Setelah selesai makan para bintang berhamburan keluar dari toko. Mereka sepertinya senang bermain di hati yang cerah. Sementara itu aku mulai mengemas barang yang aku butuhkan.
“Walaupun berkata begitu, sebenarnya aku mengambil semua yang bisa aku ambil.”
Skill item box sudah mencapai level tiga, Sekang aku mampu membawa lebih banyak barang dengan maksimal kapasitas 25 kilogram.
Akan tetapi item box saja masih belum cukup, aku pun mengambil grobak penjual nasi goreng yang tergeletak di samping Minimarket, untuk aku gunakan sebagai alat pengangkut.
“Gugi?.” Goblin membantuku mengemas barang. Aku sangat terbantu dengan adanya monster hijau itu. Sementara pria tua juga ikut membantu dengan memperbaiki dan memodifikasi gerobak agar bisa ditarik oleh kuda.
Walaupun senang mendapatkan banyak bantuan, tetapi tentu saja aku merasa lebih baik jika bisa melakukannya seorang diri.
Semenjak kehilangan lengan kiri, untuk melakukan sesuatu aku membutuhkan bantuan dari orang lain. Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya, merasa tidak berdaya.
‘Bergantung pada orang lain adalah hal yang paling aku benci. Sebisa mungkin aku berusaha untuk melakukan semuanya sendiri.’
Di deretan rak penjualan alat rumah tangga, aku mengambil sebuah sekop, item yang membuatku ingin segera pergi ke Minimarket. Ini dikarenakan janjiku pada Roxy untuk menguburkan jenazah majikannya dengan layak.
Setelah semua yang aku butuhkan dimasukkan pada grobak, kami pun kembali ke rumah. Sana sekali tidak mengerti apa yang membuat semua hewan mengikuti aku.
‘Apa mungkin mereka mengikuti aku karena takut diserang monster?.’
Aku sendiri sama sekali tidak merasa keberatan membawa mereka bersamaku, selama mereka tidak membuat masalah.
Selama perjalanan singkat itu aku mencoba melihat statis yang aku miliki. Menu statistik berubah cukup banyak.
Semua job naik level, [Conqueror] menjadi level 4. Aura semakin kuat setelah mencapai level dua. Sedangkan job [Hero] sekarang Level [7], aku bisa merasakan persepsi yang lebih luas karena skill [Hero Sense] juga naik level.
Tetapi yang memiliki perubahan paling signifikan adalah job [Explorer], setelah naik level 10, Job ini membuka skill baru bernama (Tracking).
Manfaat skill ini adalah mengingat jalan yang sudah pernah di lalui sebelumnya, membuat seseorang tidak mudah tersesat.
Jika aku mengingat tentang Dungeon di dalam cerita fantasi, tempat itu dipenuhi lorong bercabang yang membingungkan. Mungkin itulah fungsi dari skill (Tracking) agar tidak tersesat di dalam Dungeon.
Aku menatap kondisi lengan kiri ku yang hanya tersisa setelahnya. “Apa mungkin aku bisa menjelajah Dungeon?.” hanya bisa menghela nafas berat.
Tanpa aku sadari Pria tua menatapku seakan sedang memikirkan sesuatu.
Sesampainya di rumah aku segera meletakkan barang-barang dari hasil jarahan ke dalam gudang. Lalu mengambil sekop dan mulai menggali kuburan.
Pemakaman yang aku buat terletak di dalam hutan tidak jauh dari perumahan. Dengan grobak kuda aku bisa membawa dua mayat sekaligus, walaupun sebenarnya grobak bisa memuat lebih banyak mayat tapi aku tidak melakukannya karena tahu batas yang bisa aku ambil.
Permasalahan mulai muncul ketika beberapa diantara mayat ternyata masih hidup.
Peng! Aku memukul mayat yang menjadi zombie dengan sekop. “Apa mereka akan bangkit lagi jika dikubur?.” ucapku saat menatap zombie dengan kepala pecah dan otak berhamburan.
Bau busuk juga menjadi masalah lainnya, tapi aku sudah menduga akan menjadi seperti ini, karenanya aku sudah mempersiapkan sebuah masker gas.
Menggali tanah kuburan pun menjadi kendala tersendiri bagiku. Hanya memiliki satu tangan membuatku kesulitan menggunakan sekop. “Terimakasih Jek, kau sangat membantu.” selama penggalian kuburan, goblin yang aku beri nama Jek memberikan banyak bantuan.
Sementara pria tua menghilang entah kemana.
Sampai sore hari aku dan Jek Hanya bisa menggali empat lubang kuburan untuk empat mayat. Semua nisan aku tulis dengan nama setiap orang yang aku ketahui dari KTP di saku mereka.
Untuk saat ini aku memang lebih memprioritaskan mengubur mayat dengan identitas yang jelas.
Roxy melolong dengan penuh kesediaan di depan makam majikannya. Karena tidak tahu nama tetangga, Aku terpaksa menggeledah rumahnya hanya untuk menemukan nama, beruntung Roxy mengetahui di mana pemilik rumah menyimpan surat-surat penting.
“Sugeng Sanjaya,” Aku membaca nama pada papan nisan majikan Roxy.
Sebuah foto keluarga yang di letakkan di atas makam menarik perhatianku. Dalam foto keluarga tersebut, selain Roxy dan lelaki yang baru kami kubur, terdapat tiga anggota keluarga lainnya.
