Mikaila menghela nafasnya secara kasar berulang kali sambil terus berjalan menyusuri area taman menuju ke arah asramanya, hingga sebuah tangan mendadak menarik tangannya dengan tiba tiba dan langsung membawanya melipir masuk dan berhenti tepat di depan sebuah pohon beringin, kemudian mendorong Mikaila begitu saja hingga ia tersungkur dan jatuh ke bawah dengan posisi duduk.
"Aw" rintih Mikaila yang merasakan telapak tangannya seperti tergores sesuatu ketika ia jatuh.
Mikaila yang kesal karena tarikan yang tiba tiba tersebut, lantas langsung mendongak ke atas mencoba untuk menatap ke arah siapa pelaku yang telah menarik tangannya dan menghempaskannya dengan kasar ke tanah.
"Kau!" pekik Mikaila dengan nada yang kesal sambil mengkibas kibaskan tangannya yang tergores ranting ketika jatuh barusan dan mulai bangkit berdiri.
"Kenapa memangnya kalau aku! harusnya tuh aku yang membuat peringatan padamu karena sudah membunuh Lita! harusnya aku yang marang sekarang bukan malah kau!" ucap salah seorang siswi yang ternyata adalah Vanya.
Mikaila yang di tuduh menjadi pembunuh oleh Vanya, tentu saja terkejut bukan main sekaligus tidak terima akan tuduhan tersebut, hingga membuat Mikaila langsung mendekat ke arah Vanya dan hendak memulai peperangan ini.
"Jangan sembarangan ya kamu kalau ngomong!" pekik Mikaila sambil mendorong bahu Vanya dengan entengnya.
Vanya yang di dorong oleh Mikaila, tentu saja tidak terima dan pada akhirnya aksi saling dorong dan juga jambak menjambak tidak lagi bisa di hindarkan di antara Mikaila dan juga Vanya. Keduanya benar benar tidak ada yang ingin mengalah meski penampilan mereka berdua kini sudah acak acakan.
Mikaila mendorong tubuh Vanya dengan kuat kemudian mendudukinya, sedangkan Vanya berusaha untuk bangkit dan membalikkan keadaan. Hanya saja, ketika keduanya sedang asyik berduel dalam waktu yang cukup lama, sebuah suara dengan langkah kaki yang tergesa gesa lantas menghentikan kegiatan keduanya yang sedang adu panco itu.
"Sudah ku bilang untuk tidak bertindak gegabah! jika sudah begini apa kau mau bertanggung jawab?" ucap sebuah suara seorang perempuan yang terdengar seperti Viola, yang lantas langsung menghentikan aksi keduanya.
Baik Vanya maupun Mikaila yang mendengar suara tersebut, langsung saling pandang satu sama lain kemudian bangkit dari posisinya sambil merapikan pakaian dan penampilan mereka, karena keduanya yakin bahwa itu adalah suara Viola kepala sekolah di Enigmatis High School.
"Aku hanya tidak bisa mengontrol diriku, kau tahu aku selalu gila dan tidak bisa mengendalikan diriku jika menghadapi seorang perawan." ucap sebuah suara yang langsung membuat Mikaila dan juga Vanya saling pandang satu sama lain.
"Tapi dia adalah murid sekolah ini, jika kau ingin menuntaskan hasrat mu... carilah di luar sekolah, jangan di sini!" ucap Viola dengan nada yang ketus membuat sosok laki laki itu langsung terdiam seketika.
Baik Mikaila dan juga Vanya yang jelas jelas mendengar ucapan kedua orang tersebut mulai penasaran akan sosok laki laki yang tengah berbicara dengan Viola, hingga kemudian lantas perlahan tapi pasti mulai mendekat dan berusaha untuk mengintip siapa pelaku pembunuhan terhadap Lita, namun sayangnya, baru saja keduanya berjalan beberapa langkah dan hampir mengetahui siapa laki laki yang sedang berbicara dengan Viola, Vanya malah tanpa sengaja menginjak ranting kering, membuat Mikaila yang juga mendengar suara injakan tersebut, lantas langsung dengan spontan menarik tangan Vanya untuk bersembunyi di balik pohon besar.
Mendengar suara ranting yang seperti di injak, membuat Viola dan juga pria tersebut lantas mengedarkan pandangannya ke arah sekitar karena keduanya takut bahwa ada orang yang mendengar ucapan mereka tadi.
"Sebaiknya kita berpisah sampai di sini saja, perhatikan sikap mu itu karena aku tidak ingin kau mengulangi kesalahan yang sama." ucap Viola dengan nada tegas yang di balas pria itu dengan anggukan kepala, kemudian keduanya langsung berpencar dan pergi meninggalkan tempat tersebut.
**
Mengetahui Viola dan juga pria itu sudah pergi dari sana, baik Mikaila maupun Vanya lantas langsung keluar dari tempat persembunyiannya. Keduanya lantas saling tatap satu sama lain dalam diam seakan mengkonfirmasi isi pikiran mereka masing masing.
"Jadi pembunuh Lita bukan kamu?" ucap Vanya kemudian sambil menunjuk ke arah Mikaila, membuat Mikaila lantas langsung memutar bola matanya dengan jengah.
"Sudah ku bilang dari awal bukan aku! tapi kau dan yang lainnya tetap saja mencurigai ku." ucap Mikaila dengan nada yang kesal.
"Tentu saja karena kau sangat mencurigakan, murid baru yang sok kecakepan!" ucap Vanya dengan nada yang menyindir.
Sedangkan Mikaila yang mendengar sindiran dari Vanya barusan, hanya memutar bola matanya dengan malas kemudian berlalu pergi dari sana meninggalkan Vanya yang terus saja berteriak teriak seperti orang kesetanan.
Mendengar teriakan Vanya, Mikaila yang malas meladeni Vanya malah terus melangkahkan kakinya tanpa menatap sedikitpun ke arah belakang, membuat Vanya semakin di buat kesal karena Mikaila sama sekali tidak menggubrisnya walau Vanya sudah berteriak dengan keras sekalipun.
"Benar benar menyebalkan anak baru itu... tapi mengapa aku malah menyukainya?" ucap Vanya yang masih melihat kepergian Mikaila dari sana hingga punggung Mikaila tidak lagi terlihat pada pandangannya.
***
Sementara itu di sebuah ruangan yang terletak di dalam ruangan Kepala sekolah, terlihat Viola tengah melangkahkan kakinya memasuki ruangan tersebut dengan membawa nampan berisi cawan berwarna emas yang di dalamnya berisi kembang tujuh rupa dan juga air yang berwarna merah.
Suasana di dalam ruangan tersebut begitu gelap hingga tidak terlihat apapun di sana, sampai kemudian sebuah cahaya mulai muncul dari lilin yang perlahan lahan mulai dinyalakan oleh Viola. Viola menaruh cawan tersebut dengan hati hati dia atas meja dan mulai menempelkan kedua tangannya menjadi satu dan mengangkatnya ke atas kening layaknya orang yang sedang melaksanakan sungkeman.
Viola tersenyum sekilas kemudian mengambil satu bunga kantil di cawan tersebut dan mulai memakannya.
"Kulo ngaturake getih prawan khusus kangge Ibu (*Saya persembahkan darah perawan khusus untuk Ibu)." ucap Viola menggunakan bahasa jawa sambil tersenyum menatap ke arah depan seakan akan tengah memandang sesuatu.
Tepat setelah mengucapkan hal tersebut angin mendadak berhembus dengan kencang dan mematikan cahaya lilin yang baru saja Viola hidupkan. Hening sesaat tidak ada suara apapun, hingga beberapa menit kemudian Viola mulai kembali menyalakan lilin di ruangan tersebut.
Seulas senyum terbit dari wajah Viola ketika lilin di nyalakan dan cawan yang tadinyw penuh dengan darah dan juga beberapa kembang tujuh rupa, lantas terlihat habis dan tak tersisa yang menandakan bahwa Ibu menerima persembahannya.
Sedangkan Viola yang melihat persembahannya di terima, lantas langsung bangkit berdiri sambil membawa cawan tersebut kemudian melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.
Hingga tanpa Viola sadari sesosok makhluk tinggi besar berambut panjang dengan gaun merah yang menjuntai hingga ke tanah, terlihat tengah menatap kepergian Viola dengan senyum yang menyeringai.
Hihihihihi
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Siti Arbainah
jangan" si koki kantin tuh yg bunuh
2023-03-27
0
Queen Bee✨️🪐👑
hilihhhh
2023-01-12
0