"Apa kau sebelumnya tidak mencari tahu terlebih dahulu sekaligus mengetahui asal usul kamar asrama yang kau tempati?" ucap Allen kemudian namun kali ini dengan nada bicara yang lebih lembut dan lirih dari sebelumnya.
"Aku..." ucap Mikaila namun terhenti ketika suara berisik beberapa siswi di kelas lantas langsung membuat Mikaila menoleh ke arah sumber suara.
Segerombolan geng yang di pimpin oleh Vanya terlihat mulai melangkahkan kakinya memasuki ruang kelas Mikaila, membuat Mikaila dan juga Allen lantas saling pandang satu sama lain ketika melihat kedatangan Vanya di kelas mereka.
Vanya mengedarkan pandangannya dan mencari keberadaan seseorang di sana, hingga setelah Vanya melihat Mikaila yang tengah duduk di bangku sebelah Allen barulah Vanya datang mendekat ke arah Mikaila, membuat Mikaila semakin bingung ketika melihat langkah kaki Vanya yang terlihat semakin mendekat ke arahnya.
"Ada yang harus aku bicarakan dengan mu." ucap Vanya kemudian ketika langkah kakinya berhenti tepat di sebelah Mikaila.
Allen yang melihat Vanya hendak membawa Mikaila pergi, lantas mulai bangkit dari posisinya dan memasang badan agar Vanya tidak sampai membawa Mikaila.
"Sudahlah Van... lagi pula itu hanya masalah sepele tidak perlu di besar besarkan seperti ini." ucap Allen yang lantas membuat Vanya langsung mengerutkan keningnya.
"Tunggu, ini semua salah paham... aku datang untuk berbicara dengan Mikaila secara baik baik bukan untuk melabrak atau memperpanjang masalah kemarin di kantin." ucap Vanya dengan nada yang santai membuat Mikaila langsung bangkit seketika di saat mendengar ucapan Vanya.
"Dengan ku? apa yang perlu kita bicarakan?" ucap Mikaila dengan raut wajah yang bingung.
"Ada, tentang Lita" jawab Vanya yang langsung membuat Mikaila diam seribu bahasa.
***
Gudang belakang
Terlihat Vanya dan juga Mikaila tengah duduk dalam keadaan yang penuh keheningan karena di antara keduanya tidak ada satupun yang mulai membuka suara. Seperti ucapannya kepada Mikaila sebelumnya, tujuan kedatangan Vanya ke kelasnya hanya ingin berbicara tentang masalah pelaku pembunuhan Lita tidak lebih. Meski Vanya tidak terlalu menyukai Mikaila karena ia lebih dekat dengan Allen, namun masalah kematian Lita lebih penting ketimbang egonya saat ini tentang perasaannya yang tak terbalas kepada Allen,
Keduanya kemudian mulai melakukan pembicaraan singkat setelah memilih gudang untuk tempat mereka berbicara, namun sayangnya pembicaraan yang di lakukan oleh keduanya tetap saja tidak menemukan titik terang ataupun pelaku pembunuhan terhadap Lita. Helaan nafas lantas terdengar dari mulut Mikail secara berulang kali, membuat Vanya langsung dengan spontan menoleh ke arah Mikaila untuk melihat sekaligus mencari tahu apa yang membuat Mikaila hingga seperti itu.
"Apa kau sudah menemukan jawabannya?" tanya Vanya kemudian.
Sedangkan Mikaila yang mendengar pertanyaan tersebut lantas bangkit dari posisinya kemudian berpindah tempat dan mengambil duduk di sana, kemudian menatap ke arah Vanya dengan tatapan yangs serius.
"Setelah di pikir pikir, aku sama sekali tidak menemukan siapa pemilik suara berat yang cocok dengan pria yang berbicara dengan bu Viola saat itu." ucap Mikaila dengan nada yang terdengar putus asa.
"Apa kau sudah memikirkannya baik baik dan mencoba mengingatnya kembali?" tanya Viona kemudian.
Mendengar perkataan Vanya membuat Mikaila kembali menghela nafasnya dengan panjang, kemudian menggeleng dengan pelan yang menandakan Mikaila benar benar tidak mengetahuinya, apalagi mengingat dirinya yang masih berstatus murid baru di sekolah ini tentu saja Mikaila tidak akan bisa mengenali suara berat seorang pria yang berbicara dengan Viola ketika di taman kemarin dan mencocokkannya dengan guru ataupun staf yang ada di Enigmatis High School ini.