“Apa menurutmu mereka masih selamat Roxy?.”
Roxy menyalak sebagai jawaban. Anjing itu sepertinya sangat yakin jika ketiga majikannya yang tersisa masih hidup.
Saat hari sudah mulai petang, kami kembali pulang sebelum monster malam hari keluar.
Sesampainya di rumah aku mendapati Pria tua berada di depan perapian yang dia buat di bawah basemen, itu menjadikan ruang bawah tanah rumahku seperti sauna karena udara panas yang dihasilkan tungku api.
Pria tua terlihat begitu ahli saat mengolah besi dan material monster, aku tidak tahu apa yang akan dia buat.
Dia begitu fokus saat bekerja, aku berpikir dia bahkan tidak sadar jika sedang aku awasi. Semakin lama aku menonton pria tua bekerja, aku semakin penasaran bagaimana dia bisa menciptakan api yang begitu panas hingga dapat melelehkan besi dengan hanya menggunakan kayu sebagai bahan bakar.
“Apa mungkin itu sihir?.” ucapku saat melihat nyala api yang digunakan oleh Pria tua memiliki warna kebiruan seperti api kompor gas.
Tidak terasa sudah waktunya makan malam, roti panggang dengan selai tidak buruk untuk makan malam hari ini. Seharusnya memanggang roti adalah pekerjaan yang sangat mudah bukan?.
Tapi entah kenapa saat aku melakukannya selalu berakhir dengan kobaran api. Melihat aku telah membakar beberapa roti membuat Jek si goblin menjadi sangat marah.
Apa mungkin dia marah karena aku telah membuang-buang makanan?.
“Jangan khawatir aku akan memakan apapun yang aku masak sendiri.... uhueek!.”
Aku hampir saja memuntahkan arang hitam keras yang sebelumnya adalah roti putih dan lembut. Selai yang aku tambahkan pada roti (arang) sepertinya tidak cukup mengurangi rasa pahit.
Melihat aku memakan semua roti (arang) pangan, Jek hanya menggelengkan kepalanya. Dia kemudian bergantian denganku memanggang roti untuk dirinya sendiri.
“Bagaimana ini bisa terjadi.” Aku sangat terkejut dengan roti panggang yang dibuat Jek terlihat begitu menggugah selera.
Roti kecokelatan dilapisi lumeran mentega, lalu diisi dengan potongan daging kelinci dan selada, jika saja ada telur pasti itu akan menjadi sandwich yang sempurna.
Aku harap dia mau membuatkan satu untukku, tapi Jak masih marah karena aku memasak sesuatu yang buruk. Jek memanggang roti untuk Roxy dan Akita tapi tidak untukku.
Pria tua juga mendapatkan beberapa roti panggang tapi aku tidak. Akhirnya aku hanya bisa menangis di dalam toilet. Sungguh menyedihkan.
Setelah mandi aku segera masuk dalam kamar yang sudah dibajak oleh dua anjing. Jika kalian ingin tahu kemana binatang lainnya berada, mereka saat ini berada di basemen rumah tetangga.
Awalnya mereka akan ditempatkan di basemen rumahku, tapi karena hawa panas dari tungku api terlalu menyengat membuat mereka tidak betah.
“Hari yang sangat menyenangkan.”
Di dalam diary aku menuliskan semua yang terjadi kemarin dan hari ini. Tidak terasa menulis apa yang terjadi selama dua hari membutuhkan waktu berjam-jam.
Aku akhirnya menyelesaikannya saat kedua anjing sudah tertidur, suara ketukan palu pun sudah berhenti menandakan pria tua sudah beristirahat.
“Sangat banyak yang haru aku catat.”
Saat meregangkan otot yang kaku, tatapanku tanpa sengaja melihat sebuah botol kaca berisi cairan dengan sebuah bola hitam, itu tidak lain adalah bola mataku.
Aku sengaja mengawetkan bola mata Itu menggunakan alkohol. Tidak ada alasan khusus kenapa aku menyimpan benda menyeramkan itu.
Mungkin ini adalah hobi terpendam yang aku miliki, karena sejak kecil aku selalu menyimpan gigi berlubang yang telah memberiku rasa sakit.
Dua benda yang membuatku kesakitan kini terpajang rapi di rak dinding kamar sebagai pajangan. Merasa puas melihatnya aku yang sudah sangat mengantuk segera membaringkan diri di kasur.
“Mulai hari ini hidupku akan berubah.”
Ter diam memikirkan apa yang selanjutnya akan aku lakukan bersama mereka. Kehidupan sehari-hari yang sepi sudah berakhir, mungkin setelah ini akan banyak kekacauan yang terjadi di rumah ini.
“Tetapi.... aku... hooam... pikir sesuatu seperti ini tidaklah terlalu buruk... zzZ.” rasa kantuk akhirnya mengantarku ke dunia mimpi.
***
Saat Budi tertidur, tiba-tiba item box miliknya aktif dengan sendirinya. Lubang hitam itu mengeluarkan cahaya terang yang jika diperhatikan merupakan sebuah bola mata dengan pupil kecil berwarna merah.
Cahaya itu kemudian masuk kedalam rongga mata kiri yang tertutup perban.
[Mendapatkan Unique Skill (Dragon Eye)]
[Perubahan ras dimungkinkan]
***
End Arc 1 (Keseharian yang berubah)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments