuat keributan di ruang guru.
"Iya benar pak, terima kasih banyak maaf kalau saya banyak merepotkan." ucap Mikaila kemudian dengan tersenyum garing, membuat Zaki lantas tersenyum ketika mendengarnya.
Zaki mengambil satu cup kopi dari tangan Allen kemudian meminumnya sedikit sambil tersenyum, yang lantas membuat Allen dan juga Mikaila bertanya tanya maksud dari ekspresi yang di tunjukkan oleh Zaki.
"Bukankah saya tidak pernah mengajar di kelas mu? atau saya yang salah ingat?" ucap Zaki yang lantas membuat Allen dan juga Mikaila terdiam seketika di saat mendengar ucapan dari Zaki barusan.
Allen dan Mikaila saling tatap satu sama lain ketika mendengar perkataan tersebut, keduanya bahkan sampai tidak sadar bahwa Zaki tidak pernah mengajar di kelasnya, bahkan hingga Allen yang murid lama sekalipun sampai tidak menyadarinya karena terlalu fokus pada kata kata Mikaila dan Vanya bahwa pembunuhnya adalah seorang laki laki dan bekerja di sekolah ini.
"Tidak apa, lagi pula meski anda tidak mengajar di kelas kami setidaknya bapak juga termasuk guru di sini yang perlu mendapat penghargaan yang sama, silahkan di nikmati kopinya pak, kami permisi untuk membagikannya ke guru lainnya." ucap Mikaila pada akhirnya dengan menebar senyuman yang ramah.
Zaki yang mendengar ucapan dari Mikaila lantas tersenyum kemudian mengangguk dan membiarkannya pergi melanjutkan kegiatan keduanya membagikan kopi di ruang guru.
Mikaila dan juga Allen melangkahkan kakinya menjauh dari Zaki dan hendak membagikan kepada yang lainnya. Dengan langkah yang perlahan Allen mulai mendekatkan dirinya kepada Mikaila dan membisikkannya sesuatu.
"Apakah pak Zaki orangnya?" tanya Allen dengan nada yang berbisik.
"Bukan" jawab Mikaila dengan singkat.
Pada akhirnya keduanya kemudian membagikan satu persatu kopi di ruang guru sambil berusaha mengajak mengobrol satu persatu guru, agar mereka mengeluarkan suaranya dan Mikaila bisa mendengarnya sekaligus mencocokkannya dengan pemilik suara yang ia dan Vanya dengar di taman kemarin.
Setelah berputar dan hampir membagikan seluruh kopi yang terletak pad dus box yang Mikaila dan Allen bawa, keduanya lantas hendak melangkahkan kakinya keluar dari sana dengan tangan kosong karena Mikaila sama sekali tidak menemukan suara yang cocok di antara puluhan guru laki laki di ruangan ini.
"Apa kau yakin tidak ada siapapun yang cocok dengan suara yang kau dengar waktu itu?" tanya Allen dengan raut wajah yang penasaran.
Mikaila yang mendengar kembali pertanyaan tersebut hanya bisa menggeleng dengan pelan karena memang ia sama sekali tidak menemukannya di dalam. Hingga kemudian sebuah suara dari arah dalam ruangan guru lantas langsung menghentikan langkah kaki keduanya.
"Apakah kalian hanya membagikan kopi pada guru pria saja?" ucap sebuah suara yang lantas membuat Mikaila dan juga Allen menghentikan langkah kakinya.
Mendengar suara tersebut, baik Mikaila dan juga Allen langsung dengan spontan berbalik badan dan menatap ke arah sumber suara dan melihat seorang guru wanita tengah bersendekap dada menatap ke arah keduanya dengan tatapan yang menelisik, membuat Allen dan juga Mikaila jadi salah tingkah ketika mendengarnya.
"Bu... bukan begitu bu, saya kira anda tidak suka kopi." ucap Mikaila dengan tersenyum garing, membuat guru tersebut dengan nametag Manda di dadanya lantas mendengus kesal ketika mendengar ucapan dari Mikaila barusan.