Vanya yang melihat gelengan kepala dari Mikaila barusan, lantas terdiam sejenak mencoba untuk mencari ide untuk menemukan pembunuh Lita. Hingga ketika sebuah ide cemerlang mendadak terlintas di benaknya, membuat Vanya langsung tersenyum dengan lebar ketika mendapatkan ide tersebut.
"Aku ada ide dan kamu harus ikut melakukannya bersama ku!" ucap Vanya dengan senyum yang mengembang membuat Mikaila langsung menelan salivanya dengan kasar karena ia langsung mendapat firasat buruk ketika mendengar perkataan dari Vanya barusan.
"Tidak bisakah kau melakukannya sendiri? aku ingin hidup dan lulus dengan tenang di sekolah ini." ucap Mikaila dengan raut wajah yang memelas.
"Tidak ada tapi tapian, pulang sekolah nanti temui aku di sini.. wajib!" ucap Vanya dengan nada penuh penekanan di akhir kalimatnya.
"Tapi..." ucap Mikaila hendak kembali protes namun Vanya sudah bangkit berdiri, melambaikan tangannya sambil berlalu pergi meninggalkan Mikaila seorang diri di sana dengan tatapan yang malas.
"Ah benar benar menyebalkan!" ucap Mikaila pada diri sendiri sambil masih menatap kepergian Vanya dengan tatapan yang kesal karena selalu saja bertindak seenaknya tanpa memikirkan perasaan orang lain.
***
Bel istirahat berbunyi, semua murid di dalam kelas terlihat mulai berhamburan keluar dari kelas menuju ke arah kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah keroncongan. Di saat semua murid bergerak keluar dari kelas, lain halnya dengan Mikaila yang malah melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas dengan langkah kaki yang gontai kemudian mendudukkan dirinya dan langsung menyandarkan tubuhnya ke kursi.
Allen yang saat itu juga sedang berada di kelas melihat Mikaila yang memasang wajah bete, lantas langsung menyodorkan sebotol minuman yogurt dengan satu bungkus roti ke hadapan Mikaila, membuat Mikaila langsung menoleh dengan seketika di saat melihat tangan Allen menggeser makanan ke arahnya.
"Makanlah, aku tahu kamu belum sarapan tadi pagi kan?" ucap Allen dengan nada yang datar namun mampu membuat Mikaila merasa terbang ketika mendengarnya.
Mikaila yang terbengong ketika mendengar ucapan dari Allen, lantas langsung menggelengkan kepalanya dan mengusir perasaan aneh yang menghinggapi dirinya akan sikap Allen yang menurut Mikaila sangatlah manis.
"Apakah Vanya membuli mu tadi?" tanya Allen dengan nada yang hati hati, membuat Mikaila yang sedang asik membuka bungkus roti tersebut lantas langsung menatap ke arah Allen.
"Tidak, kami hanya mendiskusikan tentang pembunuh Lita tidak lebih." ucap Mikaila dengan nada yang santai sambil mengunyah satu gigitan roti yang masuk ke dalam mulutnya.
"Apakah kalian tahu siapa pembunuh Lita?" tanya Allen dengan raut wajah yang penasaran, namun Mikaila langsung menggeleng seketika tepat setelah Allen mengatakan hal tersebut.
"Kami berdua tidak tahu pastinya siapa, namun kami berdua pernah mendengar suaranya ketika si pembunuh itu tengah berbicara dengan bu Viola." ucap Mikaila dengan lebih lirih karena takut ada yang mendengar ucapannya.
"Aku sudah menduganya bahwa bu Viola terlibat dengan kematian satu persatu siswa di sekolah ini." ucap Allen tanpa sadar yang lantas langsung membuat Mikaila menoleh dengan spontan ke arah Allen ketika mendengar ucapannya.
"apa maksud mu?" tanya Mikaila kemudian.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
MiLa Rossa
novel se bagus ini gak da yg baca kah ,🤧 semangat kak meskipun aku baru menemukan novel mu😚😚💪
2024-06-04
0
zahratontaiba@gmail.com
seru
2023-03-08
0