Allen yang merasa tidak enak kepada Manda, lantas langsung memberikan cup kopi yang tinggal satu di dus box nya kepada Manda, membuat Manda langsung tersenyum seketika setelah mendapatkan kopi tersebut.p
"Apakah seorang wanita tidak boleh meminum kopi? lain kali kalau ingin memberi pastikan harus merata ya? jangan hanya karena ibu saja." ucap Manda sambil menyeruput kopi pemberian Allen barusan.
"Iya bu, sekali lagi saya minta maaf bu... kami berdua pamit dulu bu, permisi." ucap Mikaila kemudian sambil sedikit menunduk memberikan penghormatan kepada Manda kemudian berlalu pergi meninggalkan ruang guru.
Manda yang melihat keduanya pergi hanya menatapi Allen dan juga Mikaila dengan tatapan yang aneh, Manda menghela nafasnya dengan panjang kemudian menatap ke arah cup kopi tersebut.
"Jika hanya untuk mengetahuinya saja, bukankah usaha mereka terlalu keras? harusnya mereka bersikap dengan tenang dan seakan tidak mengetahui apapun... aku yakin anak anak itu pasti akan jadi target selanjutnya." ucap Manda dengan masih menatap kepergian Mikaila dan juga Allen dari sana hingga kedua muridnya tersebut tidak lagi terlihat pada pandangannya.
***
Sementara itu, Vanya yang bertugas untuk mengecek area kantin lantas mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam kantin.
Suasana kantin kala itu masih tergolong ramai, mengingat kantin ini adalah termasuk ke dalam fasilitas yang di sediakan sekolah sehingga para murid bebas datang ke area kantin ketika mereka merasa lapar dan makan dengan sepuasnya tanpa memikirkan harga. Soal kualitas makanan, jangan pernah di tanya karena pihak kantin menyediakan berbagai jenis makanan yang berprotein tinggi dan juga bervitamin yang bagus untuk perkembangan anak anak di usia remaja seperti mereka.
Vanya mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencoba mencari siapa target yang sekiranya cocok dengan pemilik suara berat yang ia dengar di taman kemarin. Sejauh mata Vanya melihat yang ada di area kantin hanyalah para pelajar yang sedang kelaparan ketika sudah menyelesaikan kelas mereka.
Krucuk....
Suara perutnya yang berbunyi dengan nyaring, membuat Vanya lantas dengan spontan langsung memegang perutnya yang terasa lapar ketika mencium aroma masakan yang harum disaat memasuki area kantin barusan.
"Mengisi perut sebentar harusnya tidak masalah bukan? dari pada aku mati kelaparan." ucap Vanya dengan nada yang santai kemudian berlalu pergi menuju ke arah antrian hendak mengambil satu porsi nasi untuk mengganjal perutnya yang terasa lapar.
Perlahan tapi pasti Vanya mulai mengambil nampan dan juga piring, kemudian mengisinya dengan nasi putih dan beberapa lauk yang tersedia di sana, Vanya tersenyum dengan lebar ketika melihat ayam bakar madu tertata jelas di meja berjajar dengan makanan yang lainnya, membuat Vanya lantas langsung menelan ludahnya ketika melihat begitu lezatnya ayam bakar tersebut.
Ketika Vanya sedang asyik mengambil beberapa makanan favoritnya, sebuah suara yang ia cari cari mendadak terdengar di area kantin, membuat Vanya langsung terkejut seketika hingga menjatuhkan nampan yang ia bawa.
"Apakah persedian ayam bakar kita sudah habis? jika sudah aku akan menyuruh Riko untuk mengisinya kembali." ucap sebuah suara yang lantas mengejutkan Vanya.
Prang....
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Herlina Lina
lanjut thor makin seru
2024-06-07
0
mrs jk
terlalu gegabah tp seru
bikin penasaran
2023-10-28
0